Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PERENCANAAN SISTEM PEMANAS PADA RANCANG BANGUN MICRO OVEN SEBAGAI MEDIA PRAKTIKUM PENGECATAN TRI HARTONO, BASRI; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 4, No 03 (2018): JRM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2018
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Laboratorium pengecatan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNESA telah memiliki alat pengecatan standart berupa kompresor, dan spray gun namun belum memiliki media pengering/oven untuk sistem pengeringan. Sehingga proses pengeringan selama ini secara alami dengan bantuan sinar matahari sehingga rentan/peka terhadap kelembaban udara, debu, dan waktu pengeringan yang relatif lebih lama. Menanggapi kondisi tersebut sangat diperlukan media pengeringan berupa micro oven untuk mengatasi berbagai kendala yang ada. Micro oven ini menggunakan bahan dari plat besi dengan ketebalan 1,5 mm. Pemanas yang digunakan adalah pemanas listrik tipe strip heater, thermostat untuk mengukur suhu didalam ruangandan thermocouple yangdigunakan sebagai pengatur suhu yang ada di dalam ruangan micro oven. Dilengkapi dengan fan/blower untuk sirkulasi ruangan dan alumunium foil sebagai penahan panas di dalam ruangan oven. Pengujian dilakukan untuk mengetahui suhu yang dihasilkan oleh sistem pemanas, waktu pengeringan dan kekerasan cat dalam proses pengeringan, sedangkan data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif . Perencanaan pemanas pada micro oven dapat mempercepat waktu pengeringan pada proses pengecatan. Temperatur awal berada di suhu 28°C dan tertinggi 70°C dari 28°C ke 50°C membutuhkan waktu sekitar 10 menit, 50°C ke 60°C sekitar 5 menit dan 60°C ke 70°C sekitar 5 menit sehingga total waktu yang dibutuhkan dari 28°C ke 70°C ±20 menit, sedangkan temperatur yang digunakan untuk pengeringan berkisar ±50-70°C. Hasil yang diperoleh menunjukkan catlebih keras, lebih halus dan tidak lengket saat ditekan maupun dipegang dibandingkan pengeringan menggunakan sinar matahari dengan durasi pengeringan yang sama selama 10 menit. Kata kunci :micro oven, sistem pemanas, rancang bangun Abstract Painting Laboratory Department of Mechanical Engineering Faculty of Engineering UNESA has a standard painting tool in the form of a compressor, and spray gun but does not have a drying medium / oven for the drying system. So the drying process is naturally with the help of sunlight so susceptible / sensitive to moisture air, dust, and drying time is relatively longer. Responding to these conditions is very necessary in the form of micro-oven drying medium to overcome various obstacles that exist. This micro-oven uses material from an iron plate with a thickness of 1.5 mm. Heaters used are electric heater type strip heater, thermostat to measure the temperature in the room and thermocouple used as a temperature regulator in the room micro oven. Equipped with fan / blower for circulation of room and aluminum foil as heat retarder in oven room. Tests were conducted to determine the temperature generated by the heating system, the drying time and the hardness of paint in the drying process, while the data obtained was analyzed descriptively. Planning the heater on the micro-oven can speed up the drying time in the painting process. The initial temperature is at 28 ° C and the highest of 70 ° C from 28 ° C to 50 ° C takes about 10 minutes, 50 ° C to 60 ° C about 5 minutes and 60 ° C to 70 ° C about 5 minutes so the total the time required from 28 ° C to 70 ° C ± 20 minutes, while the temperature used for drying ranges from ± 50-70 ° C. The results obtained show the paint harder, smoother and less sticky when pressed or held than drying using sunlight with the same drying duration for 10 minutes. Keywords: micro oven, heating system, design
DESAIN KONFIGURASI OVEN PADA RANCANG BANGUN MICRO OVEN SISTEM PENGECATAN GEDE AGUS UDAYANA, I; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 4, No 03 (2018): JRM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2018
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Teknologi pengecatan saat ini mengalami banyak perkembangan khususnya pada proses pengecatan yang menggunakan spray gun. Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang sempurna harus di dukung bahan cat yang berkualitas,tenaga ahli yang kompeten dan peralatan penunjang yang memadai. Di laboratorium pengecatan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unesa sendiri dalam kegiatan praktikum pengecatan telah memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi standar. Namun dalam proses pengeringan obyek yang di cat masih menggunakan bantuan sinar matahari atau secara alami. Sehingga waktu pengeringan relatif lebih lama dan rawan terhadap debu maupun kotoran. Dari beberapa hal diatas kami memiliki inisiatif untuk membuat media pengering berupa Micro Oven. Desain konfigurasi MicroOven sebagai media pengecatan menggunakan sistemknockdownsesuai dengan bagian-bagiannya agar memudahkan proses perakitan. Bahan terbuat dari plat besi dengan ketebalan 1,5mm, besi persegi 3x3cm dengan ketebalan 1,5mm sebagai meja, plat stripe ukuran 3x3cmsebagai penempatan fan, pemanas dengan tipe stripeheater dan box panel ukuran 25x312cm sebagai tempat thermocontrol.Desain konfigurasi Micro oven yang menggunakan sistem knockdown bisa lebih efisien dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari pada proses pengeringan secara alami dengan sinar matahari. Pengujian dilakukan untuk mengetahui performa Micro Oven. Dihasilkan Micro Oven dengan luas 2,774 bisa digunakan sebagai alat pengering komponen-komponen sepeda motor. Beban maksimal yang mampu ditopang sebesar 80kgmenggunakan pemanas stripe heater untuk menghasilkan suhu 70°C dari suhu awal 28°C. Kata Kunci : desain konfigurasi, rancang bangun, Micro Oven. Abstract Painting technology is currently experiencing many developments, especially on the process of painting using a spray gun. For getting the best result of painting, it should be supported by the best quality of paint materials, competent experts and adequate supporting equipment. In the painting laboratory Department of Mechanical Engineering Faculty of Engineering Unesa, in practicum of painting have facilities and infrastructures appropriate the standard. But in the process of drying the painted objects still use the help of sunlight naturally. So that, the drying time is relatively longer and prone about dust or dirt. From some of the subjects above, we have the initiative to make a Micro Oven as a drying media. The design configuration of Micro Oven as a painting media using a system knockdown appropriate with the parts to facilitate the assembling process. The material made of iron plate with a thickness of 1.5mm, square iron size 3x3cm with a thickness of 1.5mm as a table, stripe plate size 3x3cm as fan placement, the heater with stripe heater type and panel box size 25x312cm as a place of thermocontrol.Micro Oven configuration design that uses a knockdown system can be more efficient and get maximum results than the naturally drying process use sunlight. The tests conducted to determine the performance of Micro Oven. It produced Micro Oven with extensive of ??2.774 can be used as a dryer of motorcycle components. The maximum load can supportable until 80kg using stripe heater to produce temperature of 70°C from the first temperature of 28°C. Keywords:design configuration, design, Micro Oven.
RANCANG BANGUN ALAT UJI POUR POINT UNTUK MENGUKUR TITIK TUANG BAHAN BAKAR PUTERI NENZY AYUNDARI, DEVINA; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang banyak dikonsumsi masyarakat. Salah satunya adalah minyak bumi yang dijadikan bahan bakar suatu pabrik dan dijadikan sebagai sumber energi kendaraan bermotor. Salah satu spesifikasi bahan bakar cair adalah titik tuang sehingga perlu mengetahui nilai pour point untuk mengerti kemampuan fluida bahan bakar mengalir pada suhu operasi lebih dingin. Laboratorium jurusan teknik mesin UNESA belum memiliki alat uji pour point sehingga perlu dibuat alat ini dengan berpedoman pada Standards ASTM D97. Perancangan menggunakan metode eksperimen geometri dan proses perancangan meliputi: menentukan bahan, mendesain rangka, melakukan pekerjaan rangka, uji coba trial dan error, penggunakan alat yang bertujuan mengukur titik tuang bahan bakar, dan analisa efiiensi dan efektifitas alat uji. Setelah dilakukan pengujian untuk bahan-bahan berikut sebanyak 3 kali berturut-turut, maka didapatkan hasil pour point yaitu : premium adalah -24?C, pertalite adalah -31?C, dan pertamax adalah -46?C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil uji titik tuang bahan bakar berjalan dengan baik dan sesuai dengan referensi dengan range ralat pengukuran (-7?C) (-5?C). Kata kunci: rancang bangun, titik tuang, pour point.
MODIFIKASI SISTEM PENGAPIAN HONDA C70 STANDART MENGGUNAKAN PENGAPIAN CDI PADA PENGUJIAN PERFORMA ARDIANSYAH, JANTIKO; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada sepeda motor telah digunakan dua jenis sistem pengapian yaitu sistem pengapian platina dan sistem pengapian CDI. Perbandingan sistem pengapian pada sepeda motor sangat berpengaruh terhadap performa mesin sepeda motor. Pada sepeda motor yang masih menggunakan sistem pengapian platina masih mengandalkan kemampuan manusia dalam hal penyetelan, sedangkan pada sistem pengapian CDI sudah dilengkapi dengan sensor yang dapat memutus dan menghubungkan arus listrik tanpa melakukan penyetelan. Kelemahan yang terdapat pada sistem pengapian platina terletak pada komponennya yang masih menggunakan sistem mekanik yang mudah rusak dan aus dalam waktu tertentu sedangkan pada komponen sistem pengapian CDI lebih efesien karena sudah menggunakan sistem elektronik. Jenis perancangan yang digunakan adalah eksperimen. Obyek perancangan ini adalah mesin Honda C70 tahun 1980. Pengujian performa mesin berdasarkan SAE J1349 yaitu ?Engine Test Code-Spark Ignition and Compression Ignition-Net Power Rating?. Bahan bakar yang digunakan pada pengujian ini adalah Pertalite. Instrument dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chasis dynamometer, rachet strap, termometer, fuel meter, stopwacth,acquistion rpm counter, dan blower. Analisa data ini menggunakan metode deskriptif. Dari perancangan ini setelah penggantian sistem pengapian CDI dapat dihasilkan torsi tertinggi 3.81 Nm pada putaran 6000 rpm, daya efektif tertinggi sebesar 4.67 PS pada putaran 6000 rpm, Konsumsi bahan bakar spesifik terendah yang dihasilkan adalah 0.080 kg/PS.jam pada putaran 6000 rpm. Kata kunci : Sistem pengapian konvensional, Sistem pengapian CDI, dan Performa Mesin
MODIFIKASI RASIO KOMPRESI PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA FORCEONE TAHUN 1993 ALFARIZI, RAHMAN; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Rekayasa Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor pribadi. Dulunya sepeda motor berteknologi 2 tak bertransmisi manual marak digunakan. Pada tahun 1993 pada bahan bakar premium masih didapati kandungan timbal (TEL) sehingga mesin tidak memerlukan kompresi tinggi. Indonesia sejak awal Juli 2006 sudah tidak menggunakan lagi timbal (TEL) sebagai aditif untuk meningkatkan Research Octane Number (RON) dalam pengolahan Premium 88 disejumlah kilang?kilang Pertamina dalam upaya mendukung program langit biru yang telah direncanakan pemerintah. Metode Rekayasa dilakukan pada Universitas Negeri Surabaya dengan cara melakukan pemaprasan pada cylinder head sepeda motor Yamaha Forceone Tahun 1993 yang semula kubah memiliki tinggi 5mm kemudian dilakukakan pemaprasan sebnyak 1mm sehingga tinggi kubah menjadi 4mm. diukur menggunakan pipet dan dihitung menggunakan rumus sehingga didapati rasio kompresi sepeda motor setelah dilakukan modifikasi pada ruang bakar. Kemudian dilakukan uji jalan untuk mengetahui performa motor setelah dilakukan modifikasi.Hasil dari Dengan meningkatnya kompresi pada sepeda motor Yamaha Forceone Tahun 1993 yang semula mempunyai rasio kompresi 7,1:1 kemudian setelah dilakukan modifikasi pada ruang bakar setelah diukur rasio kompresinya menjadi 10,2:1 celah antara piston pada saat berada pada titik mati atas dengan cylinder head menjadi semakin sempit sehingga campuran bahan bakar yang masuk dapat dikompresikan lebih baik dari pada saat belum dilakukan modifikasi sehingga menyebabkan partikel campuran bahan bakar menjadi lebih kecil dan proses pembakaran menjadi lebih baik sehingga terjadi peningkatan pada accelerasi sepeda motor, terbukti pada saat dilakukan uji jalan sepeda motor. Kata kunci : Yamaha Forceone, Rasio Kompresi, cylinder head,
ANALISIS LAJU KOROSI BAJA ST 60 SEBAGAI SPESIMEN POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN MEDIA AIR LAUT DARI BERBAGAI TEMPAT TERHADAP VARIASI WAKTU, KECEPATAN DAN SALINITAS AIR LAUT SETYANING HUTAMI, ADINDA; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Teknik Mesin Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Korosi pada kapal salah satunya disebabkan oleh air laut. Air laut mengandung NaCl dan memiliki salinitas yang tinggi sehingga menimbulkan percepatan laju korosi. Bagian kapal yang sering mendapat korosi terdapat pada propeller. Korosi kapal diakibatkan oleh pengaruh salinitas air laut yang tinggi sehingga menimbulkan percepatan laju korosi. Salah satu bagian kapal yang sering mendapat korosi adalah poros propeller. Dampak dari korosi poros propeller kapal mengakibatkan rusaknya material poros sehingga dapat menyebabkan rusaknya seal akibat masuknya air laut ke dalam mesin. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui laju korosi poros propeller kapal yang terbuat dari material Baja ST 60. Penelitian ini dipengaruhi oleh waktu perendaman material dalam air laut yaitu 7 jam, 14 jam dan 28 jam, salinitas air laut dari Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan dan kecepatan putar motor sebagai bentuk penerapan pergerakan poros propeller yaitu 1.000 rpm, 1.500 rpm dan 2.000 rpm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi Baja ST 60 tercepat dan nilai kehilangan berat terbesar berasal dari air laut Kabupaten Lamongan. Nilai laju korosi terbesar adalah 8,2591 mmpy yang memiliki nilai salinitas 28 ?, kecepatan putar 2.000 rpm dengan lama waktu perendaman 7 jam, sedangkan untuk nilai kehilangan beratnya adalah sebesar 0,1403 gram. Kata Kunci: Baja ST 60, Kecepatan Putar, Laju Korosi, Salinitas.
PENGARUH VARIASI AIR FUEL RATIO (AFR) PADA GASIFIER TERHADAP KUANTITAS NYALA API SYN GAS PADA GASIFIKASI BIOMASSA CANGKANG SAWIT RIANSYAH, DIKY; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKebutuhan energi listrik baik dengan mencari energi baru maupun dengan Hampir semua bagian dari pohon kelapa sawit secara komersial bisa dimanfaatkan, terutama di sektor energi dan manufaktur. Namun demikian, cangkang sawit memiliki penggunaan yang sangat terbatas, hanyalah dibiarkan kering kemudian dibakar dan ada pula yang dibiarkan membusuk, padahal cangkang sawit memiliki potensi yang tinggi dan layak digunakan sebagai bahan baku biomassa gasifikasi. Gasifikasi merupakan proses konversi energi dari bahan padat (biomassa) menjadi syn gas (gas hasil sintesa) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Banyaknya udara yang masuk ke dalam gasifier akan berpengaruh terhadap laju alir massa syn gas dan kualitas dari syn gas. Penelitian ini dilakukan dengan metode ekperimental diskriptif kuantitatif dan kualitatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh Air Fuel Ratio yang masuk ke dalam gasifier terhadap kuantitas nyala api syn gas yang ditinjau dari visualisasi nyala api, lama nyala api, dan temperatur nyala api. Pada gasifikasi cangkang sawit menggunakan gasifier tipe up draft. Variasi Air Fuel Ratio (AFR) dilakukan dengan cara mengatur kecepatan putaran udara dari blower yang masuk ke dalam reaktor dengan mengatur bukaan katup pada blower. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata tinggi nyala api syn gas pada AFR 0,2 0,3, 0,5, 0,8 dan 1,1 masing-masing adalah 13.5 cm, 18 cm, 23 cm, 45 cm, dan 53 cm. Sedangkan lama nyala api pada AFR 0,2 0,3, 0,5, 0,8 dan 1,1 masing-masing adalah 20 menit, 100 menit, 80 menit, 50 menit, dan 30 menit. Temperatur rata-rata nyala api pada AFR 0,2, 0,3, 0,5, 0,8 dan 1,1 masing-masing adalah 137 0C ,269 0C, 186 0C, 174 0C, dan 153 0C. Visualisasi nyla api terbaik yakni pada AFR 0,3 didapatkan profil api biru dengan temperatur tertinggi.Kata Kunci : Air Fuel Ratio, Gasifikasi, Syn Gas.AbstractAlmost all parts of oil palm trees can be used commercially, especially in the energy and manufacturing sectors. However, palm shells have very limited use, are used to be left dry and then burned and some are left to rot, even though palm shells have high potential and are suitable to be used as raw material for biomass gasification. Gasification is the process of converting energy from solid materials (biomass) to syn gas (synthesis gas) that can be used as fuel. Much of the air entering the gasifier will be directed towards the syn gas mass flow rate and the quality of syn gas. This research was carried out by descriptive quantitative and qualitative experimental method aimed to determine the effect of Air Fuel Ratio that goes into the gasifier to the syn gas flame quantity which is viewed from the visualization of the flame, the duration of the flame, and the flame temperature. In the palm shell gasification using a gasifier type up draft. Air Fuel Ratio (AFR) variation is done by adjusting the speed of air rotation from the blower that enters the reactor by adjusting the valve openings on the blower. The results of the research obtained are as follows average flame height syn gas nm at AFR 0.2, 0.3, 0.5, 0.8 and 1.1 is 13.5 cm, 18 cm, 23 cm, 45 cm, and 53 cm respectively. Whereas the flame duration at AFR 0.2 0.3, 0.5, 0.8 and 1.1 is 20 minutes, 100 minutes, 80 minutes, 50 minutes and 30 minutes, respectively. The average flame temperature at AFR 0.2, 0.3, 0.5, 0.8 and 1.1 are 1370C, 2690C, 186 0C, 1740C and 1530C, respectively. The visualization of the best flame is that the AFR 0.3 has a blue flame profile with the highest temperature.Keywords : Air Fuel Ratio, Gasification, Syn Gas.
UJI KUALITAS SYNGAS GASIFIKASI BIOMASSA CANGKANG SAWIT TERHADAP AFR DAN KADAR AIR PADA GASIFIER TIPE UPDRAFT MYZHAR, RAMLY; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Peningkatan produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, berbanding lurus dengan peningkatan volume limbah kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi, penanganan yang tidak tepat dipastikan berakibat mencemari lingkungan sekitar. Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama proses pengolahan kelapa sawit, baik berupa limbah padat dan cair. Limbah padat kelapa sawit antara lain tandan kosong, cangkang dan sabut (fiber). Pada penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif, digunakan biomassa cangkang sawit sebagai bahan bakar yang berasal dari Medan. Penulis memvariasikan empat AFR yaitu 0,3; 0,5; 0,8; 1,1 dan mengkondisikan kadar air biomassa cangkang sawit sesuai kandungan air di lapangan yaitu setelah melalui proses produksi. Kadar air dan AFR mempengaruhi durasi pembentukan syngas hasil gasifikasi biomassa, durasi pembentukan syngas pada AFR 0,3; 0,5; 0,8; 1,1 secara berurutan adalah 26 menit, 22 menit, 19 menit dan 14 menit. Kualitas syngas bisa dilihat secara visual melalui hasil pemabakaran syngas, pada AFR 0,3 didapatkan api biru, AFR 1,1 didapatkan nyala api jingga. Semakin kaya kandungan flammable gas dalam syngas, maka nyala api syngas berwarna biru dan semakin sedikit kandungan flammable gas dalam syngas, maka nyala api akan berwarna kuning kemerah-merahan/jingga. Terjadi kecenderungan penurunan presentase H2, CH4 dan CO pada syngas di AFR 0,3; 0,5; 0,8; dan 1,1 presentase H2 dan CH4 mengalami tren penurunan untuk senyawa CO sendiri pada syngas mengalami penurunan ke 4%. Penurunan CO pada masing-masing AFR terjadi karena terbentuknya CO2 sebagai dampak dari reaksi pembakaran yang tinggi dengan meningkatnya AFR. Kata Kunci : AFR, Gasifier, Cangkang sawit, Syngas, Kadar air. Abstract The increase in palm oil production from year to year is directly proportional to the increase in the volume of oil palm waste. The oil palm industry waste contains high organic matter, improper handling is sure to result in polluting the surrounding environment. Oil palm waste is the residual yield of oil palm plants which are not included in the main products of palm oil processing, both in the form of solid and liquid waste. Solid palm oil waste includes empty bunches, shells and fiber. In this study using qualitative and quantitative descriptive analysis methods, palm kernel shell biomass was used as fuel originating from Medan. The author varies four AFRs which are 0.3; 0.5; 0.8; 1,1 and condition the water content of palm kernel shell biomass according to the water content in the field after going through the production process. Water content and AFR affect the duration of syngas formation of biomass gasification results, duration of syngas formation at AFR 0.3; 0.5; 0.8; 1,1 in a row are 26 minutes, 22 minutes, 19 minutes and 14 minutes. The quality of syngas can be seen visually through the combustion of syngas, in the AFR 0.3 a blue flame is obtained, the AFR 1.1 is found in an orange flame. The more rich the content of flammable gas in syngas, the syngas flame is blue and the less content of flammable gas is in syngas, the flame will be reddish / orange. There is a tendency to decrease the percentage of H2, CH4 and CO in syngas at AFR 0.3; 0.5; 0.8; and 1.1 percent H2 and CH4 experienced a downward trend for the CO compound itself on syngas which decreased to 4%. The decrease in CO in each AFR occurs because of the formation of CO2 as a result of high combustion reactions with increasing AFR. Keywords: AFR, Gasifier, Palm shell, Syngas, Moisture content.
PENGARUH VARIASI UKURAN CANGKANG SAWIT PADA PROSES GASIFIKASI TERHADAP PERFORMA GASIFIER TIPE UPDRAFT SATRIYA NUGROHO, ADITYA; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cangkang kelapa sawit adalah salah satu bahan baku biomassa yang jumlahnya cukup melimpah di Indonesia. Salah satu alternatif yang menarik karena sifatnya yang renewable yang proses terbentuknya membutuhkan waktu yang lebih singkat. Penggunaan biomassa umumnya digunakan pada sektor rumah tangga kususnya di pedesaan dengan cara dibakar secara langsung. Tetapi apabila biomassa tersebut hanya dibakar secara langsung maka akan timbul permasalahan yaitu nilai bakar yang rendah dan kadar emisi polutan yang tinggi (Fisafarani,2010). Gasifikasi merupakan suatu bentuk peningkatan penggunaan energi yang terkandung di dalam bahan biomassa melalui suatu konversi dari bahan padat menjadi syn gas dengan menggunakan proses degradasi termal material-material organik pada temperatur tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan metode diskriptif kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi ukuran cangkang sawit yang dibakar di dalam gasifier terhadap performa gasifier menggunakan gasifier tipe updraft. Variasi dilakukan dengan cara memisahkan ukuran cangkang kelapa sawit menggunakan wire mesh dengan ukuran mesh 2 dan mesh 3. Pada proses gasifikasi Air Fuel Ratio (AFR) diatur sebesar 0,3 atau kecepatan udara 1,3 m/s. Kemudian akan diamati bagaimana temperatur nyala api, tinggi nyala api, lama nyala api, serta warna api syn gas. Hasil penelitian ini di dapatkan rata-rata temperatur nyala api dengan AFR 0,3 biomassa mesh 2 dan mesh 3 adalah 255?C dan 230?C. Tinggi nyala api dengan AFR 0,3 biomassa mesh 2 dan mesh 3 didapatkan rata-rata 17,4 cm dan 16,6 cm. Lama nyala api dengan AFR 0,3 biomassa mesh 2 dan mesh 3 masing-masing adalah 100 menit dan 80 menit. Sedangkan visualisasi api yang di dapatkan mesh 2 dengan profil api berwarna biru dan mesh 3 didapatkan profil api biru kemerahan. Hasil terbaik dari penelitian ini adalah biomassa dengan ukuran mesh 2. Kata kunci : Cangkang kelapa sawit, gasifikasi, biomassa, gasifier, syn gas.
PENGARUH BUKAAN KATUP AIR DAN VARIASI DIAMETER NOZZLE PADA REACTOR TRAPPING GASIFIKASI BIOMASSA CANGKANG SAWIT TERHADAP KUALITAS NYALA API FARRASIANDI HUDA W, MUHAMMAD; HERU SUTJAHJO, DWI
Jurnal Teknik Mesin Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Di era sekarang bahan bakar minyak merupakan salah satu energi yang dekat dengan masyarakat. Namun makin hari minyak bumi semakin menipis seiring banyaknya permintaan dan tak menutup kemungkinan akan habis. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan bahan bakar alternatif yang lebih efisien dan dapat diperbarui sehingga dapat digunakan terus menerus. Potensi dalam mengaplikasikan biomassa di Indonesia juga cukup besar. Cangkang kelapa sawit adalah salah satu bahan baku biomassa yang jumlahnya cukup melimpah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental deskriptif kuantitatif dan kualitatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh bukaan katup air dan variasi diameter nozzle terhadap kualitas nyala api yag ditinjau dari tinggi nyala api, temperatur nyala api, lama nyala api, dan warna nyala api. Obyek yang digunakan adalah gasifier tipe updraft. Variasi dilakukan dengan cara mengatur bukaan katup sebesar 70, 80, 90 pada tiap - tiap ukuran diamter nozzle sebesar 0,3 mm, 0,4 mm, 0,5 mm. Kemudian diamati bagaimana hasil kuantitatif dari tinggi nyala api, temperatur nyala api, lama nyala api, dan kualitatif warna nyala api. Hasil dari penelitian gasifikasi biomassa cangkang sawit didapatkan bahwa diameter nozzle 0,3 mm dan bukaan sudut katup 90 merupakan diameter lubang dan bukaan katup terbaik dengan temperatur api 383, lama nyala 12 menit, hasil kualitatif warna api didominasi dengan biru, sedangkan nyala api tertinggi dihasilkan dengan diameter nozzle 0,5mm dengan bukaan katup 70 yaitu sebesar 36cm. Kata kunci : nozzle, katup, cangkang sawit, biomassa