Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM KAJIAN STRATEGI TRANSPORTATION DEMAND 124 MANAGEMENT (TDM) (Studi Kasus Kota Bandung) Fakhruriza Pradana
Jurnal Teknika Vol 8, No 2 (2012): Edisi November 2012
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v9i2.6693

Abstract

Masalah kemacetan muncul seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di kota Bandung. Permasalahan transportasi ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara prasarana transportasi (supply side) dengan pergerakan masyarakat (demand side). Oleh sebab itu, kebijakan pengembangan sistem prasarana transportasi perkotaan di Indonesia yang menggunakan pendekatan konvensional yaitu predict and provide harus ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan baru yaitu predict and prevent. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengelolaan pada sisi demand yang dikenal dengan istilah Transportation Demand Management (TDM). Metode yang digunakan untuk memilih strategi TDM pada kota Bandung adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Struktur hirarki dirancang 3 tingkat, tingkat pertama adalah tujuan, tingkat kedua berisi kriteria yang akan dievaluasi, dan tingkat ketiga adalah alternatif strategi TDM yang akan dipilih untuk kota Bandung. Data diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner terhadap 28 responden (pemerintah dan akademisi) yang dianggap memahami dan dapat mengambil kebijakan transportasi di kota Bandung. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program microsoft excel dengan hasil urutan adalah sebagai berikut: Bus Rapid Transit (0,424), Nonmotorized Improvements (0,368) dan Alternatives Work Schedules (0,208). Ketiga program sangat tepat untuk diterapkan di Kota Bandung karena program tersebut sesuai dengan karakteristik Kota Bandung. Namun untuk lebih meningkatkan efektifitas dalam mengurangi tingkat kemacetan dan mendukung transportasi berkelanjutan, akan lebih baik jika ketiga program diimplementasikan secara bersamaan dan terintegrasi. Karena untuk menyelesaikan persoalan transportasi tidak ada satu solusi tunggal.
Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Kaku pada Underpass Cibubur dengan Metode Bina Marga dan NAASRA Fakhruriza Pradana; Rindu Twidi Bethary; Shally Ice Veronica
Jurnal Teknika Vol 12, No 1 (2016): Edisi Juni 2016
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v12i1.6623

Abstract

Jalan Trans Yogie, Cibubur sering mengalami kemacetan yang padatmaka pemerintah berencana membangun underpass di daerah Cibubur untuk mengantisipasi kemacetan.Perkerasan jalan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perkerasan kaku (rigid pavement) yaitu perkerasan struktur yang terdiri dari plat beton semen yang bersambung (tidak menerus), atau menerus, tanpa atau dengan tulangan terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan lapisan aspal sebagai lapis permukaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tebal lapis perkerasan kaku yang dibutuhkan, mengetahui perbedaan hasil perhitungan tebal lapis perkerasan kaku dengan metode Bina Marga Pd T-14-2003 dan metode National Associations of Australian State Road Authorities (NAASRA) 1987 dan mengetahui biaya pembangunan perkerasan kaku pada Underpass Cibubur. Pengumpulan data dilakukan melalui survey data lalu lintas harian pada jalur tersebut dan nilai CBR dari Kementerian Pekerjaan Umum.Data yang didapat digunakan untuk menghitung tebal perkerasan kaku dengan metode Bina Marga 2003 dan NAASRA 1987. Berdasarkan dari hasil perhitungan didapat tebal perkerasan kaku pada Bina Marga 2003 adalah 24 cm dengan biaya Rp. 1.360.097.000,00 dan tulangan berdiameter 16 mm dengan jarak 500 mm. Sedangkan NAASRA 1987 adalah 22 cm dengan biaya Rp. 1.269.563.000,00 dan tulangan berdiameter 16 mm dengan jarak 500 mm.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KERUSAKAN TERHADAP PERKERASAN LENTUR (STUDI KASUS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER-CILEGON) Fakhruriza Pradana; Dwi Esti Intari; Desy Nathalia
Jurnal Teknika Vol 12, No 2 (2016): Edisi November 2016
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v12i2.6610

Abstract

Seiring dengan berkembangnya kegiatan yang digeluti oleh penduduk Kota Cilegon, maka sistem jalan yang baik di perkotaan diperlukan untuk mengoptimalkan, terlebih di jalan kolektor sekunder. Maka, kerusakan jalan pada jalan kolektor sekunder perlu penanganan yang serius dan faktor-faktor pengaruh penyebab kerusakan jalan yang paling sering dianggap menjadi masalah bagi masyarakat diantaranya yaitu faktor daya dukung tanah, faktor sistem drainase yang kurang berfungsi dengan baik dan faktor persentase kendaraan berat yang melintas di suatu ruas jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa seberapa besar kontribusi faktor-faktor pengaruh, yaitu faktor daya dukung tanah, sistem drainase, persentase kendaraan berat terhadap tingkat kerusakan perkerasan lentur. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan data primer berupa hasil survei lalu lintas kendaraan, survei lapangan sistem drainase dan pengujian tanah serta data sekunder dengan cara meminta data melalui instansi terkait. Hasil penelitian ini di dapat bahwa besar kontribusinya sistem drainase adalah sebesar 88,7% dan kendaraan berat memiliki kontribusi adalah 65,2% serta daya dukung tanah memiliki kontribusi yang cukup besar juga terhadap tingkat kerusakan jalan adalah 56,7%
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIRUAS SERANG Fakhruriza Pradana; Arief Budiman; Nova Robekha
Jurnal Teknika Vol 12, No 2 (2016): Edisi November 2016
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v12i2.6602

Abstract

Simpang Ciruas adalah simpang dengan empat lengan yang dilengkapi dengan sinyal lampu lalu lintas.Simpang yang terletak di Kota Serang, Banten ini menghubungkan antara Jalan Raya Serang – Jakarta, Jalan Raya Ciptayasa Ciruas dan Jalan Raya Ciruas Walantaka. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja simpang pada saat kondisi eksisting, mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja simpang serta mencari tahu alternatif solusi pemecahan masalah yang timbul pada Simpang Ciruas. Acuan yang dipakai dalammenganalisis kinerja simpang adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Berdasarkan hasil penelitian pada Simpang Ciruas diketahui bahwa simpang belum mendekati jenuh dibuktikan dengan adanya satu pendekat yang menghasilkan derajat kejenuhan (ds > 0,75; jenuh) yaitu pendekat Barat sebesar 0,8 sedangkan untuk pendekat Utara, Selatan dan Timur menghasilkan derajat kejenuhan (ds < 0,75 ; tidak jenuh) masing-masing sebesar 0,4, 0,66, 0,41. Kapasitas yang dihasilkan pada simpang Ciruas sebesar 379, 403, 1062, 1371 smp/jam masing-masing untuk pendekat Utara, Selatan, Barat dan Timur. Panjang antrian tertinggi dihasilkan pada pendekat Barat sebesar 126,5 m. Besar nilai angka henti seluruh simpang adalah 0,89 stop/smp. Tundaan rata-rata simpang yang didapat adalah 46,5 det/smp dan masuk tingkat pelayanan simpang (LOS) dengan tingkat E (> 40 – 60 det/smp). Untuk meningkatkan kinerja Simpang Ciruas dilakukan alternatif perbaikan dengan melakukan pengaturan ulang sinyal, perubahan fase dan pelebaran geometrik yang dimana hasil derajat kejenuhan untuk pendekat Utara = 0,3, Selatan = 0,46, Barat = 0,55 dan Timur = 0,42. Tingkat pelayanan simpang meningkat berada pada tingkat C.