Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PROBLEMATIKA HUKUM PERKAWINAN (Analisis Terhadap Ketentaun Pencatatan Perkawinan dalam Perudang-Undangan Islam Indonesia dan Malaysia) HENDRI K
Hukum Islam Vol 20, No 1 (2020): PROBLEMATIKA HUKUM KELUARGA DAN EKONOMI SYARI'AH
Publisher : Fakultas Syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jhi.v20i1.8180

Abstract

 ABSTRACTThe marriage registration provisions have long been established. It can be seen from the birth of Law No. 22/1946 concerning marriage registration, divorce, and referral. These provisions were strengthened through Law No. 1/1974, and then it is strengthened again in Islamic Law Compilation (KHI). Likewise in Malaysia, marital condition that must be registered has been long enacted in the marriage law and the marriage certificate. But until now, in Indonesia and Malaysia, the practice of marriage has not been carried out in the presence of marriage registrar employees.This paper is intended to find out why there are still many unregistered marriages in Indonesia and Malaysia. This research is qualitative in the sense that this research is not to find out how many (quantity) people who have unregistered marriages in Indonesia and Malaysia, but rather this study is intended to examine in-depth why there are still many unregistered marriages in Indonesia and Malaysia, then what are the solutions to marriages have not been recorded.The findings of this research indicate that the number of unregistered marriages in Indonesia is caused by some factors. First: The ambiguity of marriage registration regulation in the legislation. Second: Weak legal sanctions against perpetrators. The current legal sanctions have more impact on wives and children who were born while the husbands hardly feel the negative effects. While in Malaysia, although the rules contained in the enactment and the deed of law are very strict in regulating that the marriage is recorded, there is a legal loophole that is exploited by the Malaysians, which is being able to get married in a place more than two marhalah, then the marriage can be re-registered after first going through the trial process and paying a fine in the Sharia Court.ABSTRAK Ketentuan pencatatan perkawinan telah lama diundangkan setidaknya dapat dilihat dari lahirnya UU No 22/ 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Ketentuan tersebut diperkukuh eksitensinya lewat UU No 1/ 1974, kemudian diperkuat lagi dalam KHI. Begitu juga di Malaysia ketentuan perkawinan harus didaftarakan sudah lama diundangkan dalam enakmen maupun akta undang-undang perkawinan, namun hingga kini di Indonesia maupun Malaysia praktek perkawinan tidak dihadapan pegawai pendaftar perkawinan masih banyak dijumpai.Tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui mengapa masih banyak terjadi perkawinan tidak tercatat di Indonesia dan Malaysia? Penelitian ini berbentuk kualitatif dalam artian penelitian ini tidak untuk mencari seberapa banyak jumlah (kuantitas) orang yang melakukan perkawinan tidak tercatat di Indonesia dan Malaysia, melainkan penelitian ini lebih ditujukan untuk menelaah secara mendalam mengapa masih banyak perkawinan tidak tercatat di Indonesia dan Malaysia, kemudian bagaimana solusi terhadap perkawinan terlanjur tidak tercatat.Temuan penelitan ini menunjukkan banyaknya perkawinan tidak tercatat di Indonesia disebabkan oleh pertama: Ambigunya aturan pencatatan perkawinan dalam perudang-undangan. Kedua: Lemahnya sanksi hukum terhadap pelaku. Sanksi hukum yang diterapkan saat ini lebih berdampak kepada istri dan anak yang dilahirkannya sementara suami hampir tidak merasakan dampak negatifnya. Sementara di Malaysia meskipun aturan yang terdapat dalam enakmen maupun dalam akta undang-udang sangat ketat mengatur agar perkawinan itu tercatat namun terdapat celah hukum yang dimamfaatkan oleh warga Malaysia, yaitu bolehnya menikah di tempat yang jaraknya lebih dari dua marhalah, kemudian perkawinan tersebut dapat kembali didaftarkan setelah terlebih dahulu melalui proses persidangan dan membayar denda di Mahkamah Syariah.
Sistem Informasi Administrasi Sirkulasi Koran Berbasis Web pada PT. Metro Riau Pekanbaru Hasanatul Fuadah Amran; Rizki Gunawan H; Husna Farianti Amran; Hendri K
JURNAL FASILKOM Vol 13 No 01 (2023): Jurnal FASILKOM (teknologi inFormASi dan ILmu KOMputer)
Publisher : Unversitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37859/jf.v13i01.4791

Abstract

Pada era globalisasi seperti sekarang ini persaingan pada media cetak telah mengalami peningkatan yang cukup besar dan ketat khususnya pada surat kabar harian. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka perusahaan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pelanggannya khususnya dalam urusan administrasi sirkulasi koran, maka dari itu Sistem Informasi Administrasi Sirkulasi Koran diperlukan sebagai alat untuk membantu kelancaran aktifitas pencatatan, pendistribusian dan operasional pada PT. Metro Riau Pekanbaru. Namun tujuan tersebut tidak dapat terealisasi karena masih ada kekurangan dan kelemahan pada sistem tersebut, oleh karena itu dibutuhkan Pengembangan Sistem Informasi Administrasi Sirkulasi Koran pada PT. Metro Riau Pekanbaru. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap analisis, tahap peancangan, tahap implementasi dan tahap pemeliharaan, tetapi tahap pemeliharaan tidak diikutsertakan pada pengembangan sistem ini. Hasil dari penelitian ini adalah Pengembangan Sistem Informasi Administrasi Sirkulasi Koran pada PT. Metro Riau Pekanbaru diharapkan dapat membantu pengolahan, analisa, dan penyajian data serta informasi dari pendistribusian surat kabar harian Metro Riau dapat lebih cepat dan baik sehingga dapat mempermudah kegiatan operasional.
THE CONCEPT OF IKHTILĀF IN THE BOOK TAWḌĪḤ AL-AḤKĀM AND ITS RELEVANCE TO MARRIAGE LAW IN INDONESIA Parlindungan Simbolon; Hidayatullah Ismail; Hendri K
Hukum Islam Vol 23, No 1 (2023): HUKUM ISLAM
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jhi.v1i23.20116

Abstract

The Difference of moeslim scholar’s opinion in determining furu’iyah laws will always occur in every era. It can be caused by the difference in understanding and methods that are used to determine the law. Sometimes, these differences trigger conflict among society,  In order to avoid conflict of the society, it needs an appropriate approach to compromise (al-jam'u) these differences. Among the contemporary scholars who discuss this issue is 'Abdullah bin 'Abdurraḥmān al-Bassām in the book Tawḍīḥ al-Aḥkām. Various kinds of ikhtilaf issues are raised by al-al-Bassam in this book. The problem in this research is how is the concept of ikhtilāf in the book of Tawḍīḥ al-Aḥkām and its relevance to marriage law in Indonesia? This study aims to examine issues of ikhtilāf in the Kitab al-Nikah in the book of Tawdih al-Ahkam and how the al-Bassām method solves them and their relevance to marriage law in Indonesia. This research is a qualitative descriptive study involving the documentation method. The data in this study were analyzed using the content analysis method. The results of this study indicate that there are six problems of ikhtilaf related to marriage in the book of Tawdih al-Ahkam. Al-Bassam solved the problem by using three methods, namely 'Ard al-Aqwal, Munaqasyah al-Adillah and al-Tarjih. The tarjih performed by al-Bassam is in accordance with the marriage law in Indonesia as stipulated in the Compilation of Islamic Law.