Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Uji Coba Instrumen Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Berbasis Pola Fungsional Kesehatan Gordon Aprilia Nuryanti
Bahasa Indonesia Vol 9 No 2 (2020): Jurnal Keperawatan
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/kep.v9i2.243

Abstract

Banyak teori yang digunakan dalam pengkajian keperawatan. Beberapa mengadopsi satu teori, yang lain menggabungkan beberapa teori. Fungsi Kesehatan Gordon memiliki 11 pola kehidupan manusia dan dapat menilai masalah atau kebutuhan perawatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kualitas instrumen pengkajian keperawatan dan kualitas dokumentasi yang digunakan mahasiswa saat bedah keperawatan medik dalam praktik klinis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik pra eksperimental (one shot case study). Subjek dalam penelitian ini sebanyak 96 siswa untuk menilai kualitas instrumen pengkajian keperawatan dan 89 dokumen asuhan keperawatan yang ditulis oleh siswa tingkat III untuk menilai kualitas dokumentasi. Kuesioner skala likert dan daftar observasi digunakan. Penelitian dilaksanakan di STIKES Dirgahayu Samarinda dari bulan April sampai Juli 2019. Mutu dokumentasi pengkajian keperawatan sebagian besar dalam kategori baik. Beberapa komponen dalam kategori cukup yaitu akurasi pada riwayat kesehatan dahulu (58,43%), kelengkapan pada kajian metabolik nutrisi (75,28%), kajian pola aktivitas latihan (75,28%), dan pemeriksaan fisik dimana tiga aspek dalam kategori cukup (69,66%). Mutu instrumen dinilai dalam kategori baik pada ketiga aspek functionality, usability dan efficiency (>76%). Pola fungsional kesehatan menurut Gordon sesuai untuk diterapkan dan dapat dikembangkan untuk pengkajian keperawatan yang baik.
PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG SASARAN KESELAMATAN PASIEN: Undergraduate Nursing Students Knowledge about Patient Safety Goals Aprilia Nuryanti
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 5 No. 2 (2019): JIKep | September 2019
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.217 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v5i2.237

Abstract

The people’s demands for service satisfaction and patient safety during care were a major challenge for the world of nursing. Students must be equipped with adequate knowledge, attitudes and skills in implementing the patient safety goals program. The purpose of this study was evaluate the knowledge and learning experience of students towards Patient Safety Goals (PSG). Descriptive research was conducted on 71 level II students who had obtained patient safety subject chosen by convenient sampling technique. The questionnaire was used to measure the level of knowledge about PSG. The FGD was conducted on 7 participants to explore lecture in class and laboratory practice experiences. Student knowledge about patient safety goals rated category fairly by 53,5% of the samples. Good level of knowledge on patient safety goals 4. Lecturers are expected to emphasize the interests of patient safety goals when teaching subjects related to patient and family services. It is necessary to develop patient safety goals learning outcomes with practicum methods and adjust the development of patient safety goals instruments in the practice area.
Evaluasi Tugas dan Kompetensi Kader Posyandu Balita di Kelurahan Jawa Kota Samarinda Aprilia Nuryanti; Made Ermayani
Jurnal Abdimas Mahakam Vol. 3 No. 2 (2019): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.976 KB) | DOI: 10.24903/jam.v3i2.491

Abstract

Jumlah balita (0-4 tahun) pada tahun 2015 di Kota Samarinda adalah jumlah kelompok umur tertinggi kedua setelah usia 25-29 tahun. Pemerintah menyelenggarakan program kesehatan anak melalui Puskesmas. Puskesmas memiliki wilayah binaan kesehatan anak berupa Posyandu Balita. Puskesmas memiliki kader-kader kesehatan anak di masing-masing Pada pelaksanaannya di lapangan tugas kader tidak optimal dan menemukan beberapa kendala. Kendala yang terjadi mungkin dapat menyebabkan pencapaian program yang diharapkan oleh Puskesmas dan pemerintah kurang optimal. Oleh sebab itu, perlu penelusuran evaluasi tugas kader kesehatan anak dalam melaksanakan program kesehatan anak melalui puskesmas sebagai tangan panjang pemerintah. Evaluasi bermanfaat untuk mengembangkan pelatihan dan penyuluhan yang diperlukan bagi para kader untuk meningkatkan kompetensi mereka. Diskusi kelompok terarah dengan kader adalah salah satu upaya menelusuri dan mengevaluasi pelaksanaan tugas yang telah dilakukan kader kesehatan anak serta menemukan kendala-kendala teknis selama melaksanakan tugasnya. Hasil diskusi dianalisis dan ditarik tema-tema yang menjadi isu strategis evaluasi tugas kader kesehatan anak. FGD diikuti oleh 16 partisipan dan dua orang Pembina dari Puskesmas. Hasil FGD menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas administrasi kader dapat dilakukan dengan baik, pelaporan dan sosialisasi program dari Pemerintah disampaikan kepada kader melalui pertemuan di Puskesmas. Kendala yang terjadi selama kader bertugas di Posyandu adalah keterbatasan jumlah kader karena ada kader kesehatan anak yang merangkap sebagai kader kesehatan lansia. Karena jumlah yang kurang maka tugas dua meja harus dilakukan oleh seorang kader sehingga ada penugasan yang dobel. Kader mengatakan masalah di lapangan lainnya adalah kurangnya kepercayaan orang tua kepada kader karena keterbatasan kader dalam pengetahuan gangguan tumbuh kembang anak dan kurang terbukanya/ penolakan orang tua untuk membawa anak ke Posyandu. Saran yang dapat dilakukan oleh Puskesmas adalah mengevaluasi pencapaian pengetahuan dan keterampilan kader, pendampingan dalam kunjungan ke rumah warga yang bermasalah dan mengambangkan topik penyuluhan bagi kader dengan bekerja sama dengan instansi pendidikan tinggi kesehatan. Bagi institusi pendidikan agar dapat melaksanakan penyuluhan dan pelatihan bagi kader dengan bersinergi dengan Puskesmas dalam pemilihan topik. 
Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu Balita di Kelurahan Jawa Kota Samarinda tentang Tumbuh Kembang dan Kegawatdaruratan Anak melalui Pendidikan Kesehatan Made Ermayani; Aprilia Nuryanti; Agnesia Winda Kurniati
Jurnal Abdimas Mahakam Vol. 3 No. 2 (2019): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.559 KB) | DOI: 10.24903/jam.v3i2.501

Abstract

Data kependudukan kota Samarinda tahun 2015 menunjukkan bahwa kelompok balita menduduki kelompok umur tertinggi kedua setelah usia 25-29 tahun. Jumlah 84.756 jiwa kelompok balita memerlukan perhatian khusus pada masalah pertumbuhan perkembangan dan kesehatannya. Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan balita di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Jumlah Posyandu sebanyak 75 buah di Kecamatan Samarinda Ulu. Puskesmas memiliki kader-kader kesehatan anak di masing-masing Posyandu yang seharusnya memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan dalam deteksi dini tumbuh kembang anak, tidak hanya secara administratif melakukan pekerjaan dalam kegiatan Posyandu. Penyuluhan tentang pemantauan tumbuh kembang dan kesehatan anak perlu dilakukan kepada kader agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup banyak untuk disampaikan kepada orang tua saat membawa anak ke Posyandu karena tidak jarang orang tua balita dan kader menghadapi masalah kesehatan anak misalnya penyakit pada anak dan kondisi kegawatdaruratan pada anak. Masalah yang sering dihadapi sehari-hari seperti anak demam, kejang, diare, mimisan, luka, perdarahan, dan lain-lain. Kader posyandu balita sudah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan mengenai pelaksanaan pelayanan posyandu 5 meja, pelatihan tentang pemantauan tumbuh kembang dan pijat bayi. Namun dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala dan tidak semua kader mengikuti. Berdasarkan hasil focus group discussion sebelumnya parakader menyatakan membutuhkan penyuluhan tentang tumbuh kembang balita, kesehatan anak dan kegawatdaruratan anak. Metode pelaksanaan kegiatan adalah penyuluhan secara klasikal denga pre- dan post-test tentang tumbuh kembang dan pertolongan kegawatdaruratan anak. Saat penyuluhan berlangsung juga dilakukan diskusi dan tanya jawab terkait materi. Pelaksanaan kegiatan secara berseri pada tanggal 14 September dan 12 Oktober 2018 yang dihadiri 17 orang kader. Perbandingan nilai pre dan post tes pengetahuan kader tentang tumbuh kembang anak mengalami peningkatan mean dari 63 (nilai min 50, maks 80) meningkat menjadi mean 75 (nilai min 60, maks 90). Nilai pre- dan post-tes pengetahuan kader tentang kegawatdaruratan anak meningkat signifikan dari mean 66 (nilai min 50, maks 80) menjadi mean 83,6 (nilai min 60, maks 100). Kader rutin mendapatkan sosialisasi dan penyuluhan program dari Puskesmas rata-rata tentang topik tumbuh kembang anak, vaksinasi dan program nasional lain. Kegawatdaruratan pada anak adalah materi baru bagi kader. Rata-rata pengetahuan kader setelah dilakukan penyuluhan adalah dalam kategori baik pada topik tersebut. Upaya peningkatan pengetahuan bagi kader sangat diperlukan dengan berbagai metode. Pelatihan lanjutan perlu dilakukan agar kader memiliki keterampilan teknis terkait pemeriksaan tumbuh kembang anak dan pertolongan kegawatdaruratan pada masalah kesehatan anak.  
Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Dengan Metode Denver Development Screening Test (DDST) Aprilia Nuryanti; Made Ermayani; Agnesia Winda Kurniati; Jelita Adelina Br. Sitompul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Volume 4 Nomor 6 Desember 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i6.4502

Abstract

ABSTRAK Pemeriksaan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan balita perlu menjadi perhatian khusus. Berdasarkan hasil diskusi dengan kader kesehatan anak pada tanggal 15 Agustus 2018 menunjukkan bahwa identifikasi gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita penting untuk dilakukan masyarakat. Pendidikan kesehatan perlu dilakukan agar masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifkasi masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Metode pelaksanaan program adalah penyuluhan dan pelatihan pada kader sebagai tangan panjang puskesmas untuk menggunakan instrumen pemeriksaan tumbuh kembang balita yang menggunakan Denver Development Screening Test (DDST). Bentuk kegiatan berupa dua kali penyuluhan dan empat kali praktik skrining DDST. Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan kader tentang DDST. Peningkatan nilai post tes menunjukkan materi dapat diterima dengan baik. Pendampingan langsung dalam pemeriksaan anak yang memerlukan skrining tumbang, mahasiswa turut dilibatkan untuk menerapkan ilmu keperawatan anak dalam pemeriksaan tumbang. Kata kunci: Kader Posyandu, Tumbuh Kembang, Balita, Denver Development Screening Test (DDST)  ABSTRACTScreening for toddler growth and development needs to be of particular concern. The discussions' result with posyandu (integrated health center for toddler) cadres on August 15, 2018, was showed that screening for toddlers' failure of growth and development was essential to do in the community. Health education, training, and mentoring need to be done on cadres who organize posyandu activities. The program's method was counseling and training on cadres as an extended hand puskesmas (community health centers) to use the instrument of examination of the development of toddlers using the Denver Development Screening Test (DDST). The form of activity in the form of two counseling and four times the practice of DDST screening in the community. Counseling could increase cadres' knowledge about DDST. The increase in post-test scores suggests the material was well received. Direct assistance for cadres in the examination of children who require screening collapsed. Students were also involved in applying nursing knowledge in this activity. Methods of counseling, training, and mentoring on growth and development screening for posyandu cadres were adequate and needed further activities. Keywords: posyandu (integrated health centers) cadres, toddlers, growth, and development, Denver Development Screening Test (DDST)