Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TRADISI PELESTARIAN HUTAN MASYARAKAT ADAT TAU TAA VANA DI TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH Humaedi, M. Alie
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hutan, sebagai bagian terpenting biodiversitas dikenal memiliki nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung, dan nilai lain yang tidak sekedar diartikan secara komersial. Nilai terakhir ini mencakup nilaiwarisan peradaban, budaya dan eksistensi lingkungan dan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan mengungkap nilai dan pandangan hidup yang melekat pada sistem sosial dan budaya yang melahirkan tradisi pelestarian lingkungan masyarakat adat Tau Taa Vana, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian hutan berkait erat dengan pandangan masyarakat terhadap sakit, penyakit beserta praktik penyembuhannya. Eksistensi hutan tidak hanya diorientasikan sebagai pemenuh kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan ekspresi keseimbangan. Tuhanalam dan manusia. Termasuk di dalamnya praktik pengobatan bakum valia dan mobolong yang memanfaatkan tanaman obat dari hutan. Selain dipersepsikan sebagai sumber penyakit, hutan juga sebagai pusat penyembuh sakit dan penyakit.
MERAJUT TRADISI HUMANIORA TIMUR DAN BARAT Humaedi, M. Alie
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.55 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v10i2.220

Abstract

Judul Buku : CITA HUMANISME ISLAM: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans Barat (The Rise of Humanism in Classical Islam and The Christian West) Pengarang : George Abraham Makdisi Penerbit : Serambi Ilmu Semesta, 2006 Jumlah Hal. : 600 hlm.
MENDIALOGKAN AGAMA: REFLEKSI KRITIS PEMIKIRAN TH. SUMARTANA Lumingga, Rahmasita Sekar; Humaedi, M. Alie
Harmoni Vol. 22 No. 2 (2023): Juli-Desember 2023
Publisher : Research and Development Center for Guidance for Religious Societies and Religious Services, the Research and Development and Education and Training Agency of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (MORA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32488/harmoni.v22i2.721

Abstract

Dalam upaya menghidupi buah pemikiran Th Sumartana sebagai usaha dekonstruksi identitas protestan di Indonesia, buku ini menguraikan bagaimana agama berhadapan dengan para tiran pemerintah dan tiran agama. Buku ini mampu menggaris-besari persimpangan pluralisme agama dengan politik secara runtut dengan menelisik jejak-jejak sejarah mulai dari dinamika identitas Protetanisme era kolonialisme, proses hibriditas era kemerdekaan, pergolakan era orde baru hingga era masa kini terkait eskalasi Gerakan Sosial Baru. Dalam upaya membangun kohesivitas perlu ada mekanisme sosial dan politik kenegaraan. Untuk itu, dialog keagamaan bukan sekadar hadir pada kelompok-kelompok penganut agama saja, tetapi juga melibatkan negara dalam mengafirmasi toleransi dan moderasi keagamaan sesuai corak masyarakat Indonesia. Proses inilah yang memungkinkan “partisipasi warga” sebagai prasyarat utama demokrasi perlu ditelisik lebih komprehensif. Pertanyaan “Siapa mengatur siapa?” pada konteks demokrasi dalam dialog agama menjadi persoalan pemantik yang membuka celah penasaran. Buku ini mendiskusikan perang posisi antara agama dan negara serta antar agama dan agama lainnya yang dikemas holistik dengan pendekatan historiografi sehingga memicu penasaran untuk segera menuntaskan membaca buku hingga akhir.
MIGRASI PENDUDUK DAN PEMBENTUKAN HIBRIDITAS BUDAYA KULINER TRADISIONAL PENGKANG Humaedi, M. Alie; Purwaningsih, Sri Sunarti
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 20 No. 3 (2019): Desember
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.458

Abstract

The phenomenon of population migration has been going on for a long time on socio-economic or power factors. The formation of distribution production and kinship networks due to the marriage of various tribes occurred in migration centers, including cultural hybridity. One form of cultural hybridity is the practice of traditional culinary production of pengkang in Mempawah. The problem is how the character of hybridity in creative production of pengkang culinary is done along with cultural encounters due to the migration patterns of several ethnic groups. This ethnographic research is based on the disclosure of the culinary pioneer family profile through in-depth interviews and participation observation of various hybridity phenomena. This study succeeded in finding a correlation between migration of people from various ethnic groups: Malay, Bugis, Madura, and Chinese in kinship networks and the formation of traditional culinary hybridity characters of pengkang. This culinary hybridity can be seen in the taste, producting or presentation of pengkang packaged from the Malay tradition, reinforced by the adaptation of taste and choice of ingredients known in the traditions of the Chinese, Madurese, and Bugis communities.
Lexical and Phonological Variation of Limb Terms in Cikoneng Lampung Language Wulandari, Linda Sari; Munawarah, Sri; Lauder, Multamia R.M.T.; Humaedi, M. Alie
Jurnal Lingua Idea Vol 16 No 1 (2025): June 2025
Publisher : Faculty of Humanities, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jli.2025.16.1.13266

Abstract

Lampung Cikoneng as a language outside its original area experiences language contact with other nearby languages, namely Sundanese and Javanese Cikoneng, Banten Province. Mutual influence may occur, both lexical and phonological variations. Through dialectological studies, this study aims to describe the form of variation in Lampung Cikoneng language on the term limb, both lexical and phonological variations, and visualize the linguistic conditions in Cikoneng Village with a language map. The research used the qualitative method. Data collection was done by interviewing 30 informants with 15 observation points. The research instrument was a questionnaire totalling 52 limb vocabularies. Data analysis was conducted using the commensurate technique. Language mapping was done using the isogloss file map. The results showed that Cikoneng Lampung language: variation with one lexical form (13.40%), variation with one lexical form but with phonological distinction (27%), and lexical variation with 2-7 lexical forms (59.60%). The Lampung Cikoneng language has been influenced by the Javanese and Sundanese languages of Cikoneng, Banten. This can be seen based on the comparison results with Lampung dialects A and O, which tend to show lexical differences. Dialect phenomena occur in some areas, where language differences do not have clear boundaries, but change gradually, reflecting the multilingual society that exists in Cikoneng Village. Based on the results of language mapping using isogloss files, Cikoneng Village is a language use area which is divided into 3 use areas, namely Lampung language use area, Sundanese language use area, and Javanese language use area. The Lampung language use area is more dominant than the 15 observation points, between observation points number 1-5 and 7, 8, and 10-13 are Lampung language use areas, while on the outskirts of observation points number 6 and 9, 14 and 15 are Sundanese and Javanese.
Tanah Hantu (Absentee) Sebagai Simtom Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pedesaan Lombok Timur Humaedi, M. Alie; Pasisir, Aliena Anaqu Arung
Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora Vol 13, No 1 (2025): "Menemukan Kembali Resonansi": Peringatan 25 Tahun Kajian Budaya di Sanata Dhar
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/ret.v13i1.11864

Abstract

The reality and practice of rural Indonesian society are always interesting to study, especially with respect to the issue of land ownership and livelihood systems related to the agricultural world. The second aspect seems to be related to their worldview, according to which land is proof of wealth that must be guarded until death or passed on to their children and grandchildren. However, with the increase in the necessities of life in the modern era, that view began to change. Land has now become an asset that can be bought and sold, and an investment that is full of interests in reorganizing space for the purposes of modern capitalism. Ghost (absentee) lands with unclear ownership or across regional boundaries are present amidst poverty. Conflicts of ownership and resolution of spatial reorganization are a continuation of the process of “ghost land transactions.” This paper attempts to reveal the existence of ghost land and its influence on the socio-economic transformation of rural communities in East Lombok, West Nusa Tenggara. Using qualitative ethnographic methods, including in-depth interviews with twenty informants and direct observation of related aspects, it was found that the phenomenon of ghost land is an inseparable part of community life. Ghost lands are caused by cross-regional sales, nominee purchases, and hidden interests in the reorganization of modern non-agricultural space. Emically, the existence of ghost land is a symptom (marker) of poverty in a society that is trying to adjust to the greed and interests of modern capitalism.
PERUBAHAN KARAKTER KEBUDAYAAN DAN ETOS PRODUKTIVITAS SOSIAL EKONOMI DITENGAH PROGRAM KEBIJAKAN PERTANIAN Humaedi, M. Alie
Jurnal Integritas Serasan Sekundang Vol 1 No 1 (2019): Jurnal Integritas Serasan Sekundang
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah KabupatenMuara Enim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64987/jiss.v1i1.10

Abstract

Masyarakat Aceh dan sebagian besar wilayah bukit Barisan Sumatera yang berada di pedalaman seringkali tidak diperhatikan dalam berbagai kajian. Selain alasan keamanan, fenomena masyarakatnya dianggap tidak berkembang. Padahal, dalam banyak kasus, dinamika masyarakatnya cukup kuat terlihat. Karakter kebudayaan dalam etos dan produktivitas sosial ekonomi memiliki variasinya, terlebih saat dihadapkan dengan kebijakan dan program pemerintah ataupun pihak lain. Permasalahannya, bagaimana karakter kebudayaa masyarakat Sarah Raya saat diperhadapkan dengan lingkungan sekitarnya? Bagaimana pula dinamika etos produktivitas masyarakat dalam menyikapi kebijakan dan program terkait pertanian? Penelitian etnografis dengan wawancara mendalam dan partisipasi observasi menemukan adanya karakter kebudayaan terkait etos dan produktivitas masyarakat. Karakter ini terbentuk berdasar sentuhannya dengan lingkungan sekitar yang dipenuhi hutan belantara, sungai dan sawah. Pengetahuan dan etos pertanian diperoleh secara turun temurun. Keadaan ini mulai berubah ketika banyak LSM dan pemerintah pasca bencana mulai masuk dan melakukan kegiatan pemberdayaan. Etos ketergantungan sangat terlihat jelas dan menggantikan etos kemandirian yang ada sebelumnya.