Adri Febrianto
Universitas Negeri Padang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pesta Kerja Tahun Masyarakat Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo Emia Ariska Br Purba; Adri Febrianto
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 2 No 2 (2020): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (December 2020)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v2i2.66

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan simbol dan makna yang terdapat pada Pesta kerja tahun di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo yang merupakan ucapan syukur terhadap hasil panen. Pesta kerja tahun dilakukan setiap tahun di bulan Januari pada hari Cukra dudu dalam penanggalan kalender Karo. Pesta kerja tahun dilaksanakan selama dua hari pada saat pagai beltek. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan tipe etnografi. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, observasi partisipasi dan studi dokumen. Data di analisa dengan menggunakan analisa interpretif dari Clifford Geertz. Temuan penelitian mengungkapkan makan simbol secara emik dan etik. Makna upacara pesta kerja tahun (emik) terdiri dari 1). Makna simbol pemakaian kalender Karo dalam penetapan tanggal pesta kerja tahun 2) Simbol kepemimpinan dan makna dari pembentukan panitia 3) Makna dan simbol sumbangan dana dari masyarakat Desa Batu Karang 4) Makna simbol ngerires dan mantem, 5) Makna simbol festival tari telu serangkai dan vocal solo, 6) Makna simbol dari kirumah-kirumah, 7) Makna gendang guro-guro aron, 8) Makna simbol ngerebu. Makna upacara Pesta Kerja Tahun secara etik yaitu: pengatakenbujun man Tuhan, Mara klesa. Makna Pesta Kerja Tahun sebagai hiburan, Sarana pendidikan dan pelestarian budaya Karo tempat mencari Jodoh.
Strategi Bertahan Hidup Nelayan Tour Guide di Masa Pandemi Covid-19 Rino Roy Vandi; Erda Fitriani; Adri Febrianto
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 3 No 2 (2021): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (December 2021)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v3i2.93

Abstract

Sektor pariwisata termasuk sektor yang mengalami dampak yang signifikan terhadap pandemi Covid 19. Bisnis pariwisata mengalami mati suri yang disebabkan karena pembatasan sosial dan penutupan destinasi pariwisata. Masalah ini menimbulkan pebisnis pariwisata termasuk nelayan tour guide yang mengantar wisatawan ke pulau kehilangan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi yang dilakukan nelayan antar jemput pulau (tour guide) Desa Sungai Pisang dalam memenuhi kebutuhan hidup di tengah bencana Pandemic Covid-19. Penelitian dianalisis dengan teori etnosain oleh James P. Spradley. Pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian etnografi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yang terdiri dari 10 orang nelayan tour guide, 1 (satu) orang Ketua PKBM, 1 (satu) orang Lurah Sungai Pisang, 1 (satu) orang Ketua RT dan 2 orang istri nelayan. Hasil penelitian yaitu nelayan selama pandemi covid-19 melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi untuk bisa bertahan hidup. Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh nelayan yaitu: (1). Beralih mata pencaharian, pada mata pencaharian yang dulu pernah mereka tekuni dan ada juga yang memulai pekerjaan baru, dan (2). Melakukan pinjaman ke kerabat, koperasi dan pemerintah.
Kearifan Lokal Maras Taun Dusun Aik Ruak Mangifera Indica Juarsyah; Erda Fitriani; Adri Febrianto
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 4 No 1 (2022): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (June 2022)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v4i1.103

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan kearifan lokalupacara maras taun di Dusun Aik Ruak, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur. Upacara maras taun merupakan upacara yang sangat penting bagi masyarakat Belitong, yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun ketika panen padi. Serta adanya kepercayaan yang masih kental oleh masyarakat Dusun Aik Ruak terhadap berbagai macam tradisi, adat, mitos, dan salah satunya masih percaya akan pentingnya pelaksanaan upacara maras taun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Fenomena ini dianalisis dengan teori budaya sebagai sistem kognitif oleh Ward Goodenough. Menggunakan pendekatan kualitatif dan tipepenelitian etnografi.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam kepada 14 orang informan, dan studi dokumen. Teknik triangualasi yang dipakai yaitu triangulasi sumber, dan model analisis data menurut J.P Spradley.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa: upacara maras taun memiliki kearifan lokal yakni, 1). Menjaga hubungan sosial seperti, menjalin silahturahmi antar sesama masyarakat, kerja sama yang baik dalam upacara maras taun, dan mampu menghargai perbedaan. 2). Kearifan lokal maras taun dalam konservasi alam seperti, adanya pantangan dan larangan hutan yang tidak boleh dibuka menjadi ladang, kerena sebagai tempat flora/fauna serta adanya pembukaan dan pengelolaan ladang yang mampu meminimalisir terjadinya kerusakan ekosistem.
Makna Upacara Utang Tahunan Masyarakat Melayu Indragiri Hulu Jhon Milap Moranovan Sembiring; Erda Fitriani; Adri Febrianto
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 4 No 2 (2022): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (December 2022)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v4i2.113

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna Upacara Utang Tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Pondok Gelugur. Utang Tahunan adalah upacara yang dilakukan untuk menolak bala, bencana, maupun mala petaka yang akan menimpa masyarakat.. Penelitian ini dianalisis dengan teori interpretivisme simbolik oleh Clifford Geertz. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi, validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber. Analisis data dilakukan dengan analisis interpretivisme. Lokasi penelitian ini terletak di Desa Pondok Gelugur. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan teknik Snowball Sampling dengan jumlah informan keseluruhannya 12 orang yang terdiri dari ketua RT, ketua adat, datuk dan warga masyarakat yang mengetahui tentang Upacara Utang Tahunan. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa makna yang terkandung dalam Upacara Utang Tahunan yang dilaksanakan masyarakat Desa Pondok Gelugur yaitu sebagai ajang silatuhrahmi antara kerabat serta anggota keluarga, sebagai ajang bersedekah bagi orang yang punya niek telah memberikan makan kepada masyarakat yang hadir untuk menyaksikan atau melihat upacara, sebagai ajang tolong-menolong untuk memperkuatkan solidaritas sosial antar sesama anggota keluarga.
Pemilihan Jodoh pada Masyarakat Nagari Padang Tarok Tia Aprilia; Erda Fitriani; Adri Febrianto
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 6 No 1 (2024): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (June 2024)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v6i1.145

Abstract

Pemilihan jodoh secara tradisional diatur oleh adat istiadat suatu sukubangsa, jika terjadi pelanggaran maka adat mengatur sanksi secara adat. Secara tradisional masyarakat Minangkabau mengenal istilah perkawinan ideal yaitu perkawinan beda suku (exogami suku) dan dalam satu nagari (endogami nagari). Pada masyarakat Nagari Tarok adat mengatur warga masyarakatnya untuk mencari pasangan di luar suku (clan) dan di luar nagari. Jika dilanggar maka terdapat sanksi adat yang disebut dengan lompek paga. Menariknya pada saat sekarang ini semakin banyak yang memperoleh pasangan dari luar nagari, dan dilaksanakan adat lompek paga. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena lompek paga pada masyarakat Nagari Tarok, terutama terdapatnya perubahan dalam masyarakat mengenai pola ideal dalam pemilihan jodoh. Penelitian ini dianalisis dengan teori strukturalisme oleh Claude Lévi-Strauss. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif tipe penelitian studi kasus. Lokasi penelitian di Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah informan 18 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknis analisis data dilakukan dengan model interaktif Miles & Huberman. Hasil penelitian ditemukan bahwa struktur pemikiran masyarakat dalam pemilihan jodoh yaitu lebih mengutamakan pasangan yang seiman (Islam), memiliki pekerjaan, pendidikan, dan sikap karakter pasangan. Pasangan yang berada di luar suku tetap menjadi perhatian masyarakat karena dianggap masih seketurunan, namun jika berbeda datuk atau nagari maka dianggap sudah jauh hubungan garis keturunan.
Death Kongsi and the Survival of Chinese Death Processions in Padang City Erniwati Erniwati; Yelda Syafrina; Adri Febrianto; Retnaningtyas Susanti
Diakronika Vol 24 No 1 (2024): DIAKRONIKA
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/diakronika/vol24-iss1/391

Abstract

This article explains how the ethnic Chinese of Padang maintain the continuity of the death procession in Chinese culture. This article uses a historical approach by utilizing sources in the form of Dutch period documents, organizational documents of Himpunan Tjinta Teman (HTT) and Himpunan Bersatu Teguh (HBT), newspaper news and literature studies on the death processions of ethnic Chinese in Indonesia and outside Indonesia, as well as observations and interviews with HBT and HTT funeral administrators. These sources are used to find facts related to the death processions carried out by ethnic Chinese and the existence of HBT and HTT as institutions organizing Padang Chinese funeral processions. Furthermore, the existing facts are analyzed using historical and ethnographic approaches. The findings of the article show that the ethnic Chinese of Padang still carry out and preserve the implementation of the Chinese cultural death procession in an organizational forum. In this case, the organization's function as the organizer of the death procession for Padang Chinese is the key to the survival and existence of the organization itself. Various Chinese cultures preserved and inherited in the HTT and HBT organizations, including the culture of death, are essential in forming self- and collective identity and solidarity of Chinese community groups in the city of Padang.