Laksmita Dwi Hersaputri
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Estimasi Deplesi Lingkungan Subsektor Kehutanan di Jawa Timur Laksmita Dwi Hersaputri; Eko Budi Santoso
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.973 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24639

Abstract

Perekonomian Jawa Timur yang salah satunya ditopang oleh subsektor kehutanan, belum terjamin akan seterusnya berlanjut sampai jangka panjang, karena aktivitas ekonomi tidak selalu berbanding lurus dengan kondisi lingkungan hidup. Subsektor kehutanan memiliki nilai jasa lingkungan yang tinggi dalam meminimalkan perubahan iklim dan pemanasan global bagi kesejahteraan manusia. Namun hutan di Jawa Timur mengalami degradasi lingkungan setiap tahunnya akibat kegiatan ekonomi yang turut memanfaatkan kekayaan alam hutan, yang salah satunya berupa deforestasi atau aktivitas penebangan. Sehingga, diperlukan adanya perhitungan deplesi lingkungan guna mengetahui kontribusi subsektor kehutanan yang sebenarnya, yaitu mempertimbangkan aspek lingkungan. Deplesi merupakan penyusutan karena penggunaan sumber daya alam yang dieksploitasi sehingga semakin lama semakin menipis. Hasil dari estimasi deplesi dapat digunakan sebagai input data dalam perhitungan PDRB Hijau dan pertimbangan kebijakan mengenai pemanfaatan sumber daya hutan. Metode pengumpulan data dilakukan cara survei instansional yaitu memperoleh data-data dari instansi terkait yang dibutuhkan dan sesuai dengan variabel penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis menggunakan rumus deplesi. Dari analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil akhir berupa nilai deplesi lingkungan di Jawa Timur yaitu sebesar Rp 1,46 Triliun. Dimana nilai deplesi di setiap kabupaten di Jawa Timur pada tahun 2011-2015 yang terbesar terdapat di Kabupaten Pacitan yaitu sebesar Rp 454 Miliar, sementara deplesi terendah terdapat di Kabupaten Pamekasan yaitu sebesar Rp 58 Juta.
Arahan Pengembangan Pariwisata dalam rangka Mengurangi Ketidakmerataan Pariwisata Studi Kasus Kabupaten Badung dan Gianyar Laksmita Dwi Hersaputri
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.898 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24810

Abstract

Pariwisata merupakan sektor andalan pada perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata Bali sebagian besar berpusat pada Kabupaten Badung dan Denpasar. Padahal Kabupaten Gianyar memiliki jumlah potensi wisata yang lebih besar namun pendapatan daerah dari sektor wisata jauh lebih kecil dibandingkan dengan Kabupaten Badung. Ketidakmerataan pariwisata di Kabupaten Badung dan Gianyar dapat dilihat dari beberapa aspek seperti pada aspek fasilitas, akomodsi, keberagaman atraksi wisata yang dapat dilakukan, serta keberadaan pengelola daya tarik wisata. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung dan Gianyar untuk mengatasi ketidakmerataan perkembangan pariwisata dan pemerataan pendapatan daerah. Metode analisis yang digunakan dalam merumuskan arahan pengembangan adalah deskriptif komparatif. Dari hasil analisis terdapat beberapa arahan pengembangan pada masing-masing kabupaten. Arahan pengembangan pada Kabupaten Gianyar difokuskan pada penambahan jenis araksi/kegiatan wisata, meningkatkan jumlah akomodasi, restoran, dan fasilitas pendukung wisata, kerjasama dalam pengelolaan DTW, serta meningkatan rute Bus Sarbagita di Kabupaten Gianyar. Sedangkan arahan pengembangan untuk Kabupaten Badung adalah peningkatan jumlah akomodasi di Badung bagian utara, serta kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengelola daya tarik wisata.