Fitri Dewi Ismida
Syiah Kuala University

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbedaan uji diagnostik antigen, antibodi, RT-PCR dan tes cepat molekuler pada Coronavirus Disease 2019 Budi Yanti; Fitri Dewi Ismida; Klarina Elsa Siti Sarah
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 20, No 3 (2020): Volume 20 Nomor 3 Desember 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v20i3.18719

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan jenis penyakit baru yang teridentifikasi pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SARS-CoV-2. Angka mortalitas yang disebabkan oleh SARS-COV-2 (3,8%), hal ini lebih rendah dari angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi coronavirus sebelumnya, yaitu SARS-COV (10%) dan MERS-COV (37,1%). Namun, angka penularan dari SARS-COV-2 jauh lebih tinggi, yaitu 10 kali lipat bersifat lebih infeksius. Hal ini dapat dijadikan sebagai penjelasan penyebab dari mewabahnya virus yang terjadi secara mendadak. Infeksi SARS-COV-2 terjadi melalui droplets, kontak dengan cairan tubuh pasien yang terinfeksi, benda-benda yang terkontaminasi. COVID-19 dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi. (WHO-2019-nCOV) Infeksi ini dapat menyebabkan gejala ISPA ringan hingga berat bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Dalam melakukan diagnosis diperlukannya pemeriksaan yang memiliki tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan laboratorium (uji antigen, antobodi, serologi dan molekuler). Dalam referat ini akan dibahas mengenai beberapa pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan saat ini, yaitu rapid test antigen, rapid test antibodi, ELISA, RT-PCR dan Tes Cepat Molekuler. Setiap pemeriksaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun pemeriksaan baku emas dalam mendiagnosis COVID-19 tetap menggunakan RT-PCR.
Profil Sitologi Efusi Pleura di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Fitri Dewi Ismida; Budi Yanti; Cut Asmaul Husna; Istanul Badiri; Reno Keumalazia kamarlis
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 21, No 3 (2021): Volume 21 Nomor 3 Desember 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v21i3.23805

Abstract

Efusi pleura merupakan problem diagnosticutama pada kelainanparukarena pleura merupakansuaturongga yang melapisiparutanpaadaaksesapapun. Analisissitologiefusi pleura seringkalidigunakansebagailinipertamapenapisandalampenegakan diagnosis dan tindakanpenatalaksananlebihlanjut. Pemeriksaansitologiefusi pleura sangatpentingkarenadapatmemberikaninformasiinflamasi, keganasan dan metastasis.Penelitianinimenggunakanmetodedeskriptif, mengamatiseluruhbahanefusi pleura yang dilakukananalisissitologiselamaperiodeduatahun dan diperoleh 697 kasusefusi pleura di laboratoriumPatologiAnatomiRumahSakitZainoelAbidin, Banda Aceh. Hasil pemeriksaansitologi 697 bahanefusi pleura ditemukan paling banyakmenunjukkan diagnosis klinistidakdapatdisimpulkan 344 efusi pleura dan diagnosis klinisbukansuatu proses keganasan 294 (total 91,52%), diantaranya paling banyakmenunjukkansuatuperadangankronisdengansebaransellimfosit yang dominanyaitu 124 (41.5%). Dan dari 59 bahanefusi pleura denganjeniskeganasanmenunjukkanbahwa paling banyakditemukan adenocarsinomayaitu 29 (49,1%) dan terdapat 22 (37,3%) bahanefusi pleura denganjeniskeganasan primer yaituSquamousCellCarsinoma. Sitologiefusi pleura merupakanmodalitasdiagnosticmudah dan sederhana yang  sangatmembantudalammenegakkan diagnosis efusi pleura dan berperandalammelakukaneksplorasietiologi dan prognosis penyakit. Oleh karenaitu, semuakelainanefusi pleura yang belumterdiagnosissebaiknyadilakukanpemeriksaansitologiuntuk diagnosis awal dan manajemenpasienselanjutnya.
PRIMARY MEDIASTINAL YOLK SAC TUMOR: A RARE CASE Fitri Dewi Ismida; Budi Yanti
PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya Vol 9, No 1 (2021): February
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/placentum.v9i1.48155

Abstract

Background. Yolk sac tumor is a subtype of germ cell tumor which is highly malignant. Mediastinal Yolk sac tumor is also an extragonadal germ cell tumor which is extremely rare and is common in children and young adults. We report a case of a Yolk Sac Tumor in the anterior mediastinum in a 21-year-old male patient.Case. A case of Yolk Sac Tumor in a 21-year-old man with complaints of shortness of breath and chest pain experienced for ± 2 weeks. The CT scan showed the soft tissue with high-density thorax in the anterior mediastinum. The Levels of Alpha Feto Protein (AFP) 2,000 ng / mL and Beta-Human Chorionic Gonadotropin (B-HCG) 1.20 mIU / mL. Macroscopically, it appears brownish-gray tissue with a volume of 0.5 ccs. Typical histopathological examination reveals a Yolk Sac tumor.Conclusion. Yolk Sac Tumor as a Mediastinal primary tumor is a rare tumor. The diagnosis must be made not only based on histopathological examination but also based on the patient's age and elevated serum alpha-fetoprotein (AFP) and Beta-Human Chorionic Gonadotropin (B-HCG). Despite there is modern chemotherapy, the prognosis for these tumors is highly poor.Keywords . Yolk sac tumor, mediastinum, germ cell.