Masita W. Suryoputri
Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Banyumas

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemantauan Kadar Obat Antiepilepsi secara Farmakokinetika Terhadap Clinical Outcome pada Pasien Pediatrik Masita W. Suryoputri; Nialiana E. Endriastuti; Dewi L. Ilma
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 10, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2021.10.4.272

Abstract

Tingginya prevalensi penggunaan obat antiepilepsi pada pediatrik akan meningkatkan risiko timbulnya efek samping dan efek toksik, sehingga perlu adanya pemantauan kadar obat. Pemantauan kadar obat dapat dilakukan secara farmakokinetika dengan menghitung kadar obat dalam darah berdasarkan dosis dan frekuensi terapi yang diberikan pada responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar obat antiepilepsi secara farmakokinetika dan mengetahui hubungan kadar obat terhadap clinical outcome. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan deskriptif observasional. Pengumpulan data responden dilakukan di Komunitas Epilepsi Indonesia selama bulan Juni–Juli 2020 secara daring dan wawancara melalui telepon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 11 responden yang menggunakan fenitoin, hanya 1 responden (9,09%) berada di dalam rentang terapi (10–20 mg/L) dan 10 responden (90,91%) di luar rentang terapi (<10 mg/L); dari 15 reponden yang menggunakan fenobarbital, 9 responden (57,14%) berada di dalam rentang terapi (15–40 mg/L) dan 6 responden (42,86%) di luar rentang terapi (<15 mg/L dan >40 mg/L); dari 23 responden yang menggunakan asam valproat secara monoterapi, 7 responden (30,44%) berada di dalam rentang terapi (50–100 mg/L) dan 16 responden (69,56%) di luar rentang terapi (<50 mg/L dan >100 mg/L), dan dari 24 responden yang menggunakan asam valproat secara politerapi, 18 responden (75%) berada di dalam rentang terapi (50–100 mg/L) dan 6 responden (25%) di luar rentang terapi (<50 mg/L dan >100 mg/L). Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara kadar obat dengan clinical outcome yang diperoleh pada responden yang menggunakan terapi asam valproat baik monoterapi maupun politerapi. Simpulan pada penelitian ini adalah dari responden yang menggunakan obat antiepilepsi, sebanyak 38 responden (52,05%) dari antaranya memiliki kadar tidak sesuai kisaran terapi dan 35 responden (47,95%) dari antaranya memiliki kadar obat sesuai kisaran terapi. Perlu dilakukan pemantauan kadar obat antiepilepsi secara langsung terhadap responden yang memiliki kadar obat tidak sesuai kisaran terapi untuk menghindari efek toksik dan meningkatkan clinical outcome yang diinginkan.Kata kunci: Antiepilepsi, clinical outcome, pemantauan kadar obat  Effects of Antiepileptic Drug Levels on Clinical Outcomes in Pediatric Patients Using Pharmacokinetics ApproachAbstractThe high prevalence of antiepileptic drug use in pediatrics increases the risk of side and toxic effects; therefore, it is necessary to monitor drug levels. Therapeutic drug monitoring is conducted through pharmacokinetics by calculating blood drug levels based on respondents' dose and frequency of therapy. This study aimed to determine the pharmacokinetics of antiepileptic drug levels and the correlation with clinical outcomes using descriptive observational design. Furthermore, the Indonesian Epilepsy Community collected respondents' data from June to July 2020 through online and telephone interviews. Out of the 11 respondents that recieved phenytoin, only 1 (9.09%) was in the therapeutic range (10–20 mg/L), while 10 (90.91%) were outside the therapeutic range (<10mg/L). From the 14 respondents that received phenobarbital, 8 (57.14%) were in the therapeutic range (15–40 mg/L), and 6 (42.86%) were outside the therapeutic range (<15 mg/L and >40 mg/L). From the 47 respondents that received valproic acid, 23 were administered through monotherapy, 7 (30.44%) were in the therapeutic range (50–100 mg/L), and 16 (69.56%) were outside the therapeutic range (<50 mg/L and >100mg/L). Out of the 24 respondents that received valproic acid as monotherapy, 18 (75%) were in the therapeutic range (50–100 mg/L), and 6 (25%) were outside the therapeutic range (<50 mg/L and >100mg/L). The results showed that there was no significant relationship (p>0.05) between drug levels and clinical outcome in respondents treated with either monotherapy or polytherapy of valproic acid. In conclusion, a total of 38 respondents (52.05%) had drugs levels outside the therapeutic range, while 35 (47.95%) had drug levels in the therapeutic range. Furthermore, respondents with drug levels outside the therapeutic range require direct monitoring of antiepileptic drug levels to avoid toxic effects and improve clinical outcomes. Keywords: Antiepileptic, drug levels monitoring, clinical outcome
Pemantauan Kadar Obat Indeks Terapi Sempit Melalui Estimasi Kadar Obat di Dalam Darah pada Pasien Rawat Inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto Masita W. Suryoputri; Ika Mustikaningtias; Laksmi Maharani
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2020.9.2.105

Abstract

Pemantauan kadar obat dalam darah dapat dilakukan secara matematik dengan pendekatan farmakokinetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi kadar obat indeks terapi sempit di dalam darah sesuai dosis yang diberikan pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pemantauan kadar obat dalam darah perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya kadar obat yang cukup di tempat aksi/reseptor melalui aturan dosis yang diberikan, sehingga dapat mencegah timbulnya efek toksik dan mencapai clinical outcome pasien. Penelitian ini menggunakan metode rancangan observasional. Data mengenai dosis dan frekuensi pemberian obat diperoleh dari data rekam medik pasien, kemudian dilakukan perhitungan estimasi kadar tunak dalam darah (Css) dengan pendekatan secara farmakokinetik. Data diolah secara deskriptif analitik. Subjek penelitian adalah pasien rawat inap yang mendapatkan terapi aminofilin intravena (iv), fenitoin iv dan digoxin per oral (po) di Bangsal Paru, Saraf, dan Jantung (Penyakit Dalam) RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto selama bulan Juni–Agustus 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada estimasi kadar aminofilin di dalam darah, sebanyak 13 pasien (61,9%) berada di dalam rentang terapi (10–20 mg/L) dan 8 pasien (38,1%) di luar rentang terapi; pada estimasi kadar fenitoin di dalam darah, sebanyak 8 pasien (28,1%) berada di dalam rentang terapi (10–20 mg/L) dan 24 pasien (71,9%) berada di luar rentang terapi; dan pada estimasi kadar digoxin di dalam darah, sebanyak 4 pasien (11,8%) berada di dalam rentang terapi (0,50–0,90 ng/mL) dan 30 pasien (88,2%) berada di luar rentang terapi. Jumlah pasien yang memiliki estimasi kadar obat di dalam darah berada di dalam rentang terapi adalah 25 pasien (28,7%) dan jumlah pasien yang memiliki estimasi kadar obat di dalam darah berada di luar rentang terapi adalah 62 pasien (71,3%) sesuai dosis yang diberikan kepada pasien. Kadar obat di luar rentang terapi dikhawatirkan dapat menimbulkan kejadian toksisitas dan kemungkinan tidak dapat menghasilkan clinical outcome yang diinginkan.Kata kunci: Aminofilin, digoxin, estimasi kadar obat, fenitoin Monitoring the Levels of Drugs with Narrow Therapeutic Index through Blood Estimations of Patients at Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital, PurwokertoAbstractThe blood drug levels is possibly monitored mathematically, using a pharmacokinetic approach. This study is aimed to determine the estimations for drugs with narrow therapeutic index in the blood according to the draft dosage rules provided to hospital inpatients. In addition, an observational design was employed, and data related to dose and frequency of administration was obtained from medical records. Therefore the blood concentration steady state levels (Css) was estimated using a pharmacokinetic approach, and descriptive-analytical method was used for analysis. The research subjects include inpatients receiving aminophylline intravenous (iv), phenytoin iv and digoxin per oral (po) at the Pulmonary, Nerve and Heart Wards (Internal Medicine) of Prof. Dr. Margono Soekardjo Hospital, Purwokerto, from June–August, 2019. The results showed a total of 13 patients (61.9%) to be in the therapeutic range (10–20 mg/L) for estimated aminophylline levels, while 8 (38.1%) were not. In addition, 8 patients (28.1%) were within the therapeutic range (10–20 mg/L) for phenytoin, while 24 (71.9%) were not, and 4 patients (11.8%) were in the therapeutic range (0.50–0.90 ng/mL) of digoxin, while 30 (88.2%) were not. In conclusion, a total of 25 individuals (28.7%) had estimated blood drug levels within the therapeutic range, while 62 (71.3%) were outside the expected values, according to the administered dose. These unsuitable levels possibly cause toxicity events, and are forecasted to not produce the desired clinical outcome.Keywords: Aminofilin, digoxin, estimation of consentration drug, fenitoin