Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Short Communication : Studi Awal Efek Perlindungan Benalu Kakao (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.) terhadap Kerusakan Limfosit Akibat Radiasi Gamma: Analisis Sitogenetik Teja Kisnanto; S. Y. Rosida; R. Bintang S. P; Suryadi Suryadi; Mukh Syaifudin; A. Mara; Salni Salni; M. Lubis; S. Nurhayati; Sofi Purnami
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jair.2021.17.1.5951

Abstract

Efek paparan radiasi gamma terhadap pekerja radiasi dapat menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) dan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan biologis pada sel normal, terutama DNA dan kromosom. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah terjadinya reaksi berantai radikal bebas, yaitu dengan sifatnya yang mudah teroksidasi. Beberapa tanaman telah terbukti memiliki senyawa antioksidan, salah satunya adalah benalu kakao (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak benalu kakao (EBK) dalam melindungi sel limfosit akibat radiasi gamma. Sampel darah diperoleh dari seorang responden laki-laki sehat, yang dibagi ke dalam enam perlakuan, yaitu tanpa radiasi (0 Gy); EBK; radiasi 1,5 Gy; EBK + 1,5 Gy; radiasi 3 Gy; dan EBK + 3 Gy. Kemudian dilakukan pengkulturan sel darah limfosit, pemanenan, pewarnaan dan pengamatan preparat. Frekuensi aberasi kromosom (ABK) disentrik dan fragmen dievaluasi setiap 100 sel, sedangkan frekuensi mikronuklei (MN), nuclear buds (NBUDs), dan 8-shaped dievaluasi setiap 1000 sel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa frekuensi ABK disentrik, MN, NBUDs, dan 8-shaped pada perlakuan dengan EBK lebih kecil dibandingkan tanpa EBK. Akan tetapi, frekuensi fragmen pada perlakuan dengan EBK lebih besar dibandingkan tanpa EBK, baik pada 1,5 Gy maupun 3 Gy. Kesimpulan dari penelitian ini adalah EBK memiliki potensi dalam melindungi sel limfosit terhadap kerusakan akibat radiasi gamma.
RESPONS HEMATOPOITIK MENCIT YANG DIINFEKSI DENGAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK IRADIASI GAMMA . Darlina; Teja Kisnanto; Ahmad Fauzan
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 13, No 2 (2012): Agustus 2012
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jstni.2012.13.2.318

Abstract

RESPONS HEMATOPOITIK MENCIT YANG DIINFEKSI DENGAN Plasmodiumberghei STADIUM ERITROSITIK IRADIASI GAMMA. Salah satu strategi untuk mengontrolpenyakit malaria adalah pengembangan vaksin melalui pelemahan parasit Plasmodium bergheidengan iradiasi gamma. Pada penelitian ini, P. berghei yang diiradiasi gamma dan yang tidakdiiradiasi disuntikkan secara peritoneal pada mencit untuk mempelajari respons hematopoitik.Respons hematopoitik ditentukan melalui persen parasitemia, jumlah eritrosit, leukosit, limfosit,dan monosit setiap 2 hari sekali selama 14 hari. Berat organ limpa dan hati mencit diukursetiap 3 hari sesudah infeksi. Mencit yang diinfeksi dengan parasit yang diiradiasi memilikiperiode prepaten 5 hari dengan parasitemia rendah dan jumlah eritrosit mengalami sedikitpenurunan. Jumlah leukosit naik hampir dua kali dari konsentrasi awal, dan jumlah limfosit sertamonosit juga mengalami kenaikan. Mencit yang diinfeksi dengan P. berghei tanpa iradiasimemiliki periode prepaten 2 hari dengan parasitemia meningkat, jumlah eritrosit mengalamipenurunan hingga 75%, dan jumlah leukosit tidak mengalami peningkatan. Limpa maupun hatimencit yang diinfeksi dengan P. berghei yang diiradiasi mengalami sedikit kenaikan berat,sedangkan pada mencit yang diinfeksi dengan P. berghei tanpa iradiasi terjadi kenaikan yangsignifikan. Peningkatan jumlah leukosit, limfosit, monosit, dan rendahnya parasitemia padamencit yang diinfeksi P. berghei yang diiradiasi menunjukkan terjadinya respons imun padamencit.