Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro Pepes Ikan Mas (Cyprinus carpio ) yang Disterilkan dengan Iradiasi Gamma Zubaidah Irawati; Kallista Rachmavika Putri; Fransiska Rungkat Zakaria
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1153.938 KB) | DOI: 10.17146/jair.2011.7.2.80

Abstract

Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro Pepes Ikan Mas. (Cyprinus carpio) yang Disterilkan dengan Iradiasi Gamma. Iradiasi pengion merupakan salah satu teknik fisika untuk pengawetan bahan pangan yang menggunakan proses ionisasi tanpa mengubah secara nyata karakteristika fisikokima dan kandungan gizi dari bahan yang diiradiasi. Pembentukan senyawa radikal bebas dan senyawa radiolitik dalam produk akibat iradiasi dikhawatirkan akan membentuk senyawa yang bersifat toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sehingga membahayakan konsumen.Uji toksisitas yang merupakan bagian dari uji keamanan pangan pada sampel pepes ikan mas (Cyprinus carpio ) di dalam kemasan secara vakum dan diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 45 kGy dalam kondisi beku dilakukan melalui uji proliferasi limfosit dan pengukuran kandungan malonaldehida. Limfosit merupakan sel yang berfungsi terhadap respon imun spesifik dan sensitif terhadap ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan di dalam tubuh manusia, sedangkan kadar malonaldehida merupakan indikator keberadaan radikal bebas sekaligus berfungsi sebagai indikator kerusakan oksidatif di dalam matriks suatu material biologis. Baik pada sampel kontrol (K) maupun pada sampel yang diiradiasi dalam waktu penyinaran yang berbeda yaitupada tanggal 11 November 2006 (A), 14 Juni 2007(B), pada tanggal 5 April 2008 (C), dan pada tahun 2008 (kode: “no label”) (D), masing-masing dilakukan pengenceran pada tingkat yang berbeda. Proliferasi sel limfosit diukur berdasarkan Nilai Indeks Stimulasi (IS), sedangkan kadar radikal bebas diukur berdasarkan kadar malonaldehida (pmol/ml) terhadap seluruh sampel yang diamati. Hasil pengukuran IS pada sampel tanpa pengenceran, menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada sampel B (1,356), yang terendah terdapat pada kontrol (K) (1,161); pada pengenceran 1x nilai tertinggi dicapai oleh sampel D (1,344), terendah pada B (1,084) bila dibandingkan dengan kontrol (1,259). Pada pengenceran 2x nilai tertinggi terdapat pada Kontrol (1,293), tetapi nilai terendah pada sampel D (0,984). Hasil pengukuran kadar malonaldehida (pmol/ml) menunjukkan bahwa tanpapengenceran, nilai tertinggi terdapat pada sampel A (0,1182 pmol/ml), terendah pada sampel C (0,1178 pmol/ml) apabila keduanya dibandingkan dengan kontrol (0,1180 pmol/ml). Ekstrak sampel tanpa pengenceran dari seluruh pepes ikan mas yang diiradiasi 45 kGy tidak menghambat proliferasi dari sel limfosit ketika dibandingkan dengan sampel kontrol (p<0.01). Baik sampel kontrol maupun sampel iradiasi tidak menginduksi proliferasi sel limfosit bila dibandingkan dengan kontrol standar (p<0.01). Konsentrasi malonaldehida sampel ikan tersebut masih dapat diterima dan tidak berbahaya bila dibandingkan dengan sampel pepes kontrol (p<0.01). Berdasarkan pengujian proliferasi limfosit dan pengukuran kadar malonaldehida ekstrak sampel, pepes ikan mas yang diiradiasi dengan dosis 45 kGy dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
UJI TOKSISITAS TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA DAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN PADA RENDANG STERIL IRADIASI : IN VITRO Zubaidah Irawati; Kamalita Pertiwi; Fransiska Rungkat Zakaria
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol 6, No 1 (2010): Juni 2010
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.631 KB) | DOI: 10.17146/jair.2010.6.1.509

Abstract

Keamanan pangan olahan siap saji tradisional yang diiradiasi dengan dosis tinggi masih mengundang pertanyaan dan keengganan sehingga dapat menghambat perkembangan komersialisasi pada umumnya. Masyarakat masih sajamengkawatirkan bahwa radiasi dapat menyebabkan terbentuknya zat radioaktif pada produk yang disinari akibat pembentukan radikal bebas dan turunannya. Oleh karena itu, perlu dipelajari tentang kemungkinan adanya pengaruh iradiasi pada bahan pangan terhadap sistem biologi tubuh manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meyakinkan keamanan pangan olahan siap saji yang diiradiasi dengan dosis tinggi melalui uji toksisitas menggunakan limfosit dan eritrosit darah manusia, dan menentukan kapasitas antioksidan rendang yang disterilisasi dengan sinar gamma pada dosis 45 kGy. Metode penelitian yang digunakan adalah persiapanekstraksi sampel rendang, persiapan media biakan, isolasi limfosit, pengujian proliferasi limfosit menggunakan garam tetrazolium MTT, pengujian hemolisa eritrosit, menentukan kapasitas antioksidan, dan pengukuran kadar malonaldehida. Sampel rendang steril iradiasi yang diuji terdiri dari 4 macam yang berbeda waktu pembuatan dan sudah disimpan selama 6 — 18 bulan pada suhu 28-30oC. Sampeltersebut adalah sampel yang diiradiasi di PATIR BATAN pada tanggal 11 Nopember 2006 (sampel A), sampel yang diiradiasi tanggal 14 Juni 2007 (sampel B), “tanpa label” tanggal 14 Juni 2007 (sampel C), dan rendang yang tidak diiradiasi sebagaikontrol. Hasil yang diperoleh pada uji proliferasi menunjukkan bahwa baik pada kontrol, maupun pada seluruh sampel yang diiradiasi tidak menyebabkan terjadinya proliferasi secara nyata. Pada umumnya, laju hemolisa dari seluruh sampel yang diamati menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi atausebaliknya, pengenceran tidak menyebabkan peningkatan laju hemolisa ataupun hemolisa pada eritrosit secara nyata. Hasil pengujian kapasitas antioksidan sampel rendang yang diiradiasi lebih tinggi dibandingkan kontrol sedangkan perlakuan iradiasi tidak berpengaruh pada kadar malonaldehida rendang yang diteliti.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN DAN DAYA SIMPAN BAHAN PANGAN Zubaidah Irawati
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol 3, No 2 (2007): Desember 2007
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.19 KB) | DOI: 10.17146/jair.2007.3.2.558

Abstract

Ketersediaan pangan yang aman, bergizi, dan tidak mengalami perubahan cita rasa saat dikonsumsi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus selalu tersedia dengan jumlah yang cukup dan dalam jangka panjang untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Radiasi pengion, apabila diterapkan secara tepat dan benar sesuai dengan ketentuan standar (Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Radiation Practices (GRP) dapat memenuhi kebutuhan tersebut, karena teknologi radiasi lebih efektif, efisien dan praktis dibandingkan dengan teknik konvensional. Meskipun demikian aplikasi teknik nuklir untuk tujuan keamanan dan pengawetan komoditi pangan memerlukan regulasi dan legalisasi dari pemerintah, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas. Komersialisasi bahan pangan iradiasi di Indonesia antara lain diatur dengan PERMENKES No. 826/MENKES /PER/XII/1987, No.152/MENKES/SK/II/1995 dan Undang Undang Pangan RI No.7/1996. Selain Indonesia, beberapa negara di kawasan Asia Pasifik seperti India, Thailand dan Vietnam juga telah mengimplementasikan teknologi nuklir pada komoditi pangan secara komersial untuk tujuan karantina, sanitasi dan sterilisasi baik untuk konsumsi lokal maupun untuk ekspor ke Eropa, Amerika dan Australia. Sosialisasi dan disimenasi pemanfaatan teknologi nuklir atau teknologi radiasi kepada publik yang tidak berkesinambungan dan kurang efektif dapat menimbulkan kesalah-pahaman tentang makna teknologi itu sendiri.