Purna Sulastya Putra
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Palinologi Laut di Selat Sumba, Nusa Tenggara Timur Yanty Yosephin; Septriono Hari Nugroho; Purna Sulastya Putra; Sri Widodo Agung Suedy; Munifatul Izzati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 29, No 1 (2019)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.716 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2019.v29.971

Abstract

Penelitian ini merupakan bagian dari Ekspedisi Widya Nusantara 2016 yang bertujuan untuk merekonstruksi dinamika iklim dengan memperhatikan kondisi keanekaragaman morfologi polen, spora dan keanekaragaman flora sekitar perairan Selat Sumba pada Kala Holosen. Sedimen diambil menggunakan penginti gravitasi pada Kapal Riset Baruna Jaya VIII pada kedalaman kolom air 1283 m dengan panjang inti 243 cm. Kedalaman yang diamati yakni 0-102 cm dengan interval penyamplingan adalah 5 cm, sehingga diperoleh 22 sub-sampel. Jenis sedimen yang dominan adalah lanau sedangkan pasir hanya mendominasi bagian permukaan. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif palinologi, lapisan dibagi menjadi empat zona dan untuk mengetahui umur dari tiap lapisan sedimen digunakan datum Foraminifera Globigerinella calida calida. Zona I dengan perkiraan umur  5662-7550 tahun yang lalu memiliki karakteristik, jenis Arboreal Pollen (AP) yang lebih dominan yakni Cupressaceae, sedangkan jenis spora yang dominan adalah Polypodiaceae dan Acrostichum aureum. Zona ini diintepretasikan beriklim panas dan basah, dengan nilai Pollen Marine Index (PMI) 100 dan indeks keanekaragaman adalah 0,35. Zona II berumur 4530-5662 tahun yang lalu dengan kehadiran Arboreal Pollen (AP) yang lebih dominan adalah Casuarinaceae dan spora Polypodiaceae, sehingga diintepretasikan iklimnya adalah panas dan basah, PMI = 105 dan Indeks keanekaragaman 1,56.  Zona III berumur  2265-4530 tahun terdapat Arboreal Pollen (AP) yakni Anonaceae 43,75 % dan Spora yakni Polypodiaceae 33 %, sehingga diintepretasikan beriklim panas dan basah, PMI= 118 serta Indeks keanekaragaman 2. Zona IV adalah lapisan paling muda berumur 2265-sekarang memiliki persentase Arboreal Pollen (AP) yang lebih dominan yakni Anonaceae sebanyak 44% dan adanya peningkatan kehadiran spora yakni taksa Acrostichum aureum sebanyak 41,2 %, PMI = 128,25 dan memiliki Indeks keanekaragaman 1. This research is part of Widya Nusantara Expedition 2016 aiming to reconstruct the dynamics of the climate by considering the condition of morphology of pollen, spore and the diversity of flora around the waters of the Sumba Strait in the time of Holocene. The sediment was taken using gravity corer on Research Vessel of Baruna Jaya VIII at a water column depth of 1283 m with a core length of 243 cm. The depth was observed at 0-102 cm and the sampling interval of 5 cm, so 22 sub-samples were obtained. The dominant type of sediment was silt and sand dominates on the surface. Foraminifera Globigerinella calida calida is used as a datum to determine relative age. Based on the results of the analysis, the layers are divided into four zones. Zone I with an estimated age of 5662-7550 years ago has a more dominant Arboreal Pollen (AP) type characteristic, namely Cupressaceae, while the dominant spores are Polypodiaceae and Acrostichum aureum. This zone is interpreted as a hot and wet climate, with a Pollen Marine Index (PMI) 100 and a diversity index of 0.35. Zone II was 4530-5662 years ago with the more dominant Arboreal Pollen (AP) presence being Casuarinaceae and Polypodiaceae spores, so the interpreted climate was hot and wet, PMI = 105 and the Diversity Index 1.56. Zone III aged 2265-4530 years. There are Arboreal Pollen (AP) i.e. Anonaceae 43.75% and Spores i.e. Polypodiaceae 33%, so it is interpreted as hot and wet climate, PMI = 118 and Diversity Index 2. Zone IV is the youngest layer of 2265 – now. It has the most dominant percentage of Arboreal Pollen (AP), Anonaceae as much as 44% and an increase in the presence of spores i.e. Acrostichum aureum taxes as much as 41.2%, PMI = 128.25 and has a Diversity Index of 1.
HUBUNGAN VERTIKAL ANTARA KELIMPAHAN FORAMINIFERA DAN KARAKTERISTIK SEDIMEN INTI DI SELAT SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR Adrianus Damanik; Purna Sulastya Putra; Septiono Hari Nugroho; Rubiyanto Kapid
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 17, No 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5737.419 KB) | DOI: 10.32693/jgk.17.1.2019.563

Abstract

Data kelimpahan foraminifera dan karakteristik sedimen inti laut dalam digunakan sebagai proksi untuk merekonstruksi iklim, lingkungan, dan oseanografi di masa lalu. Penelitian ini menggunakan sebuah sampel sedimen inti laut dalam (ST-13) sepanjang 173 cm dari Selat Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sampel sedimen tersebut diambil dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VII pada saat Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) tahun 2016. Sebanyak 22 subsampel sedimen diambil secara vertikal pada setiap interval delapan cm untuk analisa kelimpahan foraminifera, karakteristik fisik sedimen dan kandungan unsur kimianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara unsur biogenik (kelimpahan foraminifera) terhadap unsur anorganik (karakteristik fisik sedimen dan kandungan unsur kimia) melalui pengujian korelasi Pearson pada piranti lunak XLSTAT. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai korelasi yang tinggi antara kelimpahan foraminifera dengan nilai rata-rata, kemencengan, persentase pasir, Ca, dan Sr (-0,64, 0,72, 0,66, 0,71, dan 0,75). Sedangkan nilai korelasi yang lemah terjadi antara kelimpahan foraminifera terhadap pemilahan, kurtosis, Fe, Ti, dan K (-0,13, 0,43, -0,18, -0,43, dan -0,42). Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa kelimpahan foraminifera mempengaruhi ukuran butir rata-rata, pergeseran distribusi kearah lebih kasar, persentase pasir, dan juga Ca dan Sr sebagai unsur dari cangkang foraminifera tersebut.Kata kunci: Kelimpahan foraminifera, karakteristik sedimen, korelasi Pearson, laut dalam, Selat SumbaData of foraminiferal abundance and deep sea core sediment characteristics are used as proxies to reconstruct climate, environment and oceanography in the past. A study was conducted on deep sea using a 173 cm length core sediment sample (ST-13) from the Sumba Strait, East Nusa Tenggara. This core was carried out from RV Baruna Jaya VIII during the Widya Nusantara (E-WIN) Expedition in 2016. The abundance of foraminifera, physical properties of sediment and chemical content were analyzed from 22 subsamples sediments at every eight cm intervals. The purpose of this study was to determine the relationship between biogenic elements (abundance of foraminifera) to organic elements (physical properties of sediment and chemical content) by Pearson’s correlation with XLSTAT software. The results showed that a strong correlation between foraminiferal abundance with mean, skewness, sand percentages, Ca, and Sr (-0.64, 0.72, 0.66, 0.71, and 0.75). Meanwhile, the weak correlation values occur between foraminiferal abundance and sorting, kurtosis, Fe, Ti, and K (-0.13, 0.43, -0.18, -0.43, and -0.42). It seems that foraminifera abundance affects the mean grain size, changes the distribution to more coarse, the percentage of sand, and also Ca and Sr as its from shell of the foraminifera.Keywords: Foraminifera abundance, sediment characteristics, Pearson’s correlation, deep sea sediment, Sumba Strait.