Di tengah hiruk pikuk modernitas yang serba canggih dan cepat, warisan budaya sering kali terlupakan dan menjadi bangunan yang terdiam di sudut kota, terlihat tetapi tak lagi dimaknai. Contohnya Pendopo Puro Mangkunegaran, dimana pendopo ini memiliki sejarah dibalik tiang-tiang tinggi dan atap limasannya. Tersimpan bahasa simbolik yang merekam cara hidup, nilai, dan pandangan dunia masyarakat jawa. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk “mendengarkan” kembali bahasa arsitektur melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. Dengan melakukan pengamatan langsung dan telaah studi pustaka, kajian ini mencoba menafsirkan Pendopo sebagai tanda. Melalui semiotika Roland Barthes kita tidak hanya melihat apa yang tampak, tetapi juga apa yang dimaknai. Dengan analisis denotasi, konotasi dan mitos, kita dapat menemukan bahwasanya pendopo tidak hanya sekedar ruang fisik, melainkan juga ruang yang memiliki makna. Penelitian ini bukan sekedar tentang bangunan, melainkan tentang kesadaran budaya. Dimana makan budaya mulai tergerus oleh zaman, membaca ulang tentang sejarah pendopo adalah cara kecil untuk tetap m,erawat ingatan dan identuitas budaya tersebut.