Zuraida Zuraida
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Jl.T.H.Krueng Kalee No 3. Darussalam, Banda Aceh 23111

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

Aplikasi Beberapa Sumber Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) pada Ultisol Cut Izza Mawaddah; Zuraida Zuraida; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.331 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.23130

Abstract

Abstrak. Ultisol merupakan jenis tanah  miskin dengan kandungan unsur hara dan kandungan bahan organik yang rendah. Bahan organik memegang peranan penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah dan akan menentukan produktivitas tanaman. Dalam penelitian ini akan diaplikasikan beberapa macam sumber pupuk organik yaitu pupuk organik yang berasal dari  kompos trembesi, pupuk kandang sapi, pupuk hijau kirinyu, dan kompos kirinyu dengan  tanaman indikatornya adalah tanaman kedelai (Glycine max L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian beberapa macam pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) pada Ultisol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari  empat sumber pupuk organik dengan 2 (dua) dosis pemberian sebanyak yaitu 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1dengan berbagai kombinasi perlakuan. Sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam sumber pupuk organik mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara pada Ultisol dan juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan  hasil tanaman kedelai. Berdasarkan hasil analisis akhir  sifat kimia tanah setelah diberikan perlakuan pupuk organik menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik berpengaruh sangat nyata  terhadap peningkatan  C-organik tanah, P-tersedia tanah dan juga berpengaruh nyata  terhadap hasil berat biji perbatang. Tetapi tidak menunjukkan  perbedaan yang nyata pada pengamatan parameter  lainnya. Aplikasi dosis pupuk organik yang memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kandungan hara Ultisol dan hasil tanaman kedelai adalah pada kombinasi perlakuan pupuk  kandang sapi dengan dosis 20 ton ha-1. Application of Some Sources of Organic Fertilizer on The Growth and Production of Soybean (Glycine Max L.) in UltisolAbstract. Ultisols are poor soil types with low nutrient and organic matter content. Organic matter plays an important role in increasing and maintaining soil fertility and will determine crop productivity. In this study, several sources of organic fertilizer will be applied, namely organic fertilizer from trembesi compost, cow manure, kirinyu green manure, and kirinyu compost with the indicator plant being soybean (Glycine max L.). This study aims to determine the application of several kinds of organic fertilizers on the growth and production of soybean (Glycine max L.) in Ultisol. This study used a non-factorial Randomized Block Design (RAK) consisting of four sources of organic fertilizer with 2 (two) doses of 10 tons ha-1and 20 tons ha-1 with various combinations of treatments. So there are 8 treatment combinations. The results of this study indicate that the application of several sources of organic fertilizer can increase the availability of nutrients in Ultisol and can also increase the growth and yield of soybeans. Based on the results of the final analysis of the chemical properties of the soil after being given organic fertilizer treatment, it showed that the application of organic fertilizer had a very significant effect on the increase in soil organic C, P-available soil and also had a significant effect on the yield of stem seed weight. But it does not show a significant difference in the other parameter observations. The application of organic fertilizer doses that gave a significant effect in increasing the Ultisol nutrient content and soybean yield was in the combination of cow manure treatment at a dose of 20 tons ha-1.
Kajian Fraksionasi Fosfor (P) Pada Beberapa Pola Penggunaan Lahan Kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar Duana Erisa; Zuraida Zuraida; Munawar Khalil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.747 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7499

Abstract

Abstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fraksi fosfor (P) pada beberapa pola penggunaan lahan kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada pengamatan ciri - ciri tanah dilapangan dan analisis tanah di laboratorium. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia tanah paling tinggi di jumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan permukaan (1,6 ppm), Kandungan P-total tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan bawah permukaan (76 ppm). Bentuk fosfor yang paling diminan dijumpai berupa fraksi Fe-P kemudian diikuti oleh Al-P dan Ca-P. Nilai Fraksi Fe-P tertinggi terdapat pada lapisan bawah permukaan  hutan sekunder (2141,59 ppm), Nilai fraksi Al-P tertinggi terdapat pada lapisan permukaan padang rumput (12,32 ppm), Nilai Ca – P hanya dijumpai  pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan atas permukaan (413,61 ppm) dan  lapisan bawah permukaan (2141,56 ppm) The Study of Phosphorus (P) Fractionation on some Patterns the Use of Ultisol Dry Land in Jalin Jantho, Aceh BesarAbstract. This study aims to determine the composition of the phosphorus fraction (P) in some patterns in the use of Ultisol dry land in Jalin Jantho, Aceh Besar. This research uses descriptive method based on observation of soil characteristics in the field and soil analysis in the laboratory. The analysis of research  indicated that the highest P-content was encountered  on the topsoil wetland  (1.6 ppm), the highest total P-content was found in the use of subsoil secondary forest (76 ppm). The most visible phosphorus form  is found  in the Fe-P fraction followed by Al-P and Ca-P. The highest Fe-P fraction value is found in the subsoil secondary forest  (2141,59 ppm). The highest Al-P fraction  is found on the grassland topsoil (12,32 ppm), Ca-P value is only found in the use of topsoil (413.61 ppm) and subsoil secondary forest (2141.56 ppm) 
Beberapa Sifat Kimia Inceptisol yang Disawahkan Satu dan Dua Kali Setahun di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah Cut Ulul Azmi; Zuraida Zuraida; Teti Arabia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.939 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20894

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat kimia tanah Inceptisol yang disawahkan satu dan dua kali dalam setahun, untuk mengetahui pengaruh sifat kimia pada air genangan sawah satu dan dua kali setahun dan untuk mengetahui perbedaan status kesuburan tanah Inceptisol yang disawahkan satu dan dua dalam kali setahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2021. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif melalui survei di lapangan dan analisis di laboratorium. Pengamatan di lapangan bertujuan untuk melakukan pengambilan sampel tanah yang sekaligus dilakukan pengamatan terhadap karakteristik lahan dan teknik pengelolaan lahan sawah. Pengambilan sampel yang diambil mewakili lahan sawah pada saat musim tanam dalam keadaan tergenang air, tanah diambil menggunakan bor tanah dengan kedalaman efektif 0 – 20 cm di atas permukaan tanah. sedangkan sampel air pada tanah sawah, dilakukan dengan menggunakan botol sampel. Parameter kimia tanah yang di analisis yaitu: kation-kation basa (K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd), KTK dan KB. Hasil penelitian menunjukkan beberapa sifat kimia tanah seperti: K-dd 0,71 cmol(+) kg-1 (tinggi), KTK 21,73 cmol(+) kg-1 (sedang) mempunyai kriteria yang lebih baik pada sawah dua kali tanam daripada sawah satu kali tanam setahun, sedangkan pada sawah satu kali tanam setahun terdapat nilai KB 37,57 cmol(+) kg-1(sedang)  yang lebih baik daripada sawah dua kali tanam.Kata kunci: Sifat kimia, Inceptisol, tanah sawah  Some of the Chemical, Electrochemical, and Fertility Status of Inceptisols in Rice Fields Once and Twice a Year in Linge District, Central Aceh RegencyAbstract: This study aims to determine the differences in the chemical properties of Inceptisol soils that are manned one and two times a year, to determine the influence of chemical properties on rice field inundation water one and two times a year and to find out the differences in the fertility status of Inceptisol soils that are maintained one and two times a year. This research was conducted from August to November 2021. The method used is a quantitative descriptive method through surveys in the field and laboratory analysis. Observations in the field aim to take soil samples which are also carried out observations on land characteristics and paddy field management techniques. Sampling taken representing paddy fields during the growing season in a waterlogged state, the soil is taken using a soil drill with an effective depth of 0–20 cm above the soil surface. while water samples on paddy fields are carried out using sample bottles. The soil chemical parameters analyzed were: alkaline cations (K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd), KTK, and KB. The results showed several soil chemical properties such as: K-dd 0.71 cmol(+) kg-1 (height), KTK 21.73 cmol(+) kg-1 (medium) had better criteria in two-planted rice fields. than in one-planted rice a year, while in one-planting a year, there is a KB value of 37.57 cmol(+) kg-1 (medium) which is better than twice-planted rice fields.Keywords: Chemical properties, Inceptisol, paddy fields
Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Inceptisol Latifah Ningsih S; Fikrinda Fikrinda; Zuraida Zuraida
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.306 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.16979

Abstract

Inceptisol merupakan salah satu tanah yang umumnya memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah sehingga dibutuhkan pengelolaan tanah yang intensif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada Inceptisol. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Amelioran yang digunakan adalah kotoran kambing dalam tiga bentuk, yaitu kotoran padat (15 tonha-1), pupuk cair kotoran kambing (60 ml L-1), bokashi kotoran kambing (15 ton ha-1) serta biochar sekampadi (5 ton ha-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kotoran kambing dan biochar sekam padi memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 2, 4 dan 6 MST, diameter batang umur 2, 6, dan 8 MST, berat berangkasan basah dan berangkasan kering tanaman, bobot biji per tanaman serta kadar hara K kedelai namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, diameter batang 4 MST, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji, serta hara N dan P kedelai. Bahan amelioran yang terbaik pada pertumbuhan, hasil dan kadar hara kedelai adalah bokashi kotoran kambing 15 ton ha-1 + biochar 5 ton ha-1.The Effect of Giving Ameliorants on Growth and Yield of Soybean (Glycine max L.) on InceptisolInceptisol is one of the soils which generally has a high level of soil fertilitylow so that intensive soil management is needed. The purpose of this study is todetermine the effect of ameliorants on growth and yield of soybeans in the Inceptisol. This study method used a non-factorial randomized block design (RBD) with 8 treatments and 3 repeat. Ameliorant replicates used were goat manure and biochar in several forms, namely solid manure (15 ton ha-1), liquid goat manure (60 ml.L-1), bokashi goat manure (15 ton ha-)l and biochar (5 ton ha-1). Yield research shows that ameliorant from goat manure and biochar rice husk providesignificant effect on plant height parameters aged 2, 4 and 6 MST stem diameter aged 2, 6, and 8MST, wet and dry weight of plant seed weight per plant and K nutrient contentsoybean but did not significantly affect the parameters of plant height 2 MST, stem diameter 4 MST, number of pods per plant, weight of 100 seeds, and soybean N and P nutrients. The best ameliorant ingredients growth, yield and nutrient content of soybeans are bokashi goat manure 15 ton + biochar 5 ton ha-1.
Perbandingan Sifat Kimia pada Tanah Hutan dan Kebun Kelapa Sawit (Elaies guineensis jacq) di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Ade Baihaki; Zuraida Zuraida; Ilyas Ilyas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.714 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.11007

Abstract

Abstrak.  Tanaman kelapa sawit memerlukan lahan yang cukup luas untuk dapat menghasilkan jumlah produksi yang tinggi. Hal ini berdampak terhadap pembukaan lahan hutan di beberapa daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sifat kimia pada tanah tersebut sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan maupun usaha-usaha konservasinya. Berdasarkan hasil penelitian pada lahan hutan dan kebun kelapa sawit yang berjenis tanah Ultisol terdapat perbedaan nyata kandungan bahan kimia yang diamati yaitu pH, C-organik, P-total, Al-dd, Fe, dan KB, dan tidak ada perbedaan nyata terhadap kandungan N-total, P-tersedia, K-dd, dan KTK. Comparison of Chemical Properties in Forest Land and Palm Oil Gardens (Elaies guineensis jacq) in Beutong Sub-District Nagan Raya RegencyAbstract. Palm oil plants require large enough land to produce high amounts of production. This has an impact on clearing forest land in several regions in Indonesia. This study aims to determine the comparison of the chemical properties of the soil so that it can be used as a reference in the management and conservation efforts. Based on the results of research on forest land and oil palm plantations which are of the type of Ultisol soil there are significant differences in the content of chemicals observed, namely pH, organic C, P-total, Al-dd, Fe, and KB, and there is no significant difference in N content -total, P-available, K-dd, and CEC. 
Status Hara Tanah Pada Lahan Sawah Untuk Pengembangan Padi Organik di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Yunita Yunita; Zuraida Zuraida; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.28 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.22772

Abstract

Abstrak. Lokasi rencana pengembangan lahan sawah organik terdiri dari 2 kondisi lahan, yaitu lahan gambut  asli (Histosol) dan yang satu lagi adalah lahan gambut yang telah ditutupi dengan tanah bawaan akibat banjir bandang sehingga sudah berubah menjadi lahan baru yang termasuk ke dalam tanah Alluvial.  Kedua lahan tersebut sudah pernah ditanami namun tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga ditinggalkan dan menjadi  terbengkalai.  Kini lahan tersebut ingin dikembangkan kembali menjadi lahan persawahan organik.  Tujuan penelitian ini adalah ingin  mengetahui status hara dari kedua kondisi lahan yang akan dikembangkan tersebut dan hasilnya menjadi informasi yang baik untuk pengembangan daerah tersebut sebagai lokasi persawahan organik. Padi organik adalah padi yang dikembangkan dengan menggunakan sistem organik dan menggunakan air dari saluran irigasi yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia buatan . Penelitian ini dilakukan di lahan rencana  pengembangan padi organik Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang pada jenis tanah Histosol dan Alluvial  dengan menggunakan metode observasi di lapangan dan analisis data menggunakan  kriteria tingkat ketersediaan sifat kimia tanah.  Pada lokasi tanah Alluvial diambil 10 titik sampel yang presentatif  mewakili lokasi, dan di komposit menjadi 2 sampel tanah untuk dianalisis, dimana 5 titik sampel mewakili satu sampel tanah, sementara itu untuk lokasi yang ada gambutnya di ambil 15 titik yang presentatif mewakili lokasi lahan dan dikomposit menjadi 3 sampel untuk dianalisis di laboratorium. Hasil analisis kimia  tanah Aluvial yaitu pH tanah sangat masam dan masam (4,44 - 4,55), C-organik kriteria tinggi (4,07 - 4,56), Al-dd kriteria tinggi (7,00 - 7,60), N-total kriteria sedang (0,25 - 0,28), P-tersedia kriteria sedang (7,90 -  8,00), P-total kriteria sedang dan sangat tinggi (25,76 -  149,04), K-dd kriteria rendah (0,17 - 0,19). Hasil analisis tanah Histosol yaitu pH sangat masam dan masam (4,36 – 5,52), C-organik kriteria sangat tinggi (15,00 – 25,22), P-total kriteria sangat tinggi (82,80 –128,80), P-tersedia kriteria sangat rendah, sedang, dan tinggi (3,75 – 12,50), K-dd kriteria sangat rendah sampai sedang (0,07 – 0,42). Al-dd kriteria sangat rendah, sedang, dan tinggi (0,48 – 4,80), N-total kriteria sedang (0,25 – 0,44). Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi lahan tersebut masih mungkin untuk dikembangkan sebagai lahan persawahan organik dengan pengelolaan yang baik. Pengelolaan tersebut yaitu dengan cara pengairan  dengan kualitas air yang baik atau pH air 6,5-7,5 (netral), pengapuran ataupun pemberian bahan organik secara berkelanjutan pada kedua lahan tersebut.Soil Nutrition Status In Rice Land For Organic Rice Development In Tenggulun, Aceh Tamiang RegencyAbstract. The planned location for the development of organic rice fields consists of 2 land conditions, namely original peatland (Histosol) and other peatlands that have been covered with congenital soil due to flash floods so that they turn into new land covered with alluvial soil. The two lands had previously been planted, but did not provide maximum results, so they were neglected and neglected. Now the land is to be converted into organic rice fields. The purpose of this study was to determine the nutrient status of the two land conditions to be developed and the results became good information for the development of the area as a site for organic paddy fields. Organic rice is rice that is developed with a biological system and using water from irrigation canals that is not contaminated with artificial chemicals. This research was conducted on the plot of organic rice development in Tenggulun District, Aceh Tamiang Regency on histosol and alluvial soil types using field observations and data analysis using soil chemical availability criteria. At the alluvial soil site, 10 sample points were taken representing the site and assembled into 2 soil samples for analysis, of which 5 sample points represented one soil sample, henceforth for sites where peat was present, 15 points were taken representing the Location of the property and were assembled. in 3 samples for analysis in the laboratory. The results of chemical analysis of alluvial soils are very acidic and acidic soil pH (4.44 - 4.55), high organic C criteria (4.07 - 4.56), high Al-dd criteria (7, 00 - 7.60), N total criteria are moderate (0.25 - 0.28), P available criteria are moderate (7.90 - 8.00), P total criteria are moderate and very high (25 .76 - 149.04), K-dd criteria are low (0.17 - 0.19). The results of the Histosol soil analysis were very acidic and acidic pH (4.36 - 5.52), C-organic criteria were very high (15.00 - 25.22), P-total criteria were very high (82 .80–128.80), P-available very low, medium and high criteria (3.75–12.50), K-dd criteria very low to moderate (0.07–0.42). Al-dd criteria are very low, medium and high (0.48-4.80), N-total criteria are moderate (0.25-0.44). Based on the results of the above chemical property analysis, it shows that the state of the land can still be developed as organic paddy fields with good management. Management is by irrigation with good water quality or water pH 6.5-7.5 (neutral), liming or sustainable provision of organic material on both lands.
Diagnosis Status Hara di Areal Penanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth.) di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Al Viaturrahmi; Zuraida Zuraida; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.028 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23303

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis status hara N, P, dan K tanah dan tanaman pada areal penanaman nilam di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif melalui survei lapangan dan analisis laboratorium. Areal pengembangan dan penanaman nilam yang dikaji terdiri atas ordo tanah Inceptisols dan mempunyai kemiringan lahan 0 hingga 15% yang terbagi atas tiga satuan peta lahan (SPL1, SPL2 dan SPL3) yang total luasnya adalah 294,35 hektar. Pengambilan sampel tanah pada setiap SPL dilakukan secara komposit sejumlah 1 hingga 5 sampel pada kedalaman 0-20 cm. Sampel daun nilam diambil pada tanaman yang terdapat di SPL1 dengan luas areal 8 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areal penanaman nilam di wilayah studi memiliki kandungan N total secara umum rendah (0.08-0.25%), P tersedia sangat rendah (0,20-1,46 mg kg-1), dan K-dapat ditukar sangat rendah hingga rendah (0.02-0.40 cmol kg-1). Kandungan hara dalam daun nilam menunjukkan bahwa nitrogen (N) dan fosfor (P) tergolong rendah atau defisien, sedangkan kalium (K) termasuk kategori kecukupan. Untuk memperbaiki kualitas tanah dan status hara pada tanaman nilam di daerah studi dibutuhkan penambahan bahan organik dan pemupukan nitrogen dan fosfor. (Diagnosis of Nutrition Status on Patchouli Planting Area (Pogostemon cablin Benth) in Lhoong Sub-district of Aceh Besar)Abstract. This study aims to diagnose the N, P, and K nutrient status of soil and plants in patchouli planting areas in Lhoong sub-district, Aceh Besar Regency. The method used in this research is a descriptive method through field survey and laboratory analysis. The patchouli development and planting area studied consists of the Inceptisols soil order and have a land slope of 0 to 15% which is divided into three land map units (SPL1, SPL2, and SPL3) with a total area of 294.35 hectares. Soil sampling at each SPL was carried out in a composite of 1 to 5 samples at a depth of 0-20 cm. Patchouli leaf samples were taken from plants in SPL 1with an area of 8 ha. The results showed that the patchouli planting area in the study area had low total N content (0.08-0.25%), very low available P (0.20-1.46 mg kg-1), and exchangeable K very low to low (0.02-0.40 cmol kg-1). Nutrient content in patchouli leaves shows that nitrogen (N) and phosphorus (P) are low or deficient, while potassium (K) is included in the sufficiency category. To improve soil quality and nutrient status in patchouli plants in the study area, it is necessary to add organic matter and fertilize nitrogen and phosphorus. 
Kombinasi Kompos Trembesi dan Eco Farming terhadap Serapan Hara N, P, K dan Pertumbuhan Jagung (Zea mays) pada Inceptisol Irza Farabi; Zuraida Zuraida; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.958 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23070

Abstract

Abstrak. Bahan organik ialah bahan yang bersumber dari sisa-sisa makhluk hidup, baik dari tumbuhan maupun hewan. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki masalah kesuburan tanah, salah satu bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu kompos. Salah satu sisa tanaman yang dapat dijadikan kompos adalah daun trembesi. Daun trembesi yang tersisa dapat terurai secara alami, namun membutuhkan waktu yang lama. Untuk mempercepat penguraian sisa daun trembesi dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk hayati. Salah satu jenis pupuk hayati yang dapat digunakan adalah eco farming. Eco farming adalah pupuk organik super aktif yang sudah mengandung unsur hara lengkap sesuai kebutuhan tanaman yang juga dilengkapi dengan bakteri positif yang akan menjadi biokatalisator dalam memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah. Kandungan unsur hara dan mikroorganisme dalam eco farming dapat meningkatkan kesuburan tanah, selain itu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jagung. Kebutuhan jagung sebagai pangan dan pakan terus meningkat, namun ketersediaannya seringkali terbatas atau dapat dikatakan produksi saat ini relatif rendah. Penyebab rendahnya produksi jagung adalah karena degradasi lahan dan konversi lahan pertanian. Oleh karena itu dengan adanya permasalahan tersebut maka diperlukan peningkatan produksi melalui perluasan lahan pertanian dan peningkatan produktivitas lahan dengan memanfaatkan dan mengelola lahan. Salah satu lahan yang dapat dikelola adalah tanah dengan ordo inceptisol. Inceptisol merupakan salah satu lahan yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian, namun inceptisols memiliki masalah pada kesuburan tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan percobaan pemberian bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman jagung.Combination Of Trembesi Compose And Eco Farming On N, P, K Horizontal Absorption And Growth Of Corn (Zea Mays) In InceptisolsAbstract. Organic material is material that comes from the remains of living things, both from plants and animals. Organic matter can be used to improve soil fertility problems, one of the organic materials that can increase soil fertility is compost. One of the plant residues that can be used as compost is tamarind leaves. The remaining trembesi leaves can decompose naturally, but it takes a long time. To accelerate the decomposition of the remaining trembesi leaves can be done with the use of biological fertilizers. One type of biological fertilizer that can be used is eco farming. Eco farming is a super active organic fertilizer that already contains complete nutrients according to plant needs which is also equipped with positive bacteria which will become biocatalysts in improving the biological and chemical properties of the soil. The content of nutrients and microorganisms in eco farming can increase soil fertility, besides that it can increase the growth of plants such as corn. The need for corn as food and feed continues to increase, but its availability is often limited or it can be said that current production is relatively low. The cause of low corn production is due to land degradation and conversion of agricultural land. Therefore, with these problems, it is necessary to increase production through expansion of agricultural land and increase land productivity by utilizing and managing land. One of the lands that can be managed is soil with the order Inceptisol. Inceptisols are one of the lands that have the potential to be used as agricultural land, but inceptisols have problems with soil fertility. To overcome this problem, it is necessary to experiment with giving organic matter to increase soil fertility and corn plant growth.
Serapan Hara dan Hasil Jagung (Zea mays L.) Akibat Pemberian Berbagai Jenis dan Metode Perhitungan Kebutuhan Kapur pada Ultisol Arief Maulana; Zuraida Zuraida; Muyassir Muyassir
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.16 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i3.8284

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat metode kebutuhan kapur dan jenis kapur yang  efektif terhadap serapan hara dan hasil jagung (Zea mays L.) pada Ultisol dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 9 perlakuan dan ulangan sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 27 satuan unit percobaan. Faktor yang diteliti adalah metode perhitungan kebutuhan kapur sebagai faktor 1 dan jenis kapur sebagai faktor 2. Faktor 1 metode perhitungan kebutuhan kapur terdiri dari 3 taraf yaitu : metode Corey (M1), metode berdasarkan Aldd (M2), dan metode Knooti (M3). Faktor 2 adalah jenis kapur yang terdiri dari 3 taraf yaitu : dolomit (K1), kalsit (K2), dan gypsum (K3). Untuk melihat perbedaan hasil perlakuan digunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji (BNT0,05). Hasil penelitian didapatkan serapan hara dan komponen hasil jagung yang bervariasi secara nyata akibat interaksi metode perhitungan kebutuhan kapur. Gypsum yang dihitung dengan  metode Corey  menghasilkan kadar dan serapan tanaman jagung yang lebih baik dari jenis kapur yang dihitung dengan metode perhitungan lainnya, demikian juga halnya dengan komponen hasil jagung yang ditanam pada Ultisol.Nutrient Absorption and Corn Result (Zea Mays L.) Due To The Growth of Types And Calculation Methods on UltisolAbstract. The study aims to see the lime and lime lime requirement method that was effective against nutrient uptake and corn yield (Zea mays L.) on Ultisol using Factorial Randomized Block Design (RAK) with 9 treatments and replicates 3 times so that 27 units of experiments. Factor of research is calculation method of lime requirement as factor 1 and lime type as factor 2. Factor 1 calculation method of lime requirement consists of 3 levels that is: Corey method (M1), method based on Aldd (M2), and Knooti (M3) method. Factor 2 is a type of lime which consists of 3 levels, namely: dolomite (K1), calcite (K2), and gypsum (K3). To see difference between treatment result used F tests and continued with test (BNT0,05). The results showed nutrient uptake and corn yield components that varied significantly due to the interaction of calculation method of lime requirement. Gypsum calculated by Corey method yields better corn absorption rate and absorption of lime species calculated by other calculation methods, as well as corn components grown on Ultisol. 
Penggunaan Kompos Sumber Bahan Baku Lokal untuk Meningkatkan Kandungan N, P dan K pada Daun Tanaman Kopi Arabika di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Yardani Yardani; Zuraida Zuraida; Hifnalisa Hifnalisa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.284 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17653

Abstract

Abstrak: Kopi adalah komoditas utama perekonomian masyarakat  di dataran tinggi Gayo. Petani kopi di Kabupaten Bener Meriah telah menerapkan sistem pertanian organik. Petani kopi organik berangapan bahwa sistem pertanian organik adalah sistem pertanian yang tidak memberikan pupuk ke tanaman hal ini karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan petani akan pentingnya memberikan pupuk ketanaman sehingga mengakibatkan kesuburan tanaman rendah dan  produksi tanaman kopi rendah. Alternatif yang dapat digunakan adalah  pemberian kompos yang dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berada disekitar kebun kopi. Bahan kompos yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tumbuhan gulma T. diversifolia, tumbuhan lamtoro, dan limbah kulit biji kopi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan, dengan demikian diperoleh 21 satuan percobaan yaitu : tanpa kompos, kompos lamtoro, kompos T.diversifolia, kompos limbah kulit biji kopi, kompos T.diversifolia + lamtoro, kompos T.diversifolia + limbah kulit biji kopi, kompos lamtoro + limbah kulit biji kopi. Parameter yang diamati adalah kandungan hara N, P, dan K. Pemberian pupuk kompos T. diversifolia, kompos lamtoro, kompos limbah kulit biji kopi, kompos T.diversifolia+lamtoro, kompos T. diversifolia+limbah kulit biji kopi, kompos lamtoro+limbah kulit biji kopi dengan dosis 12,5 kg pohon-1 dapat meningkatkan kandungan hara nitrogen, posfor dan kalium. Pemberian pupuk kompos T. diversifolia, kompos lamtoro, kompos limbah kulit biji kopi, kompos T.diversifolia+lamtoro, kompos T. diversifolia+limbah kulit biji kopi, kompos lamtoro+limbah kulit biji kopi dapat meningkatkan kandungan fosfor pada tanaman kopi arabika(Uses of  Compost as Lokal Materials Source to Increase N, P, and K Nutrient Content  in Gayo Arabica Coffee Leaves Timang Gajah District, Bener Meriah Regency)Abstract: Coffee is the main economic commodity of the people in the Gayo highlands. Coffee farmers in Bener Meriah Regency have implemented an organic farming system. Organic coffee farmers think that the organic farming system is an agricultural system that does not provide fertilizer to plants, this is due to the lack of awareness and knowledge of farmers about the importance of providing plant fertilizers, resulting in low plant fertility and low coffee production. An alternative that can be used is the provision of compost which can be made by utilizing materials that are around the coffee garden. The compost material used in this study came from the weed plant T. diversifolia, lamtoro plant, and coffee bean husk waste. The design used in this study was a non-factorial randomized block design (RAK) consisting of 7 treatments and 3 replications, thus obtained 21 experimental units, namely: without compost, lamtoro compost, T.diversifolia compost, coffee bean shell waste compost, compost T.diversifolia+lamtoro, T.diversifolia compost+coffee bean husk waste, lamtoro compost+coffee bean husk waste. The parameters observed were the nutrient content of N, P, and K. The application of T. diversifolia compost, lamtoro compost, coffee bean husk waste compost, T. diversifolia+lamtoro compost, T. diversifolia compost+coffee bean husk waste, lamtoro compost+waste coffee bean husk with a dose of 12.5 kg tree-1 can increase the nutrient content of nitrogen, phosphorus and potassium. The application of T. diversifolia compost, lamtoro compost, coffee bean husk waste compost, T. diversifolia+lamtoro compost, T. diversifolia compost+coffee bean husk waste,  lamtoro compost +coffee bean husk waste can increase the phosphorus content of arabica coffee plants.