Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN IMPLEMENTASI FLEXBLUE DI INDONESIA Sahala Maruli Lumbanraja
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 16, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jpen.2014.16.2.2519

Abstract

ABSTRAKKAJIAN IMPLEMENTASI FLEXBLUE DI INDONESIA. Flexblue merupakan reaktor modular berdaya kecil dan berpendingin air ringan. Tapak reaktor ini berada di dasar permukaan laut (off shore) dan ruang kendali utama berada di darat. Hull yang berisi komponen-komponen utama reaktor ditempatkan pada kedalaman 60-100 m di dasar permukaan laut sehingga sistem keselamatan dan keamanannya cukup tinggi. PLTN ini dikembangkan oleh DCNS-Perancis untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dunia. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari pra-kelayakan implementasi Flexblue di Indonesia ditinjau dari faktor teknologi,  kondisi laut dan regulasi. Metodologi yang digunakan adalah mempelajari berbagai pustaka tentang teknologi PLTN Flexblue, kondisi laut, dan sistem regulasi  di Indonesia. Pada kajian awal ini, lokasi tapak potensial terletak di pesisir pantai timur pulau Sumatra, pantai utara Jawa, pantai pulau Kalimantan, dan sekitar pesisir pulau-pulau yang berada di antara timur pulau Sumatera, utara Jawa dan Kalimantan, tetapi dari segi regulasi, teknologi ini tidak dapat diimplentasikan.Kata kunci: Flexblue, hull, off shore, tapak, regulasi ABSTRACT IMPLEMENTATION OF FLEXBLUE ASSESMENT IN INDONESIA. Flexblue is a small power modular reactors and light water cooled. The reactor site is located at the bottom of the sea surface (off shore) and main control room on the ground. Hull that contains the main components of the reactor is placed at a depth of 60-100 m in the bottom of the sea surface so that the safety and security system is quite high. NPP was developed by the DCNS-France to meet the electrical energy needs of the world. The purpose of this study was to study the pre-feasibility of implementation Flexblue in Indonesia in terms of technological factors, sea geographical conditions and regulatory. The methodology used is to study a variety of literature on NPP Flexblue technology, geographic conditions, and regulatory systems in Indonesia. In this study, location of potensial sites are on the east coast of the island of Sumatra, Java's northern coast, the coast of the island of Borneo, and surrounding coastal islands located between the east of the island of Sumatra, northern Java and Borneo, but in terms of regulation, this technology can not implemented. Keywords: Flexblue, hull, off shore, site, regulations
ANALISIS ALIRAN DAYA UNTUK PENENTUAN LOKASI PENYALURAN DAYA PLTN DI SISTEM KALIMANTAN BARAT Citra Candranurani; Rizki Firmansyah Setya Budi; Sahala Maruli Lumbanraja
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 17, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jpen.2015.17.1.2720

Abstract

ANALISIS ALIRAN DAYA UNTUK PENENTUAN LOKASI PENYALURAN DAYA PLTN DI SISTEM KALIMANTAN BARAT. Kondisi kelistrikan di Kalbar diketahui dalam situasi krisis akibat jumlah kapasitas daya pembangkit yang hampir sama dengan beban puncak. Sistem tidak memiliki cadangan pembangkitan sehingga mengakibatkan defisit  listrik ketika ada pembangkit yang tidak beroperasi. Kebijakan perencanaan listrik hingga tahun 2022 adalah dengan membangun PLTU untuk mengganti PLTD yang telah ada. Untuk perencanaan jangka panjang diperlukan peranan energi baru terbarukan guna mengurangi ketergantungan pemakaian bahan bakar fosil, diantaranya adalah pemanfaatan PLTN. Aspek kelistrikan, salah satunya untuk mengetahui lokasi penyaluran daya PLTN yang optimum, maka diperlukan analisis aliran daya. Lokasi Gardu Induk (GI) yang dianalisis adalah keseluruhan GI di Kalbar yaitu sejumlah 20 unit. Metoda perhitungan aliran daya pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak ETAP 12.5. Perencanaan pengoperasian PLTN digunakan untuk memikul beban dasar, sehingga agar optimum maka faktor kapasitasnya diatas 80%. Hasil penelitian menunjukkan 3 lokasi yang dapat membangkitkan daya diatas 80%, yaitu: GI Mempawah, GI Singkawang, dan GI Sambas. Lokasi paling optimum berada di GI Mempawah dengan faktor kapasitas 83,5%. Letak ketiga GI ini sejalan dengan salah satu syarat untuk pembangunan PLTN, yaitu tersedianya sumber air pendingin karena lokasi tersebut dekat dengan pinggir pantai.   Kata kunci: Aliran daya, lokasi optimum, PLTN, Kalimantan Barat
Kajian Pra Kelayakan PLTN SMART Lepas Pantai Jenis Struktur Berbasis Gravitasi Untuk Indonesia Sahala Maruli Lumbanraja; Dharu Dewi
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 19, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jpen.2017.19.1.3267

Abstract

KAJIAN PRA KELAYAKAN PLTN SMART LEPAS PANTAI JENIS STRUKTUR BERBASIS GRAVITASI UNTUK INDONESIA. PLTN SMART lepas pantai jenis struktur berbasis gravitasi (gravity based structure, GBS) merupakan reaktor air tekan, berdaya kecil (100 MWe), dan tapaknya berada di lepas pantai. Teknologi ini dikembangkan berdasarkan teknologi PLTN SMART yang telah ada dan teknologi pengeboran lepas pantai dengan jenis struktur berbasis gravitasi. Hal ini sebagai respons pasca kecelakaan Fukushima,  Jepang (2011), untuk meningkatkan sistem keselamatan, mengatasi keterbatasan lahan, dan meminimalisir penolakan masyarakat pada kasus PLTN di tapak daratan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji prakelayakan implementasi PLTN GBS di Indonesia baik dari segi kelayakan teknologi maupun regulasi. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dan selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa PLTN SMART lepas pantai patut dipertimbangkan karena menawarkan peningkatan aspek keselamatan, ketersediaan tapak lepas pantai, dan penerimaan masyarakat yang lebih baik. Sejauh ini PLTN SMART lepas pantai belum dapat diimplementasikan di Indonesia karena dibatasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perijinan Instalasi Nuklir Dan Pemanfaatan Bahan Nuklir, yang menyatakan tapak adalah lokasi di daratan dan PLTN yang dapat dibangun di Indonesia harus sudah teruji.