Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penentuan jumlah tenaga kerja dan perbaikan layout untuk meningkatkan service level dan mengurangi waktu antrian menggunakan simulasi Tomy Jeremy; Vivi Arisandhy; David Try Liputra
Journal Industrial Servicess Vol 7, No 1 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v7i1.12535

Abstract

Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan kefarmasian untuk masyarakat. Tingkat kepuasan pelanggan apotek sangat dipengaruhi oleh waktu tunggu pelayanan resep, sehingga pihak apotek harus dapat memberikan waktu tunggu yang sesingkat mungkin. Penelitian sebelumnya yang membahas sistem antrian di apotek maupun bagian farmasi di rumah sakit telah banyak dilakukan, Namun penelitian-yang membahas tentang perbaikan tata letak (layout) untuk memperbaiki sistem antrian masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diusulkan penambahan jumlah tenaga kerja dan perbaikan layout apotek untuk meningkatkan service level dan mengurangi waktu antrian. Objek penelitian ini adalah Apotek Cipta Farma yang menghadapi permasalahan waktu mengantri pelanggan yang terlalu lama. Metode yang digunakan untuk memperbaiki kondisi saat ini adalah metode simulasi. Pada penelitian ini, terdapat tiga skenario yang dibuat, yaitu skenario pertama: memperbaiki layout apotek saja, skenario kedua: menambah pegawai saja dan skenario ketiga: memperbaiki layout apotek dan menambah pegawai. Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan bahwa skenario terbaik adalah skenario ketiga dengan rata-rata ukuran performansi service level keseluruhan meningkat dari 76.396% menjadi 94.671% dan rata-rata lamanya waktu mengantri menurun dari 30.291 menit menjadi 8.304 menit. Namun, jika dilihat berdasarkan ukuran performansi lamanya waktu menunggu di kursi tunggu, maka skenario pertama adalah yang terbaik dengan waktu tunggu menurun dari 18.788 menit menjadi 12.602 menit. Manfaat dari penerapan skenario usulan adalah jumlah pelanggan yang menunggu di antrian pemesanan obat maupun kursi tunggu akan berkurang, durasi pelanggan menunggu di antrian pemesanan obat maupun kursi tunggu akan lebih singkat, jumlah pelanggan yang gagal dilayani akan berkurang sehingga tingkat pelayanan apotek menjadi lebih baik dari sistem saat ini.
Algoritma Penjadwalan Distribusi Barang Berbasis Teknik Backward Scheduling (Studi Kasus: PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk.) Kartika Suhada; David Try Liputra; Vivi Arisandhy; Tomy Jeremy
Journal of Integrated System Vol. 3 No. 2 (2020): Journal of Integrated System Vol. 3 No. 2 (Desember 2020):
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jis.v3i2.2994

Abstract

Backward scheduling adalah metode penjadwalan yang dilakukan secara urutan terbalik, dimana batas waktu penyelesaian (due date) sebagai titik awal penjadwalan. Penelitian terkait penggunaan metode tersebut telah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya banyak yang membahas penerapan metode penjadwalan, namun lebih difokuskan pada aktivitas produksi. Penelitian ini membahas penerapan metode backward scheduling untuk aktivitas distribusi. Objek penelitian adalah PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. yang menghadapi permasalahan keterlambatan pengiriman barang. Javia dkk. (Javia dkk., 2019) telah berhasil mengembangkan algoritma yang dapat mengurangi jumlah keterlambatan tersebut, tetapi hasilnya belum cukup signifikan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dirancang suatu algoritma penjadwalan distribusi barang yang dapat meminimasi jumlah keterlambatan dan total biaya keterlambatan yang timbul. Penerapan algoritma usulan dibandingkan algoritma Javia dkk. menghasilkan pengurangan dalam beberapa hal, yaitu: kebutuhan moda sebanyak 6 unit, jumlah kota yang mengalami keterlambatan pengiriman sebanyak 2 kota, jumlah moda yang terlambat sebanyak 3 unit, dan jumlah muatan yang terlambat sebanyak 18 pallet. Selain itu, durasi keterlambatan untuk 3 kota besarnya sama, namun untuk 2 kota lainnya tidak mengalami keterlambatan. Biaya penalty yang timbulpun berkurang sebesar Rp7,104,000,- atau 3.928%. Kata kunci: penjadwalan, distribusi barang, backward scheduling