Haryo Sulistyarso
PWK

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi Co2 Di Kawasan Industri Surabaya Indri Hastuti; Haryo Sulistyarso
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.218 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.901

Abstract

Aktivitas industri di Surabaya berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara kota Surabaya melalui emisi pembakaran bahan bakar fosil. Sektor industri di kota Surabaya merupakan penyumbang nilai emisi CO2 tertinggi di antara sektor rumah tangga dan sektor transportasi. Besar kontribusi nilai emisi CO2 sektor industri pada tahun 2011 mencapai 51,74%.  Industri Margomulyo dan SIER merupakan industri dengan luas terbesar di antara kawasan industri kota Surabaya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian terkait substansi di atas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsep penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan nilai emisi CO2  di kawasan Industri Surabaya. Penelitian ini melalui beberapa proses input, yaitu mengidentifikasi karakteristik ruang terbuka hijau industri, analisis nilai emisi CO2, analisis tingkat emisi CO2, dan analisis kebutuhan RTH.. Hasil nilai emisi CO2 industri berdasarkan komoditas dan golongan industri kemudian dikelompokan ke dalam 3 tingkatan, yaitu emisi rendah, sedang, dan tinggi. Kemampuan serapan eksisting RTH dan besar sisa emisi di masing-masing kawasan dianalisis agar dapat diketahui besar luasan RTH maksimum yang yang akan diakomodasi ke dalam konsep penyediaan ruang terbuka hijau berdasarkan nilai emisi CO2 di kawasan industri Surabaya. Hasil yang diperoleh adalah total nilai emisi CO2 kawasan SIER sebesar  21.225,6  ton CO2/tahun,  sedangkan  kawasan  Margomulyo  mengeluarkan 17.047,2  ton  CO2/tahun. Berdasarkan eksisting ruang terbuka hijau, kemampuan serapan RTH di SIER dan Margomulyo sebesar 7,8% dan 3,5%. Konsep penyediaan RTH di kedua kawasan adalah pengoptimalan proporsi RTH sebesar 18,31% untuk kawasan industri SIER dan 8,38% untuk kawasan industri Margomulyo. Selain itu, konsep penyediaan RTH melalui pemaksimalan lahan kosong mampu mengurangi total nilai emisi menjadi 18.322,16 ton CO2/tahun dan 8.074,42 ton CO2/tahun.
Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting Ariyaningsih Ariyaningsih; Haryo Sulistyarso
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.214 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.902

Abstract

Pergerakan bekerja dari kawasan perumahan menuju pusat kota yang umumnya didominasi kegiatan perdagangan jasa, menyebabkan arus kendaraan meningkat pada jam-jam puncak. Sementara perkembangan dunia teknologi dan informasi memberikan peluang bagi para pekerja di bidang jasa untuk mengurangi pergerakannya dengan menerapkan telecommuting, di mana para pekerja menggantikan pergerakannya dengan bekerja dari rumah atau tempat lain dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Analisis yang digunakan adalah analisis crosstab dan chi-square untuk menguji variabel-variabel yang mempengaruhi preferensi pekerja dalam melakukan telecommuting. Sedangkan untuk mendapatkan peluang telecommuting mengunakan metode peramalan telecommuting yang ditemukan oleh Mokhtarian (1996) [2]. Hasil dari peluang tersebut nantinya akan direpresentasikan dalam jumlah penurunan pergerakan bekerja yang secara langsung mengurangi volume kendaraan di Mayjen Sungkono. Penelitian ini menghasilkan peluang telecommuting sebesar 9,9% - 42,95% dari total pergerakan pekerja. Dari simulasi telecommuting tersebut didapatkan peningkatan DS dari 0,96 menjadi 0,87. Namun ini belum memenuhi kriteria jalan arteri sekunder. Maka dibuatlah dua skenario. Skenario pertama dengan DS 0,7 menghasilkan trip ceiling 529,1 smp/hari. Skenario kedua dengan DS 0,79 menghasilkan trip ceiling 1437,92 smp/jam. Untuk arahan pemanfaatan ruang dapat digunakan penerapan corridor system building untuk masing-masing luas lantai. Jika luas eksisting melebihi dari trip ceiling, maka arahan diberlakukan untuk bangunan baru atau alih fungsi lahan.
Model Perkembangan Nilai Lahan Perkotaan di Surabaya Fatmawati Raeka; Haryo Sulistyarso
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1184.409 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.951

Abstract

Kota Surabaya mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat dibandingkan dengan pertumbuhan kota-kota disekitar Kota Surabaya.Kebijakan Pemerintah melalui NJOP sejauh ini belum dapat mengendalikan perilaku pasar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model perkembangan nilai lahan perkotaan di Surabaya. Teknik analisis yang digunakan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai lahan perkotaan di Surabaya adalah menggunakan SPSS Inc. Kemudian model terhadap perkembangan nilai lahan perkotaan di Surabaya dengan menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR). Hasil dari penelitian adalah model perkembangan nilai lahan yaitu Y = 0.982195 + 0.904970X1 + 0.293309X2 + 0.279019X3 + 0.036190X4 - 0.131236X5 - 0.082324X6 dan simulasi faktor-faktor yang dominan dipengaruhi oleh faktor jarak berupa faktor jarak terhadap CBD, jarak ke pusat perbelanjaan lokal dan faktor sosial yaitu jumlah penduduk.