Khuzaini Khuzaini
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SHOPPING LIFE STYLE MEMEDIASI HUBUNGAN HEDONIC DAN UTILITARIAN VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING Krido Eko Cahyono; Khuzaini Khuzaini; Hermono Widiarto
EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan) Vol 20 No 2 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya(STIESIA) Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.057 KB) | DOI: 10.24034/j25485024.y2016.v20.i2.54

Abstract

Sidoarjo merupakan  wilayah  yang terkena bencana nasional berupa lumpur,  yang memberikan image kepada masyarakat bahwa bencana tersebut memberikan dampak  negatif terhadap keberadaan sentra industri  kecil yang terletak di Tanggulangin. Tingkat pembelian masyarakat  atas produk tas dan koper menunjukkan kecenderungan menurun sejak terjadinya bencana tersebut.  Menyadari  akan adanya akibat tersebut,  perlu upaya mengangkat kembali dengan memberikan stuimulus kepada masyarakat luas untuk berbelanja di Sentra Industri Tas dan Koper di Tanggulangin, Sidoarjo. Penelitian ini memerlukan data dan informasi dari responden yaitu konsumen produk kulit yang berbelanja di Sentra Industri Kulit Tanggulangin Sidoarjo. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hedonic dan utilitarian berpengaruh langsung terhadap impulse buying , Untuk mengetahui hedonic berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle, Untuk mengetahui utilitarian berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle. Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini ada 4 variabel yang akan dianalisis parameternya yaitu hedonic, utilitarian, shopping lifestyle terhadap impulse buying dengan shopping lifestyle sebagai variabel intervening.
ANALISIS JALUR DALAM FUNGSI PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH DENGAN PURNA-PELAYANAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING: STUDI KASUS DI BPR PONOROGO Khuzaini Khuzaini
EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan) Vol 13 No 2 (2009)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya(STIESIA) Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.057 KB) | DOI: 10.24034/j25485024.y2009.v13.i2.290

Abstract

Service and post-service are important factors to create customer’s loyalty, therefore, we should examine the role of service variable to loyalty with post-service variable as intervening variable. Data is collected with total respondents of 155 samples by using purposive sampling method because the total of population is not known. Questionnaire consists of 3 variables that include service with 4 indicators (officer precision, service speed, technology ability and security), post-service with 4 indicators (problem soling, responding speed, correction availability and empathy to complaints) and 3 loyalties (product commitment, information dissemination and returning to buy again).A suitable method to answer above problems is Path Analysis. The result shows that service may have direct influence to loyalty and indirect influence that is from service to post-service as a new intervening to loyalty. Direct influence of service to loyalty that is b1 is 0,727. Indirect influence of service to post-service that is b2 is 0,509 meanwhile from post-service to loyalty, that is  b3 is 0,110, therefore indirect  influence, that is b2  times b2 is (0,509)*(0,110)=0,05599. Therefore, total influence of service to loyalty is direct influence that is added to indirect influence of  0,727 + 0,05599 = 0,783. It means that the influence of service and post-service is big enough to loyalty i.e. 78,3%, meanwhile the rest of it  is 21,7% that  is caused by other factor. Based on those results, it can be suggested that a company should give more emphasize to service and post-service because there is evidence that it may cause customer’s loyalty because customer’s loyalty is a very important factor in guaranteeing BPR durability in Ponorogo.
ANALISIS SWOT DAYA DUKUNG DAERAH TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN BLITAR Khuzaini Khuzaini; Suwitho Suwitho
EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan) Vol 11 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya(STIESIA) Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.057 KB) | DOI: 10.24034/j25485024.y2007.v11.i2.315

Abstract

The first step of industrial area development needs to find out the current conditional supportiveness in the smallest area unit. The smallest unit of Regency or Municipality is subdistrict. The setting of this study is Blitar Regency while its smallest area units studied are the Subdistricts of Bakung, Wonotirto, Sutojayan, Panggungrejo, Wates, Binangun, Kesamben, Selorejo, Doko, Wlingi, Talun, Selopuro, Kanigoro, Kademangan, Sanankulon, Srengat, Udanawu, Wonodadi, Ponggok, Nglegok, Garum and Gandusari.. The method used is SWOT analysis which considers internal factor constructed in IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) table and external factor constructed in EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) table. The highest IFAS values is Subdistrict Ponggok, while the highest EFAS values is Kademangan. Based on IFAS and EFAS values, the quadrant position will be derived in SWOT matrix whose x axis is IFAS and y axis is EFAS. There are four quadrants in SWOT matrix, they are S-O (Strengths – Opportunities), W-O (Weakness-Opportunities), S-T (Strengths-Threats), and W-T (Weakness-Threats). The results of this current study suggest that from 22 Subdistricts we studied, there are ten Subdistricts in S-O quadrant, two in W-O quadrant, five in  S-T quadrant and five in W-T quadrant. Based on the position of these Subdistricts in SWOT quadrant, the appropriate strategy for each Subdistrict in developing their area in order to support the development of industrial area will be determined.
Peningkatan Pengelolaan Usaha dengan Sistem Point of Sales (POS) di Bumdesa Masyarakat Madani Sejahtera Desa Janti Sidoarjo Khuzaini Khuzaini; Prawita Yani; Iqbal Ramadhani Mukhlis
KUAT : Keuangan Umum dan Akuntansi Terapan Vol 6 No 1 (2024): Edisi Maret
Publisher : Politeknik Keuangan Negara STAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31092/kuat.v6i1.2536

Abstract

Bumdes Masyarakat Madani Sejahtera yang terletak di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo merupakan suatu usaha yang dibentuk dari kontribusi masyarakat sekitar dan perangkat Desa untuk menunjang perekonomian bagi lingkungan sekitar. Kegiatan BumDesa ini beragam dan di bidang penjualan makanan dan minuman serta hasil bumi, produksinya, serta jasa untuk membantu di dua bidang sebelumnya. Namun untuk mendatangkan manfaat sepenuhnya bagi warga, maksimalisasi sumber daya di sekitar sangat diperlukan. Dengan potensi warga, batasan wilayah dan ragam produk yang ada, nilai usaha BumDesa bisa dimaksimalkan. Omset bisa teraih dengan optimal dan kapitalisasi usaha bisa menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tim pengabdian dalam programnya membantu penjualan ke masyarakat sekitar adalah dengan membangun sistem Point of Sales (POS) yang terintegrasi serta merancang mekanisme pembukuan untuk mengoptimalkan social value berupa jaringan konsumen dan produk serta distribusi yang dipunyai oleh warga sehingga bisa meningkatkan kapitalisasi BumDesa dalam laporan keuangannya. Untuk menunjang hal tersebut, tim dosen dan mahasiswa mengambil beberapa langkah, di antaranya dengan pemetaan kondisi sekitar yang meliputi pendataan produk dan calon konsumen serta peta distribusinya, dilanjutkan dengan merancang sistem POS yang meliputi pembangunan back-end dan front-end sistem. Paralel dengan hal itu, optimalisasi social value bisa dilakukan dengan implementasi SAK 19 yaitu pengakuan akan aset tidak berwujud. Dengan rancangan sistem POS dan mekanisme implementasi SAK 19, tenaga BumDes akan dilatih dengan model Training of Trainer (TOT) untuk kemudian secara berkala akan dilakukan pelatihan kepada pelaku usaha dan Ketua RT dan RW dalam perannya sebagai pengguna sistem. Dampak dari sistem POS menunjukkan adanya perluasan wilayah pemasaran, peningkatan nilai aset dan timbulnya social value bagi Bumdes.