Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kinerja dan Perspektif Usahatani Konservasi Alley Cropping di Indonesia Sri Hery Susilowati; Gelar Satya Budhi; I Wayan Rusastra
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 15, No 1-2 (1997): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v15n1-2.1997.1-16

Abstract

Alley cropping as a soil conservation technology owning certain advantages over terracing, particularly in that : a) costs are lower, b) soil productivity can be maintained, and c) it may be applied on all soil conditions. A disadvantage of alley cropping relates to the time taken for soil erosion control to become effective. However, over the longer time period, soil conversation control through alley cropping technology is more economical than that for terracing. The reviewed studies indicate that flemingia congesta is the most effective soil erosion controlling leguminous shrub,of those studied. Alley cropping is effective in maintaining land productivity. The synergic effect of soil productivity increase and soil erosion rate reduction. In some research,alley cropping systems have been shown to significantaly reduce farming costs per unit output,due to a decrease in manday (labour) use and other input reductions. In implementing alley cropping, land-holding status is one determining fector in farmers' willingness to apply the technology. That is why efforts to disseminate soil cinversation technology have often used some incentive in terms of land ownership rights for farmers. It is worthwhile to develop these incentives further, so that there is a legal certainty on cultivated land. Although alley cropping technology has currently been applied and adopted by farmers to a limited degree, there are still four main assues obstructing farmers' adoption of the tecnolog: a) small scale land-holding; b) limited capital ; c) production input availability; and d) lack of technology information
Perkembangan ekonomi kakao dunia dan implikasinya bagi Indonesia Tahlim Sudaryanto; Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1991): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n1.1991.36-45

Abstract

IndonesianProduksi kakao dunia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya produksi di negara-negara produsen tradisional maupun munculnya produsen-produsen baru yang penting seperti Malaysia. Di pohak lain, konsumsi kakao dunia nampak lebih stabil. Beberapa negara konsumen bahkan telah menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dalam konsumsi. Perkembangan produksi dan konsumsi yang tidak seimbang akhirnya tercermin dalam perkembangan harga yang cenderung terus merosot. Berdasarkan pada gambaran di atas, maka perluasan areal dan peningkatan produksi kakao di Indonesia memerlukan pengkajian yang lebih mendalam tentang seberapa jauh peningkatan produksi tersebut perlu dilakuan. Perluasan areal selayaknya dibatasi pada daerah-daerah yang memang cocok untuk kakao. Selain untuk memperoleh produktivitas yang tinggi hal ini dimaksudkan pula untuk mendapatkan kualitas kakao yang lebih baik. Selain itu diperlukan pula usaha-usaha untuk menjamin bahwa harga kakao ditingkat petani sesuai dengan kualitasnya. Dalam jangka panjang, pengembangan produksi kakao juga selayaknya disertai dengan pengembangan industri pengolahannya. Hal ini sejalan dengan perkembangan impor kakao di beberapa negara konsumen yang cenderung berubah ke dalam bentuk kakao olahan. Untuk memperluas pasaran kakao, selain pasar internasional, konsumsi kakao domestik juga perlu didorong.
Ketersediaan dan profitabilitas pengusahaan traktor di Jawa Barat, Sumatera Utara dan Lampung Victor T. Manurung; Budiman Hutabarat; nFN Supriyati; Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.21-29

Abstract

IndonesianKetersediaan traktor di daerah penelitian meningkat terus. Walaupun demikian, ketersediaan traktor belum memenuhi kebutuhan. Peningkatan jumlah traktor itu merupakan tuntutan kebutuhan tenaga kerja, bukan menggeser tenaga kerja manusia sehingga keluar dari pertanian. Penggunaan traktor sudah bersifat umum di kalangan petani dengan mobilitas antar daerah yang relatif tinggi. Kepadatan dan intensitas penggunaan traktor di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan di kedua daerah penelitian lainnya. Diduga hal itu berkaitan erat dengan ketersediaan kesempatan kerja, lamanya traktor dikenal oleh petani dan kondisi pertanian di daerah yang bersangkutan. Aspek-aspek itu lebih mendorong penggunaan traktor yang lebih intensif di Jawa Barat dibandingkan dengan di kedua daerah lainnya. Perkembangan pemilikan traktor tidak hanya untuk digunakan dalam usahatani sendiri, tetapi juga untuk disewakan kepada petani lain. Secara finansial pengusahaan jasa traktor menguntungkan para pelakunya. Dampak positif pengusahaan traktor tidak hanya bagi usahatani dan pengusaha jasa traktor, tetapi juga membangkitkan kesempatan kerja baru di pedesaan. Upaya traktorisasi perlu digalakkan untuk mengembangkan pertanian dan hal itu perlu didukung oleh kebijakan pemerintah.
Strategi Agricultural-Demand-Led-Industrialization dalam Perspektif Peningkatan Kinerja Ekonomi dan Pendapatan Petani Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v26n1.2008.44-57

Abstract

EnglishThe new paradigm of agricultural development placed Agricultural-Demand-Led-Industrialization (ADLI) strategy as an industrialization strategy emphasizing agriculture development program and setting the agriculture sector as a prime mover of industry and other sectors. The strategy is considered appropriate to be applied in developing countries which agriculture sector is their main resource. This paper aims to analyze the role of ADLI strategy in developing countries, including Indonesia, on macroeconomic performance and on farmers and land less households’ income improvement. The main result of this study is that ADLI strategy has an important role on macroeconomic performance, especially on labor absorption, GDP improvement as well as on other sector’s income acceleration. However, the strategy is quite a distance from an ideal implementation in terms of household income distribution. The benefit gained from agriculture and agroindustry sector development was mostly pour to non agriculture households in urban areas while farmer’s households and especially those of landless gained  the least.IndonesianParadigma baru pembangunan pertanian menempatkan strategi Agricultural-Demand-Led- Industrialization (ADLI) sebagai strategi industrialisasi yang menitikberatkan program pembangunan di sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan sektor industri dan sektor-sektor lain.  Strategi pembangunan ini dipandang sesuai diterapkan di negara-negara berkembang yang memiliki sumberdaya utama di sektor pertanian.  Makalah ini bertujuan untuk menelaah peran strategi ADLI yang telah diterapkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam meningkatkan kinerja ekonomi makro dan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani dan buruh tani. Kesimpulan pokok dari kajian ini adalah bahwa strategi ADLI berperan  baik khususnya dalam  penyerapan tenaga kerja, peningkatan PDB dan perannya dalam mengakselerasi pertumbuhan sektor-sektor lain.  Namun dalam hal distribusi pendapatan rumah tangga, strategi ADLI masih jauh dari penerapan yang ideal. Manfaat pengembangan sektor pertanian primer dan agroindustri lebih banyak mengalir ke rumah tangga nonpertanian di kota, sedangkan buruh tani dan petani menerima pendapatan terkecil.
DAMPAK MOBILITAS TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN SRI HERY SUSILOWATI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 1 Februari 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.445 KB)

Abstract

Rural-urban migration activity has increased recently. Those activities resulted bothpositive and negative impact to rural economy, especially on household income. The purposeof this study is to learn the impact of rural-urban migration on rural household income. Thestudy is based on PATANAS (Panel Petani Nasional) data of 14 West Java villages in 2001.The study concluded that rural-urban migration has a positive impact both on rural householdincome and rural economic development Total household’s income is significantlyinfluenced by remittance while household’s income comes from migration activity issignificantly influenced by level of education and number of migrate household’s members.
DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTORAL, TENAGA KERJA DAN RUMAHTANGGA DI INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI BONAR M. SINAGA; SRI HERY SUSILOWATI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 2 Juli 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.846 KB)

Abstract

ABSTRACT The research objective is to analyze the impact of government expenditure, export, investment and tax policy in agroindustry sector on sectoral, labor and household income distribution. The analysisi using Social Accounting Matrix (SAM) model. Result of policy simulation in agroindustry sector is used for further analysis of income distribution using SAM and SUSENAS data. The result show that export, investment and tax insentive policy in agroindustry sector has positive impact to improve sectoral, labor and household income distribution. Export and investment policy in food agroindustry give a greater impact on income distribution compare to non food agroindustry. The most effective policy to improve income distribution is to increase investment in priority industries of agroindustry. Keyword: Agroindustry, Social Accounting Matrix, Policy Impat, Income Diistribution ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak berbagai kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan sektoral, tenaga kerja dan rumahtangga. Kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor, investasi dan insentif pajak. Analisis menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Simulasi kebijakan di sektor agroindustri dilanjutkan untuk menganalisis distribusi pendapatan menggunakan data SNSE dan SUSENAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan ekspor, investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan sektoral, tenaga kerja dan rumahtangga. Kebijakan ekspor dan investasi di sektor agroindustri makanan berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan lebih besar dibandingkan kebijakan di sektor agroindustri non makanan. Kebijakan ekonomi yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan adalah meningkatkan investasi di sektor agroindustri prioritas. Kata kunci Agroindustri, Sistem Neraca Sosial Ekonomi, Dampak Kebijakan, Distribusi Pendapatan
Pendekatan Skala Ekivalensi untuk Mengukur Kemiskinan Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n2.2010.91-105

Abstract

EnglishConsumption calculation to measure the level of poverty in Indonesia was based on the average of expenditure per capita approach. The approach did not consider the age’s composition of household members. With such approach, the calculation of poverty level should not provide accurate figures and need to be evaluated. The equivalent scale approach to measure the level of poverty was used by considering the household member’s age composition.  The result of poverty calculation using the equivalent scale approach gave the level of poverty at a more proportionate level compared to the average expenditure per capita approach.  The main problem in applying the equivalent scale approach to calculate the level of poverty in Indonesia is the lack of equivalent scale formula suitable for Indonesian consumption household pattern. IndonesianPenghitungan pengeluaran per kapita untuk menghitung penduduk miskin di Indonesia yang selama ini hanya didasarkan pada rata-rata pengeluaran per kapita dan tidak memperhatikan komposisi umur anggota rumah tangga. Dengan pendekatan tersebut hasil perhitungan kemiskinan kurang mencerminkan angka kemiskinan secara akurat. Untuk itu penetapan kemiskinan dengan metode rata-rata pengeluaran per kapita seperti yang dilakukan BPS hingga saat ini perlu dievaluasi. Hasil perhitungan kemiskinan dengan pendekatan skala ekivalensi diketahui menghasilkan angka kemiskinan yang lebih rendah dibandingkan dengan metode rata-rata pengeluaran per kapita. Pendekatan skala ekivalensi sebagai alternatif metode menghitung kemiskinan diperkirakan akan menghasilkan angka kemiskinan yang lebih proporsional dibandingkan dengan metode rata-rata pendapatan per kapita. Kendala penerapan skala ekivalensi untuk menetapkan angka kemiskinan di Indonesia terutama belum tersedianya formula skala ekivalensi yang tepat sesuai dengan pola konsumsi anggota rumah tangga di Indonesia.
Gejala Pergeseran Kelembagaan Upah pada Pertanian Padi Sawah Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v23n1.2005.48-60

Abstract

EnglishTechnology causes changes in agricultural production and institutional systems. In term of working-relation institution, a change from in-kind (bawon and kedokan) payment system to cash (daily and contract) system is more efficient to the land owners in reducing harvesting costs. However, daily and contract payments could raise moral hazard carried out by the workers in terms of working intensity and quality. An alternative implemented by the land owners to control moral hazard is through establishment of patron-client relation with permanent workers.  IndonesianTeknologi telah menyebabkan perubahan  pada sistem produksi maupun tatanan kelembagaan pertanian. Dalam kelembagaan hubungan kerja pertanian, perubahan sistem pengupahan dari sistem bawon dan kedokan ke sistem pengupahan tetap, baik harian maupun borongan, dipandang oleh pemilik lahan merupakan cara yang lebih efisien dalam mengurangi biaya panen. Namun, pada dasarnya sistem pengupahan harian dan borongan memberi peluang buruh tani untuk melakukan kecurangan (moral  hazard)  baik dalam intensitas jam kerja maupun kualitas kerja. Salah satu strategi yang dilakukan pemilik lahan untuk menekan munculnya moral hazard adalah dengan membangun hubungan patron-client dengan buruh tani melalui penggunaan buruh langganan dan buruh tetap.