This Author published in this journals
All Journal Teknofisika
Anung Muharini
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Validasi Metode Penentuan Cs137 dan K40 dalam Sampel Lingkungan dengan Spektrometri Gamma Berdasarkan ISO 17025 Muhammad Yusro; Gede Sutresna Wijaya; Anung Muharini
Teknofisika Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.522 KB)

Abstract

Validasi metode penentuan Cs137 dan K40 dalam sampel lingkungan dengan spektrometri gamma dilakukan untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada ISO 17025 yaitu dengan menggunakan cara :kalibrasi, quality control, validasi metode, ketidakpastian, dan perbandingan antar laboratorium. Berdasarkan data penelitian maka diperoleh :kalibrasi energi: R2=1 (linier), kalibrasi efisiensi : semakin berat sampel semakin menurun efisiesinya, resolusi : 1,786 (1,17 MeV) dan 1,775 (1,33 MeV), sensitifitas : 0,117, peak to compton : 43,222, Selektivitas : Cs137 = 0,4 keV danK40 = 0,9 keV, Presisi : Cs137 = 7 data acceptence limit dan 1 data warning limit sedangkan K40 = 7 data acceptence limit dan 1 data warning lmit, akurasi : Cs137 = 7 data Uscore>1 = bias dan Zscore <2 = satisfactory) sedangkan K40 = 3 data Uscore>1 = bias dan Zscore <2 = Satisfactory), linearitas : Cs137 diperoleh R2  = 0.994 dan K40 diperoleh R2 = 0,909, LoD (Bq) dan LoQ (Bq/kg) : berubah bergantung terhadap efisiensi, ketangguhan : terdapat tegangan drop dan tidak stabil. Ketidakpastian spektrometri gamma, kalibrasi efisiensi memberikan sumbangsih terbesar dalam ketidakpastian spektrometri gamma pada penelitian iniparameter akurasi perlu ditindaklanjuti dalam perbedaan hasil dalam interkomparasi laboratorium. Berdasarkan parameter-parameter di atas maka Laboratorium Lingkungan Latar Rendah PTAPB BATAN dinyatakan valid secara metode, namun memiliki catatan pada data yang bias.
Validasi ETNA (Efficiency Transfer for Nuclide Activity measurement) untuk Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan dengan Spektrometri Gamma Khusnul Wicaksono Sukowati; Gede Sutresna Wijaya; Anung Muharini
Teknofisika Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.751 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai validasi ETNA untuk analisis sampel radioaktivitas lingkungan dengan spektrometri gamma di Laboratorium Radioaktivitas Latar Rendah, Pusat Sains dan Teknologi Akselerator-BATAN. Tujuan utama penelitian ini adalah menentukan validitas penggunaan ETNA untuk menghitung efisiensi pengukuran dari sampel dengan geometri yang berbeda dari geometri kalibrasi, serta penggunaan geometri yang optimal dalam pengukuran maupun kalibrasi. Penelitian dilakukan dengan mengukur cacah sumber standar 152Eu dan 241Am bentuk titik dengan variasi jarak sumber-detektor 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 cm, serta standar IAEA 373 dan IAEA 375 bentuk silinder dengan jarak sumber-detektor sejauh 0, 5, dan 10 cm. Efisiensi pengukuran dari masing-masing energi dan jarak pengukuran dihitung, kemudian dibandingkan dengan efisiensi hasil perhitungan ETNA sehingga dapat ditentukan perbedaan diantaranya. Pengukuran sumber menghasilkan perbedaan nilai efisiensi di atas 10% untuk jarak sumber-detektor 5 cm dan di atas 5% untuk jarak sumber-detektor 10 cm. Perbedaan terkecil, yaitu 0,03% - 4,6% didapatkan dengan menggunakan jarak sumber-detektor sejauh 25 cm sebagai geometri kalibrasi, dengan geometri pengukuran di atas 15 cm. Pada pengukuran sumber silinder, didapatkan perbedaan nilai efisiensi terkecil sebesar 9,34%, 2,70%, dan 2,80% untuk standar IAEA 373, serta 3,50%, 0,012%, dan 1,17% untuk standar IAEA 375 pada jarak pengukuran berturut-turut 0, 5, dan 10 cm denganmenggunakan geometri kalibrasi sumber titik dengan jarak sumber-detektor 5 cm.
Analisis Pengaruh Usia Terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin Akibat Dosis Radiasi 2000 cGy pada Kasus Terapi Ca Nasopharynx dan Ca Cervix Menggunakan Radiasi Eksternal di RSUP dr. Sardjito Rahayu Suryaningsih; Anung Muharini; Darmawati Darmawati
Teknofisika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.23 KB)

Abstract

Hasil pengukuran kadar Hemoglobin darah sebelum dan sesudah terapi radiasi ca nasopharynx dan ca cervix dengan dosis terapi radiasi 2000 cGy menunjukkan penurunan yang berarti. Kadar Hb pada saat terapi penting untuk dikontrol karena penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan anemi pada pasien dan dapat menurunkan optimalisasi radioterapi. Perubahan kadar Hb darah setiap pasien berbeda-beda setelah menerima dosis radiasi yang sama pada rentang umur tertentu. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara perubahan kadar Hb darah dengan variasi umur pasien yang mendapatkan dosis terapi radiasi 2000 cGy pada pasien ca nasopharynx dan ca cervix.  Penelitian dilakukan untuk mendapatkan korelasi tersebut dengan menganalisis data hasil pengukuran kadar Hb 60 pasien terapi radiasi ca nasopharynx dan ca cervix. Pada pasien ca nasopharynx, kadar penurunan terbesar terjadi pada rentang umur >66 tahun yaitu 2,56 g/dL atau 20,16%, sedangkan penurunan kadar Hb terkecil terdapat pada rentang umur <36 tahun yaitu 0,944 g/dL atau 7,495%. Pada pasien ca cervix, perubahan kadar Hb darah terbesar terjadi pada rentang umur >66 tahun yaitu 1,8 g/dL atau 15,384%, sedangkan pada rentang umur <36 tahun mempunyai perubahan kadar Hb darah terkecil yaitu 0,46 g/dL atau 3,533%. Korelasi antara usia dengan perubahan kadar Hb darah yang diperoleh dari penelitian ini adalah semakin tua usia pasien maka perubahan kadar Hb darah semakin besar. Selain itu, secara garis besar pada rentang umur yang sama, mekanisme recovery jaringan pada kasus ca nasopharynx lebih lambat sehingga persentase perubahan kadar Hb darah pasien ca nasopharynx lebih besar daripada ca cervix.