gamantyo Hendrantoro
Jurusan Teknik Elektro

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perancangan Dan Implementasi RF-Downlink Pada S-Band Frekuensi 2400 Mhz Untuk Stasium Bumi Satelit Nano Siti Mutmainah; Suwadi Suwadi; gamantyo Hendrantoro
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.971 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2314

Abstract

Pada perancanangan dan implementasi sistem penerima satelit nano pada stasiun bumi khususnya pada bagian RF-downlink ini dimana yang menjadi perhatian adalah LNA dan downconverter frequency. Sistem kerja dari RF Downlink adalah sinyal yang diterima dari satelit pada frekuensi 2400 Mhz yang daya sinyalnya sangat lemah akan dikuatkan oleh LNA, setelah itu akan di downconverter frequency menjadi intermediate frekuensi (IF-frequency). Dari hasil pengujian didapatkan parameter gain dari LNA dengan menggunakan IC TRF1115 adalah 18.11 dB dan noise figure sebesar 3.35 dB. Namun dalam desain ini mixer rangkaian dilengkapi IF amplifier agar daya tidak semakin kecil sebelum diteruskan ke blok selanjutnya. Untuk pengkonversian frekuensi dari RF ke IF digunakan prinsip superdeterodyne yang terdapat dalam IC TRF1112 dimana ada dua kali tahap konversi, dimana hasil pengujian downconverter-1 diperoleh nilai IF sebesar 958.6 MHz dan downconverter-2 atau akhir sebesar 96 MHz.  Pada sistem ini diharapkan dengan LNA, daya sistem penerima tidak semakin kecil dan dapat bekerja pada band frekuensi yang telah ditetapkan.
Rancang Bangun Modul PAD (Packet Assembler Dissassembler) Menggunakan AX.25 pada Sistem Komunikasi ITS-SAT Pasang Arung Padang; Eko Setijadi; Gamantyo Hendrantoro
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1335.682 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3318

Abstract

ITS-Sat merupakan jenis satelit piko yang saat ini sedang dikembangkan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. ITS-Sat membutuhkan suatu protokol komunikasi yang mengatur tata cara komunikasi satelit. Protokol AX.25 merupakan protokol komunikasi yang digunakan dalam sistem komunikasi ITS-Sat. Protokol ini berada pada layer data link dalam model OSI Layer. Protokol ini dapat membangun dan memutuskan link serta melakukan pengiriman data. Protokol AX.25 menggabungkan data-data field menjadi suatu frame. Makalah ini mengimplementasikan protokol AX.25 ke dalam modul PAD (Packet Assembler Dissassembler). Protokol AX.25 diimplementasikan ke dalam mikrokontroler yang merupakan otak dari modul PAD dengan menggunakan bahasa pemograman. Modul PAD berfungsi untuk mengkapsulasi data tiap field menjadi sebuah frame AX.25 sebelum dikirim dan kemudian frame AX.25 yang diterima dienkapsulasi kembali menjadi data field. Modul PAD yang dibuat dapat mengirim dan menerima data teks sebanyak 500 karakter. Hasil pengujian menunjukan bahwa modul PAD yang dibuat mampu melakukan komunikasi antar modul PAD dengan baik.
Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE-Advanced dengan Relay Rosita Elvina; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.836 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3334

Abstract

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia akan memasuki era LTE–advanced (4G) yang memiliki beberapa kemampuan yang semakin menguntungkan pengguna. Salah satu kemampuan yang dimiliki adalah meningkatkan performansi user yang berada pada daerah tepi sel dengan meletakkan relay pada daerah tersebut. Teknologi ini memiliki permasalahan mengenai inter–cell interference (ICI) dan nilai throughput pada daerah tepi sel. Pada penelitian ini dilakukan analisis tentang dampak dari penambahan koordinasi interferensi pada sistem komunikasi LTE–advanced dengan relay, yang dapat mengurangi interferensi antar–relay dan meningkatkan kinerja sistem. Koordinasi interferensi yang digunakan adalah teknik penjadwalan penggunaan resource pada access link di setiap relay. Teknik penjadwalan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, penghitungan alokasi resource setiap relay, dan perhitungan jumlah subframe komunikasi semua user pada masing – masing relay. Dengan menggunakan teknik penjadwalan pada access link, maka pelayanan yang diberikan kepada pengguna yang berada di ujung cakupan (daerah tepi sel) akan memiliki performansi yang lebih baik. Parameter performansi yang diukur pada penelitian ini adalah SINR (Signal to Interference plus Noise Ratio), throughput, spectral efficiency, dan BER (Bit Error Rate).
Desain Antena Helix Quadrifilar pada Frekuensi 2,4 GHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano Vivin Violita; Eko Setijadi; Gamantyo Hendrantoro
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.43 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3335

Abstract

Pada penelitian ini akan dibuat desain antena helix quadrifilar untuk ground station satelit nano yang bekerja pada frekuensi S-band 2,4 GHz. Antena ini membutuhkan arus yang berbeda fase 900 untuk mengeksitasi pencatuannya. Untuk menghasilkan arus tersebut tanpa menambah perangkat pencatu tambahan, maka antena ini menggunakan metode self-phased. Pada metode self-phased, digunakan lilitan kawat yang berbeda dimensi. Antena ini terdiri dari dua lilitan kawat tembaga yang memiliki dimensi berbeda, yang kemudian disebut smaller loop dan larger loop. Perbedaan dimensi ini akan menyebabkan resistansi smaller loop bersifat kapasitif dan resistansi larger loop bersifat induktif. Reflektor parabola ditambahkan pada antena helix quadrifilar untuk meningkatkan gain dan direktivitas. Hasil simulasi serta implementasi menunjukkan bahwa antena helix quadrifilar telah memenuhi kriteria desain . Antena ini menggunakan metode pencatuan self-phased. Pola radiasi yang dihasilkan merupakan directional. Nilai return loss dari hasil pengukuran bernilai -21.45 dB dengan VSWR 1.17. Bandwidth yang didapatkan adalah 18,53% dari frekuensi tengah 2.4 GHz atau sebesar 444.8 MHz. Impedansi hasil pengukuran sebesar 57.68 Ω. Gain antena helix quadrifilar dengan reflektor parabola adalah 20,61 dB.
Optimasi Jaringan SFN pada Sistem DVB-T2 Menggunakan Metode Particle Swarm Optimization Oxy Riza Primasetiya; Gamantyo Hendrantoro; Endroyono Endroyono
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.974 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3640

Abstract

Di Indonesia perpindahan dari sistem analog ke sistem digital pada dunia pertelevisian saat ini sedang dalam proses. TV analog yang saat ini masih dipergunakan dianggap tidak lagi efisien, selain tidak memberikan kualitas layanan yang optimal, juga tidak efisien terhadap spektrum sinyal. Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri No 5 Tahun 2012, dalam penyiaran digital menggunakan Teknologi DVB-T2. Teknologi DVB-T2 (Digital Video Broadcasting-Terrestrial Second Generation)dapat diaplikasikan dengan menggunakan SFN (Single Frequency Network). Jaringan SFN memungkinkan sebuah stasiun TV dapat memiliki pemancar dengan frekuensi yang sama dan tersebar pada wilayah layanan yang luas. Transmisi SFN dapat diartikan sebagai bentuk sederhana dari propagasi multipath, karena semua pemancar dalam jaringan mengirimkan secara bersamaan informasi yang sama menggunakan saluran frekuensi yang sama. Dengan teknologi SFN, meskipun semua pemancar dalam jaringan mengirimkan data pada frekuensi yang sama, hal tersebut tidak mengakibatkan interferensi dalam proses perngiriman data. Pada Penelitian ini, membahas mengenai optimasi jaringan SFN pada sistem DVB-T2. Metode yang dipilih dalam proses optimasi DVB-T2 adalah PSO (Particle Swarm Optimization), lalu hasil optimasi dibandingkan dengan sebelum optimasi dan juga dibandingkan dengan metode optimasi lain, yaitu Simulated Annealing. Melalui metode PSO, sebuah algoritma akan disimulasikan untuk mengoptimalisasi sejumlah parameter orientasi antena pemancar pada setiap pemancar SFN di wilayah tertentu. Dengan demikian, daerah coverage jaringan SFN pada wilayah tersebut dapat diperluas.