Johari Johari
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BEBERAPA ASPEK FIKIH BIAS GENDER DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN DAKWAH Johari Johari
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4136

Abstract

Umumnya, penelitian ini menyajikan beberapa apik fikih bias gender yang pengaruhnya terhadap perkembangan misionaris agama. Produk berbasis Fikih cenderung menghasilkan pemikiran yang bias. Al-Jabiri menyebutnya "bayani epistimologi" dan Syahrur menyebutnya al-Qira'ah al-mustabiddah. Beberapa bias gender ada pada ibadah, pernikahan, kepemimpinan publik, dan sebagainya. Semua pengaruh terhadap perkembangan misionaris religius karena tidak semua aktivitas misionaris memiliki kepekaan gender. Begitu. Sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk fikih, yang menjamin wanita dalam kondisi aman dan terlindungi yang membatasi kegiatan dan kreativitas mereka.
Moderasi Agama dalam Perspektif Fiqih (Analisis Konsep Al-Tsawabit dan Al-Mutaghayyirat dalam Fiqih serta Penerapannya pada Masa Pandemi Covid-19) Johari Johari
An-Nida' Vol 44, No 2 (2020): July - December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v44i2.12927

Abstract

Artikel ini mengetengahkan moderasi agama menurut perspektif fiqh dengan menganalisis konsep al-tsawabit (bersifat konstan/tetap) dan al-mutaghayyirat (mengalami perubahan) serta penerapannya pada masa pandemi covid-19. Al-tsawabit adalah hal-hal yang bersifat tetap/permanen dan memiliki landasan dalil yang qath'i (pasti) dan tidak diperdebatkan oleh para ulama. Sementara al-mutaghayyirat adalah sesuatu yang tergolong kepada masalah-masalah furu' (cabang) yang berdalil zhanni dan banyak diperdebatkan oleh para ulama. Artikel ini menyimpulkan bahwa moderasi agama adalah bagian dari ajaran Islam yang memiliki karakteristik universal seperti adil, seimbang, toleran, terbuka, egaliter serta dinamis dan dialogis. Moderasi agama mendapatkan legalitas yang sangat kokoh dari Al-Qur’an, hadis, ijma’, dan qiyas. Ruang lingkupnya mencakup semua bagian ajaran Islam, baik akidah, akhlak, syariah (hukum), terutama  dapat diimplementasikan pada konsep al-tsawabit  dan al-mutaghayyirat.
Istiḥsān Method and Its Relevance to Islamic Law Reform: Content Analysis of Fatwa of Majelis Ulama Indonesia on Corneal Transplant Johari Johari; Maghfirah Maghfirah; Ahmad Maulidizen; Habiburrahman Rizapoor
De Jure: Jurnal Hukum dan Syari'ah Vol 15, No 1 (2023)
Publisher : Shariah Faculty UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j-fsh.v15i1.18442

Abstract

The progress of science in the field of medicine has brought immense advantages to human existence. Nonetheless, these advancements have both positive and negative consequences for humanity. They also give rise to deliberation and disagreement, particularly concerning Islamic jurisprudence, as not all medical technological breakthroughs can be embraced without reservation in society. This study is a descriptive, analytic, and comparative literature review. The ushuliy approach is employed to examine the methodology utilized by the two organizations in determining their stance on human corneal transplants. The primary source material used in this research is the fatwa issued by Majelis Ulama Indonesia in 2009 regarding Corneal Transplants. The data for this research was collected through a documentation method, which involves gathering information from various articles and books. The collected data was then analyzed using content analysis, which involves a descriptive and scientific examination of the key messages. The findings of this study reveal that Majelis Ulama Indonesia holds the view that corneal transplants can be performed on individuals in need, with the intention of Tabarru' (acts of charity), if there are no alternative medical options available, based on the principle of Maslahah (benefit or public interest).