Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI KENYAMANAN TERMAL DENGAN EKSPERIMEN LAPANGAN MELALUI PENGUKURAN VENTILASI UNTUK MENCAPAI KENYAMANAN DI MASJID AL MADINAH CBD CILEDUG TANGERANG Hidayatulloh, Falatehan; Hidayat, M. Syarif; Jamila, Rona Fika
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.010

Abstract

Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam, dimana kegiatan utama yang dilakukan setiap hari adalah kegiatan shalat. Pada umumnya masjid menggunakan ventilasi alami sebagai penunjang kenyamanan termal dalam ruang. Namun demikian terdapat kecenderungan banyak masjid sekarang menggunakan penyaman udara (AC) walaupun sebelumnya menggunakan bukaan untuk ventilasi alami. Terdapat fenomena yang menarik pada Masjid Al-Madinah CBD Ciledug dimana masjid ini tidak memiliki lubang khusus untuk ventilasi, namun menggunakan jendela buka tutup serta pintu terbuka untuk ventilasi ruang masjid. Pertanyaannya adalah apakah ventilasi dengan jendela buka tutup dan pintu ini dapat memberikan kondisi termal ruangan yang baik untuk ruang masjid. Apakah ventilasi ini dapat memberikan kenyamanan termal bagi para jamaahnya? Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja ventilasi alami pada Masjid Al-Madinah CBD Ciledug. dan apakah ventilasi tersebut dapat memberikan kenyamanan termal bagi para jamahnya. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan eksperiman lapangan melalui variasi bukaan pada masjid kemudian dilakukan pengukuran kondisi termalnya. Pengukuran kondisi termal dilakukan sebanyak lima kali waktu shalat selanjutnya data yang didapatkan disimulasikan dengan menggunakan aplikasi CBE Thermal Comfort untuk melihat prediksi kenyamanan termal dalam ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan aliran udara dalam ruang utama shalat adalah 0.064 m/s dengan keadaan ventilasi tertutup, 0.38 m/s dengan keadaan ventilasi terbuka. adapun kondisi termal ruang shalat adalah keadaan ventilasi alami tertutup 24.34ºc-32.7 ºc, sedangkan pada ventilasi terbuka suhu udara tertinggi mencapai 23.95 ºc-31.99 ºc. Sedangkan hasil simulasi CBE Thermal comfort tool menunjukkan keadaan netral pada waktu subuh, sedikit hangat pada waktu subuh, panas pada waktu dzuhur dan hangat pada waktu ashar hingga isya. Sedangkan pada simulasi ventilasi terbuka bahwa ruang masjid mengalami keadaan netral pada waktu subuh dan hangat pada waktu dzuhur hingga isya.
EVALUASI KINERJA TERMAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG MUSEUM BAHARI JAKARTA Anwar, Doddy; Hidayat, M. Syarif
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 15, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2025.v15i2.008

Abstract

Bangunan bersejarah atau situs bersejarah didefinisikan sebagai lokasi resmi di mana potongan sejarah politik, militer, budaya, atau sosial telah dilestarikan karena nilai warisan budayanya. Bangunan ini merupakan bagian integral dari kekayaan warisan setiap negara. Terlepas dari wilayah tempat mereka berada, bangunan bersejarah milik semua orang di seluruh dunia. Salah satu cara untuk melestarikan bangunan bersejarah adalah dengan cara penggunaan bangunan kembali secara adaptif. Masalah yang dihadapi adalah tidak mudah menyesuaikan fungsi baru dengan bangunan lama. Seperti museum. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja termal pada museum Bahari yang merupakan bangunan lama. Evaluasi kinerja termal ini difokuskan kepada suhu udara dan kelembaban relative. Kedua factor ini berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung dan benda pamer. Metode yang dilakukan dengan menggunakan metode survey untuk mengetahui kondisi termal museum dan persepsi pengunjung terhadap kondisi tersebut. Penelitian ini juga mengkaji persepsi pengunjung terhadap kondisi termal di ruang pamer Museum Bahari yang menggunakan ventilasi alami maupun sistem AC. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu rata-rata di kedua jenis ruang tersebut masih berada di atas standar kenyamanan termal ideal (24–26°C). Temuan ini menegaskan perlunya evaluasi sistem penghawaan demi kenyamanan pengunjung dan pelestarian artefak dalam bangunan bersejarah.