Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sediment Thickness Estimation in Serpong Experimental Power Reactor Site Using HVSR Method Theo Alvin Ryanto; Eko Rudi Iswanto; Yuni Indrawati; Abimanyu BW Setiaji; Hadi Suntoko
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 22, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jpen.2020.22.1.5949

Abstract

A study about sediment thickness mapping was conducted in Serpong Experimental Power Reactor Site. This reactor is planned to be built in a high seismic activity area. Sediment thickness is one of many factors that could affect the site response. A high sediment deposit could amplify and prolong the earthquake waves. This condition could make the reactor building more vulnerable to seismic hazard. The sediment thickness was estimated using the microtremor HVSR method. The parameter used for sediment thickness calculation was obtained from the borehole and cross-hole seismic survey and was tested to ensure that the chosen parameter and the method were accurate. The deviation found in the borehole data was also calculated to determine the accuracy level of the calculation. The current planned location for the reactor is in a relatively low sediment deposit area with 8.8 m of thickness, however there is an area, west of the current location that might be a better location for the reactor based on the result of this study.
Aspek geografis tapak PLTN di kawasan BINTAN - Barelang Edwaren Liun; Arum Puni Riyanti; Hadi Suntoko
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 21, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jpen.2019.21.2.5643

Abstract

Wilayah Bintan - Barelang merupakan bagian dari paparan kontinental, terdiri atas pulau-pulau yang tersebar sebagai sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra Tersier yang membentang dari semenanjung Malaysia/ pulau Singapore. Posisi geografisnya berada pada jalur transportasi laut yang padat, sehingga ia memiliki potensi peran yang signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi. Salah satunya adalah sektor kelistrikan yang hingga saat ini pemenuhan kebutuhannya belum berada pada bauran energi yang ideal karena masih didominasi oleh bahanbakar minyak. Sementara untuk sektor transportasi di kawasan Asia Tenggara akan membuat sektor listrik memainkan peran lebih banyak di masa mendatang yang membutuhkan berbagai potensi sumberdaya energi untuk pembangkit listrik. Aktifitas dan pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan permintaan listrik yang relatif tinggi di kawasan regional Bintan – Barelang sehingga akan melibatkan sistem kelistrikannya dalam wacana Asean Power Grid. Makalah ini bertujuan untuk menguraikan perspektif ke depan sistem energi dalam kaitannya untuk memenuhi permintaan di sektor transportasi serta meramalkan indikator yang terkait permintaan energi transportasi selama empat dekade ke depan. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah penelusuran pustaka dari berbagai sumber yang relevan. Hasil yang diperoleh dari kajian ini nadalah bahwa posisi geografis Kawasan Bintan - Barelang memiliki potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang berwawasan regional terhadap kawasan sekitarnya khususnya Asia Tenggara yang ekonominya semakin didominasi oleh sektor jasa dan industri.
Mikrozonasi di Daerah Plampang, Nusa Tenggara Barat Eko Rudi Iswanto; Theo Alvin Riyanto; Hadi Suntoko
EKSPLORIUM Vol 42, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2021.42.1.6243

Abstract

ABSTRAK Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah dengan aktivitas kegempaan yang tinggi. Fenomena ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik sebagai akibat pertemuan Lempeng Eurasia-Australia (zona subduksi) di bagian selatan dan Sesar Flores di bagian utara serta adanya keberadaan sesar-sesar lokal. Terkait dengan rencana pengembangan kawasan Samota di Pulau Sumbawa, NTB, perlu dilakukan suatu kajian kegempaan. Tujuan penelitian ini adalah memetakan indeks kerentanan seismik (Kg) melalui pengukuran mikrotremor dengan analisis menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Hasil penelitian berupa peta kerentanan seismik daerah Plampang yang menunjukkan bahwa sisi utara lokasi penelitian memiliki indeks kerentanan seismik rendah yang ditandai dengan nilai amplifikasi kurang dari tiga jika dibandingkan daerah lainnya. Geologi sisi utara lokasi penelitian tersusun oleh batuan gunung api dengan karakteristik batuan keras, ketebalan sedimen sangat tipis, dan tersusun atas batuan Tersier atau lebih tua. Peta kerentanan seismik berguna sebagai acuan dalam mitigasi gempa bumi untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan. ABSTRACT Nusa Tenggara Barat (NTB) Province is an area with intense seismic activity. This phenomenon is caused by tectonic activity as the result of the convergency of the Eurasia-Australia Plates (subduction zone) in the south and the Flores Fault in the north as well as the presence of local faults. Regarding the plan to develop the Samota area in Sumbawa Island, NTB, a study concerning earthquakes should be done. The purpose of this study is to map the seismic vulnerability index (Kg) through microtremor measurement by using the Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) analysis method. The result of the study is a seismic vulnerability map of the Plampang area which its northern part has a low seismic vulnerability index indicated by the amplification factor value of less than three compared to other areas. The geology of the northern part of the Plampang area consists of volcanic rocks which has hard rock characteristic, very thin sediment thickness, and composed of Tertiary or older rocks. Seismic vulnerability maps can be useful as a reference for earthquake mitigation to reduce its risks.