p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teknik ITS
Wing Hendroprasetyo Akbar Putra
Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Studi Pengaruh Pemanasan Awal pada Pengelasan Ulang Baja ASTM A36 akibat Reparasi terhadap Sifat Mekanis menggunakan Proses Las FCAW Bimantara Haryudanto Pangaribowo; Wing Hendroprasetyo Akbar Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.34 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.32392

Abstract

Dalam industri perkapalan, sering terjadi kesalahan dalam proses pengelasan sehingga perlu dilakukan replating. Pemanasan awal (preheat) merupakan metode perlakuan panas yang dilakukan dalam proses pengelasan dengan tujuan memperlambat laju pendinginan pada logam las dan logam dasar sehingga menghasilkan struktur logam yang lebih ulet. Tujuan dari Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dilakukannya pemanasan awal pada pengelasan ulang dan sifat mekanis pada logam las akibat pengelasan ulang. Dalam penelitian ini dilakukan pengelasan ulang sebanyak tiga kali dengan perlakuan pemanasan awal. Suhu pemanasan awal maksimum sebesar 200ºC dan suhu interpass maksimum sebesar 200ºC. Proses pengelasan yang digunakan untuk pengelasan baja karbon ASTM A36 adalah flux cored arc welding (FCAW). Selanjutnya dilakukan pengujian yang mencakup: uji tarik, uji kekerasan, uji impact, dan uji metalografi. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai kuat tarik tertinggi sebesar 607.33 N/mm² pada material dengan satu kali pengelasan (no rework) dan nilai kuat tarik terendah sebesar 550.88 N/mm² pada material dengan empat kali pengelasan (3 x rework). Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada daerah weld metal dengan material dengan satu kali pengelasan (no rework) sebesar 182.4 HV dan nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah base metal dengan material dengan empat kali pengelasan (3 x rework) sebesar 138.8 HV. Hasil pengujian impact pada weld metal diketahui bahwa energi absorb semakin besar, dengan nilai energi absorb terendah pada material dengan satu kali pengelasan (no rework) sebesar 132 Joule dan nilai energi absorb tertinggi pada material dengan empat kali pengelasan  (3 x rework) sebesar 139 Joule. Dari hasil uji metalografi dapat diamati bahwa butiran pearlite dan ferrite terbentuk semakin besar dan rapat karena terdapat pengaruh panas akibat dilakukan pengelasan ulang dan proses pemanasan awal (Preheat), dimana semakin besar ukuran butir maka akan semakin kecil angka kekerasan pada sebuah material.
Analisis Tegangan Pada Penegar Wrang Pelat Akibat Kemiringan Penegar Wrang Pelat Robertus Bimo Pamungkas Sukoco; Wing Hendroprasetyo Akbar Putra; Septia Hardy Sujiatanti
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.177 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.34475

Abstract

Fitting yang tidak tepat pada penegar wrang pelat dan pembujur alas dalam menyebabkan terjadinya misalignmen. Misalignment tersebut diperbaiki dengan standard IACS sehingga penegar wrang pelat mengalami kemiringan. Dengan kemiringan yang terjadi pada penegar wrang pelat, tegangan yang terjadi pada sambungan wrang pelat dan pembujur alas dalam mengalami perubahan. Penelitian mengenai peningkatan tegangan akibat perbaikan yang dilakukan dibutuhkan agar perbaikan pada struktur dinyatakan aman.Perhitungan tegangan dilakukan dengan bantuan program elemen hingga. Variasi yang dilakukan adalah model konstruksi dengan misalignment pada penegar wrang pelat flatbar dan berprofil L, lalu dibandingkan dengan model konstruksi tanpa misalignment.Hasil analisis menunjukan peningkatan tegangan akibat misalignment sebesar 4.864% pada konstruksi dengan penegar wrang pelat berpenegar flatbar dan 0.439% pada penegar wrang pelat profil L. Peningkatan tegangan dan nilai tegangan terbesar terjadi pada penegar wrang pelat flatbar yaitu 4.864% dan 116.43 MPa. Tegangan yang terjadi pada model yang mengalami misalignment masih jauh di bawah tegangan ijin menurut Biro Klasifikasi Indonesia yaitu 230 MPa. Penegar wrang pelat dengan profil L lebih menguntungkan secara kekuatan karena memiliki peningkatan tegangan yang lebih kecil dibanding flatbar.
Analisis Kemampuan Pendeteksian Pengujian Eddy Current terhadap Crack Toe pada Sambungan Tee Material Aluminium 5083 yang Dilapisi Non-Conductive Coating dengan Variasi Kedalaman dan Panjang Crack Achmad Suseno Tony Prayuda; Wing Hendroprasetyo Akbar Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.59780

Abstract

Dalam industri perkapalan, material aluminium sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembangunan kapal. Dengan karakteristik dan keunggulan tersendiri membuat aluminium menjadi pilihan utama dalam pembangunan kapal-kapal tertentu seperti kapal nelayan, kapal cepat dan patroli, dan kapal-kapal lainnya. Pengelasan merupakan salah satu faktor utama dalam pembangunan kapal. Pengelasan tidak sempurna yang terdapat diskontinuitas dapat menyebabkan kerusakan yang fatal jika tidak dilakukan pendeteksian dan dibiarkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan pendeteksian crack toe dengan variasi kedalaman dan panjang pada sambungan tee material aluminium 5083 yang diberi lapisan non-conductive coating dengan metode Eddy Current Testing (ECT). Dalam penelitian ini dibuat spesimen dari material aluminium 5083 berjumlah lima buah dengan ukuran 200 mm x 50 mm x 10 mm yang dilas dengan sambungan tee. Tiap spesimen diberi crack buatan sejumlah empat buah yang diberi variasi kedalaman dan panjang crack. Setelah itu, spesimen dilapisi non-conductive coating dengan ketebalan 200 mikron. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan pengaruh variasi kedalaman dan panjang terhadap pendeteksian crack toe. Seiring dengan bertambah dalam dan panjang suatu crack, tinggi sinyal eddy current yang dihasilkan juga mengalami peningkatan ketinggian. Selain itu juga dilakukan perhitungan nilai sensitivitas dan ketelitian untuk mengetahui kemampuan pendeteksian crack toe dengan pengaruh dua variasi, yaitu panjang dan kedalaman dalam kondisi pengelasan yang diberi lapisan non-conductive coating serta kondisi alur las. Nilai sensitivitas pengujian eddy current pada penelitian ini adalah 100%. Pengujian eddy current berdasarkan kedalaman crack pada spesimen 5 memiliki nilai ketelitian tertinggi, yaitu 84,82%, sedangkan pengujian terhadap spesimen 3 memiliki nilai ketelitian terendah, yaitu 53,95%. Ketelitian pendeteksian terhadap panjang crack yang terbaca tiap spesimen berturut-turut adalah 77,55% untuk spesimen 1, 94,65% untuk spesimen 2, 94,26% untuk spesimen 3, 94,77% untuk spesimen 4, dan 94,74% untuk spesimen 5.
Analisis Kemampuan Pendeteksian Pengujian Eddy Current terhadap Retak Memanjang Logam Las pada Sambungan Tee Joint Material Aluminium 5083 Dilapisi Non-Conductive Coating dengan Variasi Panjang dan Kedalaman Cacat Henry Haidar Jati Andrian; Wing Hendroprasetyo Akbar Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.60245

Abstract

Material seringkali mengalami kerusakan atau retak yang diakibatkan oleh proses pengelasan, salah satunya berada di bawah lapisan pelindung material. Retak tersebut dapat diperiksa dengan metode Eddy Current Testing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sensitivitas dari Eddy Current Testing (ECT) dengan menggunakan variasi dimensi retak pada sambungan las tee joint material aluminium 5083. Penelitian ini menggunakan lima buah test piece material aluminium 5083 dengan masing-masing material berkuran 200 mm x 50 mm x 10 mm. Tiap material tersebut disambungkan dengan cara dilas. Retak buatan dibuat dengan menggunakan Electrical Discharge Machining (EDM) dengan variasi panjang dan kedalaman retak dengan 4 retak tiap test piece. Variasi panjang retak yang digunakan yaitu: 5.0 mm, 7.0 mm, 9.0 mm, dan 15.0 mm. Untuk variasi kedalaman retak yang digunakan yaitu: 0.5 mm, 1.0 mm, 1.5 mm, 2.0 mm dan 2.5 mm. Dengan menggunakan pengaturan parameter pengujian sebagai berikut. Probe connector: BNC; Frequency mode: Single; Frequency: 30 kHz; Angle: 352o; H gain: 59.8 dB; V gain: 68.9 dB; didapatkan hasil tinggi rata-rata indikasi sinyal retak pada pendeteksian kedalaman retak sebagai berikut. Untuk kedalaman retak 0.5 mm tinggi indikasi sinyal retaknya 4.5 mm; kedalaman 1.0 mm adalah 11.75 mm; kedalaman 1.5 mm adalah 19.75 mm; kedalaman 2.0 mm adalah 26.5 mm dan kedalaman 2.5 mm adalah 31.25 mm. Tingkat ketelitian yang didapat untuk pendeteksian kedalaman retak ialah 93.57%. Untuk pendeteksian panjang retak didapatkan hasil rata-rata panjang terukur retak buatan sebagai berikut: panjang retak aktual 5 mm memiliki nilai panjang retak terukur 6.32 mm; panjang retak aktual 7 mm memiliki nilai panjang retak terukur 7.18 mm; panjang retak aktual 9 mm memiliki nilai panjang retak terukur 8.8 mm dan panjang retak aktual 15 mm memiliki nilai panjang retak terukur 14.48 mm. Tingkat ketelitian yang didapat untuk pendeteksian panjang retak ialah 91.31%.
Analisis Kemampuan Pendeteksian Pengujian Eddy Current Testing (ECT) terhadap Crack pada Bollard dengan Bahan Casting Steven Johanes Elia; Wing Hendroprasetyo Akbar Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.61079

Abstract

Bollard merupakan perangkat yang ada di kapal atau di pelabuhan yang digunakan untuk menambat kapal di dermaga atau perangkat untuk mengikatkan tali pada kapal. Bollard biasanya terbuat dari besi cor dan ditanamkan pada fondasi atau bibir dermaga sehingga mampu untuk menahan beban tarik yang bekerja pada penambat kapal di dermaga. Terjadinya beban tarik yang bekerja pada bollard dapat menimbulkan masalah seperti deformasi, keretakan, kerusakan, dan lainnya. Oleh karena sebab diatas perlu dilakukan analisis kemampuan pedeteksian berupa crack pada bollard menggunakan metode Eddy Current Testing (ECT). Dengan metode tersebut, diharapkan dapat mengukur kemampuan pendeteksian crack pada bollard. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian terhadap material yang berbahan cast iron yang dibagi menjadi tiga spesimen. Tiap spesimen diberikan kedalaman retak dan panjang yang berbeda. Spesimen satu terdapat tiga retak yang berdimensi panjang 8 mm dan kedalaman 0.5 mm, 1 mm, dan 2 mm. Spesimen kedua terdapat tiga retak yang berdimensi panjang 1 mm dan kedalaman 0.5 mm, 1 mm, dan 2 mm. Spesimen ketiga terdapat tiga retak yang berdimensi panjang 2 mm dengan kedalaman retak 0.5 mm, 1 mm, dan 2 mm. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan sinyal yang didapatkan pada variasi kedalaman retak. Semakin dalam retak yang terbentuk, semakin besar juga tinggi indikasi sinyal retaknya. Tetapi hal ini tidak terjadi pada variasi panjang retak. Tinggi sinyal yang didapatkan dari panjang retak yang berbeda dan kedalaman yang sama adalah tetap sama sehingga dalam hal ini, panjang retak tidak berpengaruh dengan ketinggian sinyal. Sinyal retak yang paling tinggi terdapat pada retak dengan kedalaman 2 mm dan ketinggian sinyal retak paling rendah terdapat pada kedalaman retak 0.5 mm. Tingkat sensitivitas pada alat eddy current ini adalah sebesar 100% dan tingkat ketelitian pada alat eddy current ini adalah sebesar 77.70%.