Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gerakan Ekofeminisme Dalam Pemberdayaan Perempuan Pengolah Limbah (Studi Kasus Komunitas Pengolah Limbah di Desa Narmada) Ika Wijayanti; Nila Kusuma; Oryza Pneumatica
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 1 No 1 (2019): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v1i1.4

Abstract

Research titled "Ecofeminism Movement in Women Empowerment Waste processors (case study of waste processing community in Narmada village)" is taking location in Narmada village, Narmada District, West Lombok Regency. By doing this research is expected that researchers are able to: (1) know deeply the meaning of ekofemism to Uncle Sam's garbage Processing community, (2) Know the principles of ecofeminism developed in waste management activities/ Waste in the Uncle Sam community, (3) Knowing the obstacles facing women in the implementation of waste processing. The study uses an exploratoryqualitative research method. The subject of this study was the female member of Uncle Sam's community. Data is collected through interviews and observations to compile information on ecofeminism, ecofeminism principles developed in waste management activities in the Uncle Sam community, and the constraints faced Women in the conduct of waste processing. Further data is analyzed by conducting several phases including data collection, data classification, interpretation, and research report writing. The results of this study show that (i) women in the Uncle Sam community suggest that Ecofeminism is one of the steps to save the environment can be styled by members of Uncle Sam's community. (ii) Principles of ecofeminism that Developed by the Uncle Sam community, among others, maintaining the integrity of the biosphere, living in harmony with nature, equal relationships, versatility, caring and compassion. In addition, the principle of democracy was developed related to the activities of the Uncle Sam community. (iii) The obstacles facing women Uncle Sam Community is integrating the activities of Uncle Sam's community with other village organizations, the difficult Invites other citizens to participate in the processing of waste, as well as changing the community's mindset about the economical value of waste/waste.
Pembagian Kerja Antara Suami dan Istri Dalam Rumah Tangga Nelayan (Studi di Kampung Nelayan Pondok Perasi Kelurahan Bintaro) Nila Kusuma
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 3 No 1 (2021): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v3i1.61

Abstract

Kondisi kemiskinan nelayan merupakan permasalahan kompleks sebagai akibat dari ketidakberdayaan nelayan terhadap akses sumber daya alam yang tersedia. Factor rendahnya pendidikan, keterampilan, ketiadaan modal serta rendahnya aksesibilitas menyebabkan nelayan menjadi kelompok semakin termarginalkan. Peran ganda yang diperankan oleh perempuan dalam rumah tangga nelayan di kampung nelayan pondok perasi yang ikut serta dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga dan juga pengurus rumah tangga menarik untuk dikaji dan dideskripsikan. Bagaimana mereka mengalokasikan waktunya agar tetap seimbang dan hasil yang dicapai optimal, antara mengurus pekerjaan rumah tangga dan membantu mencari nafkah tambahan. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran perempuan dan pembagian kerja antara suami dan istri pada keluarga nelayan di sector domestic dan public. Hasil penelitian menunjukkan peran perempuan dalam rumah tangga nelayan antara lain sebagai pedagang ikan, pedagang sembako, buruh pindang, pengasuh anak, pembantu rumah tangga dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan istri nelayan adalah untuk membantu perekonomian rumah tangga. Selain itu dalam system pembagian kerja menunjukkan perempuan lebih mendominasi dalam ranah domestic seperti untuk pemenuhan kebutuhan makanan, sementara ranah public didominasi oleh laki-laki sebagai pencari nafkah utama
Rekonstruksi Konsep Diri Anak Berhadapan Dengan Hukum Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
SINAR SANG SURYA Vol 5, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : UM Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/sss.v5i2.1695

Abstract

ABSTRAK Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) adalah anak yang berusia antara 12-18 tahun, yang berhadapan dengan sistem peradilan pidana. Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum tidak hanya menyangkut anak sebagai korban kejahatan, tetapi anak juga berperan sebagai penjahat. Pengabdian kepada Masyarakat ini melanjutkan kegiatan penelitian Departemen Sosiologi Universitas Mataram 2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan anak disebabkan oleh kegagalan pengasuhan keluarga dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk praktik tri dharma perguruan tinggi, Departemen Sosiologi menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat pada ABH. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak dalam rangka mempersiapkan penerimaan sosial masyarakat dan mampu merrekontruksi kembali kehidupan yang lebih baik. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat berupa kegiatan penyuluhan dan penyuluhan. Dalam kegiatan ini, anak dibekali dengan teknik Life Redesigning Children in Conflict with Law, mulai dari mengidentifikasi diri, membangun kesadaran, mengubah cara berpikir, dan menggali potensi diri serta meningkatkan konsep diri. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana pembinaan bagi Anak Berkonflik dengan Hukum untuk memperkuat dan membentuk spiritualitas mentalnya, mendukung kesiapannya menghadapi masyarakat luar setelah merdeka. Kata kunci : Anak Berhadapan dengan Hukum, ABH, Penerimaan Sosial, Konsep Diri Anak ABSTRACT  Children in Conflict with the Law (ABH) are children aged between 12-18 years, who are dealing with the criminal justice system. The case of children in conflict with the law does not only concern children as victims of crime, but children also play a role as criminals. This Community Service continues the research activities of the Department of Sociology, University of Mataram 2019. The results of the study reveal that deviant behavior by children is caused by the failure of parenting in the family and social environment. Therefore, as a form of higher education tri dharma practice, the Department of Sociology organizes community service activities at ABH. The purpose of this community service activity is to provide assistance to children in order to prepare for community social acceptance and be able to reconstruct a better life. methods of implementing community service in the form of counseling and counseling activities. In this activity, children are equipped with Life Redesigning Children in Conflict with Law techniques, starting from self-identification, building awareness, changing ways of thinking, exploring self-potential and improving self-concept. This activity is expected to be a means of fostering for Children in Conflict with the Law to strengthen and shape their mental spirituality, supporting their readiness to face the outside community after independence.Keywords: : Children in Conflict with the Law, ABH, Social Acceptance, Child's Self-Concept
Realitas Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dalam Institusi Total di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram Oryza Pneumatica Inderasari; Nuning Juniarsih; Solikatun Solikatun; Nila Kusuma
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 4 No 1 (2022): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v4i1.120

Abstract

Kajian ini mengangkat isu masalah anak, dengan fokus kajian Anak Berhadapan Hukum (ABH). Tujuan penelitian adalah untuk memaparkan konstruksi sosial ABH dalam kehidupan di Institusi Total Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram meliputi proses ABH saat mengungkapkan alasan memperoleh status ABH, motif apa yang mendorong anak untuk terjerat dalam tindakan yang mengakibatkan anak berhadapan dengan hukum, serta konsep tentang kehidupan ABH saat ini dan tentang rencana anak untuk membangun masa depan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan menggunakan beberapa teori dari perspektif fenomenologi yaitu teori dari Peter L. Berger dan Alfred Schutz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerawanan Anak Berhadapan dengan Hukum disebabkan oleh disfungsi pola asuh keluarga dan pengaruh dominan dari lingkungan sosial. Status sebagai ABH telah membuat anak merasa malu/kecewa/dan menyesal atas perilaku menyimpang yang telah dilakukan. ABH meyakini bahwa keluarga dapat menerima kehadirannya kembali setelah menjalani pembinaan di LPKA, namun menyadari bahwa masyarakat akan memberikan stigma negatif terhadap statusnya sebagai ABH. Proses sosialisasi ABH dilakukan oleh LPKA Mataram melalui pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian, dan pendidikan. Proses sosialisasi telah membuat ABH belajar dari pengalamannya saat ini, ABH ke depan memiliki harapan berupa keinginan untuk melanjutkan Pendidikan, dapat bekerja dan mandiri, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu (1) perlu adanya upaya pencegahan preventif melalui pembentukan komunitas sosial alternatif di tingkat desa atau RT dengan harapan dapat meminimalisir potensi terjadinya ABH, (2) pembinaan dan penguatan peran dan fungsi keluarga sebagai institusi utama untuk mewujudkan rumah dan lingkungan keluarga yang ramah anak melalui bansos dengan pelaksanaan program terpadu, (3) LPKA Mataram dalam menjalankan perannya sebagai institusi total harus mengevaluasi pelaksanaan program-program khususnya yang berkaitan dengan pembinaan kerohanian agar disesuaikan secara lebih proporsional mengingat latar belakang agama ABH yang berbeda, (4) memperkuat peran tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat untuk merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini ditinggalkan sebagai rekayasa sosial untuk mengendalikan perilaku masyarakat, termasuk anak-anak.
Keterlibatan Perempuan Desa Dalam Pembangunan (Studi Di Desa Sapit Kecamatan Suela) Nila Kusuma; Siti Nurjannah; Solikatun Solikatun
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 5 No 1 (2023): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v5i1.223

Abstract

Suistanable development goals (SDGs) Desa mengamanatkan agar menempatkan semua warga desa dalam posisi yang adil, tidak adanya diskriminasi bagi perempuan dalam segala aspek merupakan salah satu tujuan SDGs yang akan dicapai pada tahun 2030. Desa Sapit yang merupakan lokasi dari penelitian ini, belum sepenuhnya menempatkan perempuan pada posisi yang sejajar. Perempuan dalam pembangunan desa tidak banyak terlibat, akan tetapi di dominasi oleh laki-laki. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu meneliti keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa dan pilihan rasional perempuan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penentuan informan dengan menggunakan Teknik snowball. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada informan, serta analisis data. Penelitian tentang keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa (studi di Desa Sapit) menunjukkan hasil bahwa keterlibatan perempuan di pemerintahan dan struktur Desa Sapit sangat minim, namun perempuan Desa Sapit memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial mereka. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan perempuan dalam kelompok-kelompok sosial, misalnya: kelompok sosial begawe, PKK, Kelompok tenun, dan kelompok tani. Keterlibatan mereka dalam aktivitas sosial tersebut menjadi pilihan rasional perempuan tanpa ada paksaan dari siapapun. Strategi atau cara yang diambil oleh perempuan Desa Sapit menjadi hal yang telah melalui pertimbangan dan pemikiran sebelumnya sehingga menjadi keputusan yang sangat rasional.