Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGOLAHAN AIR TERPRODUKSI DENGAN MEMBRAN BIOREAKTOR DI WILAYAH PENAMBANGAN WONOCOLO Wibiana Wulan Nandari; Ayu Utami; Ekha Yogafanny; M. Th Kristiati
Eksergi Vol 15, No 2 (2018): Vol. 15 No.2 (2018)
Publisher : Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/e.v15i2.2384

Abstract

ABSTRAK: Masalah pengolahan air terproduksi di wilayah penambangan Wonocolo mulai menjadi perhatian sejak ditetapkannya Wonocolo sebagai Petroleum Geoheritage. Air terproduksi yang ikut terangkut ke permukaan pada saat pengambilan minyak bumi di sumur minyak Wonocolo memiliki tingkat kekeruhan 105 NTU, Total Dissolved Solids (TDS) 1714 mg/L, Total Suspended Solids (TSS) 90 mg/L, dan nilai COD 77,9 mg/L. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media filtrasi pasir aktif dan karbon aktif sebelum air dimasukkan ke membran bioreaktor. Hasil pengolahan air terproduksi tanpa menggunakan media filtrasi menghasilkan air dengan tingkat kekeruhan 0,33 NTU, COD 35, TSS 8 mg/L dan efisiensi penurunan TDS 90,45 %, sedangkan dengan pasir aktif menghasilkan tingkat kekeruhan 0 NTU, COD 7,1 mg/L; TSS 6 mg/L, dengan efektivitas penurunan TDS 91,85%. Sementara pada media karbon aktif, tingkat kekeruhan 0,27 NTU; COD 10,5 mg/L; TSS 4 mg/L dengan efektivitas penurunan TDS 90,97%. Pengolahan menggunakan media filtrasi menghasilkan air yang memiliki kualitas lebih baik dari pada tanpa filtrasi. Media filtrasi pasir aktif lebih baik daripada karbon aktif. Media filtrasi juga dapat menurunkan beban membran dalam mengolah air.Kata Kunci: Air terproduksi; Membran bioreaktor; pasir aktif; karbon aktif ABSTRACT: The issues of produced water has become very much considered  since the stipulation of “Wonocolo” as Petroleum Geoheritage. Produced water transported to the surface during oil extraction at the Wonocolo oil well has a turbidity level of 105 NTU, Total Dissolved Solids (TDS) of 1714 mg / L, Total Suspended Solids (TSS) of 90 mg / L, and COD value of 77.9 mg / L. The purpose of this study was to determine the effect of filtration media (active sand and activated carbon) before water was put into the bioreactor membrane. The results of water treatment without using filtration media produced water with turbidity levels of 0.33 NTU, COD 35 mg/L, TSS 8 mg L and efficiency of TDS reduction of 90.45% while using active sand produced water with turbidity levels of 0 NTU, COD 7.1 mg/L, TSS 6 mg L and efficiency of TDS reduction of 91.85%. For activated carbon, turbidity level was 0.27 NTU, COD 10.5 mg/L, TSS 4 mg L and efficiency of TDS reduction of 90.97%. From the results of the analysis, processing using filtration media produces water that has better quality and active sand filtration media better than activated carbon.Keywords: Produced water; Membrane bioreactor; active sand; activated carbon 
Emisi Pencemaran Udara Dari Biomass Open Burning Pada Lahan Gambut Di Indonesia Menggunakan Data Gis Dan Citra Modis Ayu Utami; Chih-Hua Chang
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2016): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol8.iss1.art1

Abstract

Biomass open burning melepaskan sejumlah besar polutan yang menyebabkan terganggunya komponen kimia di atmosfer. Fenomena ini juga merupakan salah satu penyebab utama dalam perubahan iklim. Asia tenggara merupakan region yang memiliki wilayah agrikultur yang luas sehingga memiliki potensi untuk terbakar secara terbuka dan berkontribusi menyumbang emisi pencemaran udara yang sangat besar. Pencitraan satelit dan remote sensing digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung area terbakar dan besarnya emisi yang dihasilkan dalam konteks spasial di wilayah Asia Tenggara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan seberapa besar pengaruh emisi yang dihasilkan oleh kebakaran lahan gambut di Indonesia terhadap besarnya emisi yang dihasilkan dari terbakarnya biomass secara tebuka di Asia Tenggara. Kebakaran agrikultur pada lahan gambut di Indonesia menghasilkan emisi pencemaran udara dalam jumlah yang besar sehingga kasus ini diambil menjadi topik spesifik pada penelitian ini. Data produk dari MODIS burned area dan land cover digunakan untuk mendeteksi area terbakar dan memperkirakan faktor emisi di Asia Tenggara yang digunakan dalam perhitungan emisi. Pada hasil penelitian ini, tahun 2001-2007, bulan Mei sampai Oktober, Indonesia berkontribusi sekitar 80% dari total keseluruhan total area terbakar di Asia tenggara. Data dan hasil dari penelitian ini bisa digunakan untuk pertimbangan pembuatan kebijakan di wilayah Asia Tenggara.
Evaluasi Standar Stream dan Status Mutu Air Sungai Sentulan Kabupaten Sragen Terhadap Limbah Cair Tahu Reza Silvia; Ayu Utami; Aditya Pandu Wicaksono
Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian Vol 4, No 1 (2021): Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan, FTM, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jilk.v4i1.5643

Abstract

Limbah cair industri tahu yang berasal dari proses produksi mengandung padatan tersuspensi serta zat organik tinggi yang berpotensi menurunkan kualitas air sungai. Industri tahu di Desa Ngembat Padas telah beroperasi sejak tahun 1996 dan langsung membuang limbah hasil produksi ke Sungai Sentulan. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat berupa timbulnya bau, adanya perubahan warna, dan munculnya endapan pada sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi nilai standar stream dan status mutu pada air sungai. Metode analisis yang digunakan diantaranya perhitungan evaluasi standar stream dan metode indeks pencemaran guna menganalisis status mutu air. Pengambilan sampel limbah cair tahu dilakukan pada outlet limbah, sedangkan sampel air sungai dilakukan pada 1 titik sebelum dan 7 titik setelah pembuangan limbah cair tahu. Sampel air sungai diambil setiap perbedaan jarak 100 m, dengan total jarak 700 m. Hasil penelitian menunjukkan parameter BOD, COD, TSS, dan pH pada limbah cair tahu tidak sesuai dengan baku mutu. Perhitungan evaluasi standar stream didapatkan nilai konsentrasi pencampuran sebesar 2,1128-21,387 mg/L dari parameter BOD, COD, TSS, dan pH. Nilai indeks pencemaran Sungai Sentulan sebesar 0,616-6,0334 yang termasuk klasifikasi tidak tercemar hingga tercemar sedang. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah cair tahu sebelum dibuang ke Sungai Sentulan.
Perubahan Ekosistem Hutan Pinus Puncak Becici Dlingo Akibat Kegiatan Pariwisata Ayu Utami, MS; Henri Krismawan; Mohammad Nurcholis
Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian Vol 3, No 1 (2020): September 2020
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan, FTM, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jilk.v3i1.3568

Abstract

Perkembangan pariwisata merupakan salah satu upaya dalam menambah pendapatan suatu daerah. Perkembangan pariwisata tidak hanya menimbulkan dampak yang membangun suatu daerah tersebut, namun ada dampak terhadap ekosistem yang tidak bisa dihindarkan. Kecamatan Dlingo memiliki banyak potensi pariwisata, salah satunya adalah Hutan Pinus Becici. Hutan Pinus Becici merupakan hutan yang masuk dalam kawasan lindung. Dalam pengelolaan kawasan lindung, perlu diperhatikan beberapa aspek dalam pengelolaannya agar ekosistem kawasan lindung tetap terjaga. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada ekosistem hutan pinus becici akibat adanya kegiatan pariwisata yang berkembang di daerah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data adalah observasi, survey lapangan, dan wawancara. Selain itu, metode yang digunakan untuk pengolahan data adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis deskriptif. Perkembangan kawasan wisata Hutan Pinus Puncak Becici, Dlingo menyebabkan perubahan fisik pada kawasan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat dilihat dari perubahan luas bukaan tutupan lahan yang meningkat dan pembangunan fasilitas kawasan wisata yang meningkat. Total luas bukaan tutupan lahan pada tahun 2019 adalah sekitar 2,19 hektar. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun suatu arahan pedoman mengenai perubahan ekosistem hutan pinus becici sebagai dokumen acuan pengembangan pariwisata dengan konsep ramah lingkungan.
EMISSIONS FROM BIOMASS OPEN BURNING ON THE PEAT SOIL IN INDONESIA: INTEGRATING MODIS IMAGERY AND GIS DATA Ayu Utami; Chih-Hua Chang
Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian Vol 1, No 1 (2015): Vol. xx Nomor yy dd mm yyyy
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan, FTM, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jilk.v1i1.3268

Abstract

Biomass open burning emissions release large amounts of pollutant, which has significantly contributed to the atmospheric pollution. This phenomenon also generates many pollutants as major influence on climate change. Southeast Asia currently has vast areas committed to agriculture, which are a major contributor of biomass open burning emissions. Satellite imagery and remote sensing are used in this study to calculate the burned area and emissions in the spatial context of Southeast Asia. The aim of this research is to obtain the importance of peat soil burning in Indonesia affected the amount of biomass open burning emissions in Southeast Asia. The burning of peat soil in Indonesia also emits large of emissions, thereforethiscasehastakenasaspecifictopicinthis research. MODIS burned area and land cover data products were used to detect the burned areas and estimate the emission factor in Southeast Asia related to emissions calculation. Asaresultofthisresearch,on 2001-2007, on May to October, Indonesia contributes a significant amount; approximately80%ofthetotalburnedin Southeast Asia wasoccurredinIndonesia. Data and results from this research can be applied for regulatory consideration to countries that participate in the Southeast Asia governing body.
Rapid Lava Sand Filtration for Decentralized Produced Water Treatment System in Old Oil Well Wonocolo Ekha Yogafanny; Ayu Utami; Kristiati E. A.; Wibiana W. Nandari
Journal of the Civil Engineering Forum Vol. 5 No. 2 (May 2019)
Publisher : Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.446 KB) | DOI: 10.22146/jcef.43760

Abstract

The Cepu Block Oil Field has been traditionally extracted since 2008 by the local community in Wonocolo. The oil well-produced gas and fluids consisted of crude oil and produced water. This oil production activity discharges high amounts of produced water. The fluids have been settled down in the sedimentation tank to gain the crude oil optimally. The remaining fluid called produced water has been discharged to the surface towards the river without any further treatment.  This activity led to the deterioration of environmental quality. This study aimed to analyze the performance of produced water treatment by rapid sand filtration by measuring the degree of turbidity removal under the specific condition on a laboratory scale using lava sand. The sedimentation was conducted in 3 hours of retention time following the real field condition of the oil production process by community in one sample well. The rapid sand filtration was conducted by a fixed bed column method with 0.2 cm of grain size. The sedimentation process followed by the rapid sand filtration in produced water treatment yielded the high efficiency of turbidity removal reaching 98.65 %. The rapid sand filter also worked excellently in turbidity removal attaining 96.48 % of efficiency. These results confirmed that the sedimentation already done by the community followed by the rapid sand filtration is promising decentralized technology to be applied in a remote area such as Old Oil Wells Wonocolo regarding turbidity removal.
EVALUATING CUTTING TRANSPORT ON 12 ¼” SECTION WELL TM-1 Ratna Widyaningsih; Kharisma Idea; Ayu Utami; Ristiyan Ragil Putradianto; Dhika Permana Jati; Pratama Dzulfiansyah; Puji Hartoyo
Journal of Petroleum and Geothermal Technology Vol 5, No 1 (2024): May
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jpgt.v5i1.10742

Abstract

Mud hydraulics on a 12-1/4" section needs to be planned properly. Mud hydraulics design on a 12-1/4" section includes determining mud density, flow type, pressure loss, pump specifications, bit hydraulics and cutting lifting design. The purpose of bit hydraulics design is to determine the optimum flow rate. Mud hydraulics optimization is carried out using methods the Bit Hydraulic Horse Power (BHHP), Bit Hydraulic Impact (BHI) and Jet Velocity (JV) methods, where the analysis is in the form of graphs. The graph is analyzed by using a trial and error method to obtain the recommended flow rate so as to provide good cutting lifting. where the expected recommendation analysis are Cutting Transport Ratio (Ft) > 90%, Cutting Concentration (Ca) < 5%, and Carrying Capacity Index (CCI) > 1. The analysis results from the graph show that for the hole 12-1/4", it is recommended to use an optimum flow rate of 626.6 gpm with minimum value of Ft is 90.01%, Ca is 0.87% and CCI is 1.95. These values are stated to be good by using 15-15-16 nozzle bit combination. The Flowrate value can be increased up to 785 gpm by using 18-18-20 nozzle bit combination.. Keywords: Hydraulic Mud Planning, Optimum Flow Rate, Cuttings Removal.