Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

CHANGES IN THE SPECIES COMPOSITION, STAND STRUCTURE AND ABOVEGROUND BIOMASS OF A LOWLAND DIPTEROCARP FOREST IN SAMBOJA, EAST KALIMANTAN Krisnawati, Haruni; Wahjono, Djoko; Imanuddin, Rinaldi
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The dynamics of species composition, stand structure and aboveground biomass were studied over a 4.3-yr period (December 2004 – April 2009) in a lowland dipterocarp forest of Samboja, East Kalimantan. This study was conducted in six permanent sample plots (100 m x 100 m each) distributed over an area of 26.5 ha of Samboja Research Forest. All woody plants = 10 cm dbh (diameter at 1.3 m aboveground) were identified. In December 2004, 2.143 trees were measured in the six plots, consisting of 39 families, 82 genera and 111 species. The condition in April 2009 (after 4.3 yr) was: 2,466 trees, 40 families, 86 genera and 123 species. Most species were found in both occasions. Fourteen new species were registered, which contributed to 9.8% of a net addition of the total number of species found in the six plots. Over the 4.3-yr period, there was also an increase of 15.1% in density, 12.9% in basal area, and 11.6% in aboveground biomass, respectively. The density increased from 357 to 411 trees per ha; the basal area increased from 20.09 to 22.67 m2 ha-1; and the aboveground biomass increased from 286.3 to 319.4 ton ha. The family Dipterocarpaceae was the richest in species (more than 20 species found in both occasions), followed by Euphorbiaceae, Burseraceae, Fabaceae, and Anacardiaceae (more than five species). Most genera (80%) contained just one species, but Shorea with 13 species was the richest. Four families (Dipterocarpaceae, Fabaceae, Myrtaceae and Lauraceae) contained more than 80% of the aboveground biomass in both occasions (75% of them from Dipterocarpaceae family). The increases in species richness and density did not cause any significant differences in the diversity index and diameter distribution. This condition suggested that forest vegetation of the study site maintains its diversity composition and structural features over the period of study.
CHANGES IN THE SPECIES COMPOSITION, STAND STRUCTURE AND ABOVEGROUND BIOMASS OF A LOWLAND DIPTEROCARP FOREST IN SAMBOJA, EAST KALIMANTAN Krisnawati, Haruni; Wahjono, Djoko; Imanuddin, Rinaldi
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2011.8.1.1-16

Abstract

The dynamics of species composition, stand structure and aboveground biomass were studied over a 4.3-yr period (December 2004 – April 2009) in a lowland dipterocarp forest of Samboja, East Kalimantan. This study was conducted in six permanent sample plots (100 m x 100 m each) distributed over an area of 26.5 ha of Samboja Research Forest. All woody plants = 10 cm dbh (diameter at 1.3 m aboveground) were identified. In December 2004, 2.143 trees were measured in the six plots, consisting of 39 families, 82 genera and 111 species. The condition in April 2009 (after 4.3 yr) was: 2,466 trees, 40 families, 86 genera and 123 species. Most species were found in both occasions. Fourteen new species were registered, which contributed to 9.8% of a net addition of the total number of species found in the six plots. Over the 4.3-yr period, there was also an increase of 15.1% in density, 12.9% in basal area, and 11.6% in aboveground biomass, respectively. The density increased from 357 to 411 trees per ha; the basal area increased from 20.09 to 22.67 m2 ha-1; and the aboveground biomass increased from 286.3 to 319.4 ton ha. The family Dipterocarpaceae was the richest in species (more than 20 species found in both occasions), followed by Euphorbiaceae, Burseraceae, Fabaceae, and Anacardiaceae (more than five species). Most genera (80%) contained just one species, but Shorea with 13 species was the richest. Four families (Dipterocarpaceae, Fabaceae, Myrtaceae and Lauraceae) contained more than 80% of the aboveground biomass in both occasions (75% of them from Dipterocarpaceae family). The increases in species richness and density did not cause any significant differences in the diversity index and diameter distribution. This condition suggested that forest vegetation of the study site maintains its diversity composition and structural features over the period of study.
PENENTUAN UKURAN OPTIMAL PETAK UKUR PERMANEN UNTUK HUTAN TANAMAN JATI Harbagung, Harbagung; Imanuddin, Rinaldi
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAK Petak Ukur Permanen (PUP) merupakan sarana untuk pemantauan dan pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran optimal PUP hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) sebagai ukuran PUP terkecil yang dapat mewakili keragaman semua parameter tegakan. Sebagai obyek penelitian adalah tegakan jati tua berumur ± 110 tahun. Dasar pertimbangannya adalah ukuran PUP yang cocok untuk tegakan tua pasti bisa menampung keragaman struktur tegakan muda, tetapi belum tentu sebaliknya. Pengumpulan data tegakan dilakukan pada tiga bidang areal sampel berukuran 120 m x 120 m di areal kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran PUP optimal hutan tanaman jati untuk pemantauan dinamika jumlah pohon dari waktu ke waktu adalah 90 m x 90 m. Petak inti ukuran 60 m x 60 m yang berada di tengahnya adalah optimal untuk pemantauan riap diameter dan tinggi tegakan. Ukuran PUP optimal tersebut dapat diterapkan pada berbagai kelas umur pada hutan tanaman jati.
MODEL DINAMIKA STRUKTUR TEGAKAN UNTUK PENDUGAAN HASIL DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING, KALIMANTAN TIMUR Wahjono, Djoko; Imanuddin, Rinaldi
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 4 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.374 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model dinamika struktur tegakan yang dapat digunakan dalam memproyeksi pendugaan hasil di hutan alam bekas tebangan, sehingga diharapkan dapat membantu perencanaan produksi terutama dalam pengaturan hasil. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran ulang petak-petak ukur permanen (PUP) yang terdapat di kawasan konsesi HPH PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap), Kalimantan Timur. PUP tersebut sudah diukur ulang sebanyak tujuh kali pengukuran dalam waktu 10 tahun. Tegakan yang dijadikan obyek penelitian menggambarkan sebaran pohon berdasarkan kelas diameter dan kelompok jenis, meliputi komersial, non komersial, dan semua jenis. Dalam penelitian ini, dicoba untuk mendapatkan model dinamika struktur tegakan dengan memodifikasi persamaan eksponensial hubungan N dan D dengan menambahkan parameter jumlah pohon pada pengukuran awal, jumlah pohon tahun sebelumnya serta waktu. Model dinamika struktur tegakan yang dihasilkan, antara lain :- Komersial: Ndit = (0,34305+Ndit-1 ) e(0,01225 Ln Ndit-1 - 0 ,00261 N0di / t - 0,00101 Di)- Non-Komersial: Ndit = (0,16391+Ndit-1 ) e(0,02388 Ln Ndit-1 - 0 ,01177 N0di / t - 0,00204 Di)- Semua Jenis: Ndit = (0,41258+Ndit-1 ) e(0,01205 Ln Ndit-1 - 0 ,00209 N0di / t - 0,00110 Di)dimana, Ndit adalah jumlah pohon pada kelas diameter i pada waktu t; Ndit-1 adalah jumlah pohon pada kelasdiameter i pada waktu t-1; Di adalah kelas diameter ke i; N0 di adalah jumlah pohon pada kelas diameter ipada awal pengukuran; t adalah tahun pengukuran. Model dinamika struktur tegakan tersebut mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dengan nilai koefisien determinasi (R2) lebih dari 0,998 untuk masing-masingmodel. Hasil proyeksi volume tegakan menunjukkan rata-rata riap volume tegakan pada diameter 50 cm ke atas adalah 2,080 m3/ha/tahun untuk jenis komersial; 0,308 m3/ha/tahun untuk jenis non-komersial; dan 2,372 m3/ha/tahun untuk semua jenis.
DINAMIKA PERUBAHAN PENUTUPAN VEGETASI DAN POTENSI HUTAN BERDASARKAN CITRA LANDSAT DI KALIMANTAN SELATAN Imanuddin, Rinaldi; Wahjono, Djoko
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 3 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1117.275 KB)

Abstract

ABSTRAK Untuk menjaga kawasan hutan, terutama ekosistemnya, maka hutan harus dikelola dan dimanfaatkan berdasarkan azas kelestarian. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka segala bentuk gangguan terhadap hutan harus dicegah, diberantas, dan atau diminimalisir dengan cara memperkuat tingkat pengawasan terhadap setiap bentuk gangguan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan informasi dinamika perubahan lahan dan potensi hutan di HPH/IUPHHK PT. Aya Yayang Indonesia (AYI) Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan citra  landsat  selama  kurun  waktu 10  tahun terakhir. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya terdiri dari lima tahap pemrosesan, yaitu pengolahan awal citra, pemeriksaan lapangan, klasifikasi citra secara digital, pemetaan penutupan dan penggunaan lahan. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software ER-mapper versi 6.4 dan ArcView GIS 3.3. Hasil analisis menunjukkan bahwa dinamika perubahan lahan dan potensi tegakan yang terjadi di areal PT. AYI selama kurun waktu 10 tahun terakhir menurun sangat drastis, di mana penurunan luas hutanmencapai 4.654 ha/tahun dan penurunan potensi tegakan mencapai 285.656,58 m3/tahun. 
MODEL PENDUGAAN ISI POHON Agathis loranthifolia Salisb DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN KEDU SELATAN, JAWA TENGAH Siswanto, Bambang Edy; Imanuddin, Rinaldi
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 5, No 5 (2008): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAK Penyusunan tabel isi pohon untuk Agathis loranthifolia Salisb dimaksudkan untuk menaksir hasil produksi jenis tersebut di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Selatan, Jawa Tengah. Tabel-tabel volume disusun berdasarkan 56 pohon model dengan sebaran diameter setinggi dada antara 30-67 cm dengan tinggi pangkal  tajuk  pohon  antara  15-25  meter.  Dua  buah  model  persamaan  regresi  yang  digunakan  untuk menyusun tabel volume yaitu V  = a.db    dan  V  = a.db.tc di mana V  = volume pohon tanpa kulit (sebagai peubah tak bebas);  d    = diameter pohon setinggi dada (sebagai peubah bebas); t = tinggi pohon (sebagai peubah bebas); a, b dan c = konstanta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria keakuratan yang digunakan (galat baku, simpangan rata-rata, dan simpangan agregat), keempat persamaan regresi cukup memenuhi syarat ketelitian dengan galat baku < sembilan persen, simpangan rata-rata < enam persen dan simpangan agregatif < 0,2%, maka keempat persamaan regresi dipandang cukup memenuhi syarat ketelitian.
PENENTUAN UKURAN OPTIMAL PETAK UKUR PERMANEN UNTUK HUTAN TANAMAN JATI Harbagung, Harbagung; Imanuddin, Rinaldi
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAK Petak Ukur Permanen (PUP) merupakan sarana untuk pemantauan dan pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran optimal PUP hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) sebagai ukuran PUP terkecil yang dapat mewakili keragaman semua parameter tegakan. Sebagai obyek penelitian adalah tegakan jati tua berumur ± 110 tahun. Dasar pertimbangannya adalah ukuran PUP yang cocok untuk tegakan tua pasti bisa menampung keragaman struktur tegakan muda, tetapi belum tentu sebaliknya. Pengumpulan data tegakan dilakukan pada tiga bidang areal sampel berukuran 120 m x 120 m di areal kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran PUP optimal hutan tanaman jati untuk pemantauan dinamika jumlah pohon dari waktu ke waktu adalah 90 m x 90 m. Petak inti ukuran 60 m x 60 m yang berada di tengahnya adalah optimal untuk pemantauan riap diameter dan tinggi tegakan. Ukuran PUP optimal tersebut dapat diterapkan pada berbagai kelas umur pada hutan tanaman jati.
The Dynamics of Species Composition Stand Structure and Above Ground Biomass of Undisturbed Forest in East Kalimantan Krisnawati, Haruni; Wahjono, Djoko; Imanuddin, Rinaldi
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 8, No 1 (2012): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.378 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v8i1.3062

Abstract

Dinamika Komposisi Spesies Struktur Pohon dan Biomasa di Hutan Terganggu di Kalimantan Timur. Kajian dinamika komposisi spesies dan biomasanya dilakukan selama 4,3 tahun (Desember 2004 - April 2009) di hutan terganggu Kalimantan Timur. Untuk melakukan kajian di gunakan 6 plot permanen (100x100 m2), yang berada di hutan penelitian Samboja. Semua pohon berdiameter > 10 cm dbh (diukur pada posisi 1,3 m diatas tanah). Pada Desember 2004,tercatat 2143 pohon tersebar di plot tersebut terdiri dari 39 famili, 82 genus dan 111 spesies. Pada pengamatan April 2009 tercatat 2466 pohon terdiri dari 40 famili, 86 genus dan 123 jenis.Sebagian besar spesies yang mendominasi adalah Garcinia nervosa dan Trigonostemon laevigatus tetapi setelah pengamatan pada tahun 2009, keduanya tidak lagi mendominasi. Selama kurun 4,3 tahun terjadi penambahan kepadatan 15,1%, basal area 12,9% dan biomasa 11,6%. Penambahan kepadatan tercatat meningkat dari 357 menjadi 411 pohon/ha. Basal area meningkat mulai dari 20,09 menjadi 22,67 m2 ha-1, sedangkan biomasa meningkat dari 286,3 menjadi 319,4 ton ha-1.Kata kunci: Komposisi, spesies, biomas, hutan terganggu
THE DYNAMICS OF SPECIES COMPOSITION STAND STRUCTURE AND ABOVE GROUND BIOMASS OF UNDISTURBED FOREST IN EAST KALIMANTAN Krisnawati, Haruni; Wahjono, Djoko; Imanuddin, Rinaldi
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 8, No 1 (2012): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v8i1.3062

Abstract

Dinamika Komposisi Spesies Struktur Pohon dan Biomasa di Hutan Terganggu di Kalimantan Timur. Kajian dinamika komposisi spesies dan biomasanya dilakukan selama 4,3 tahun (Desember 2004 - April 2009) di hutan terganggu Kalimantan Timur. Untuk melakukan kajian di gunakan 6 plot permanen (100x100 m2), yang berada di hutan penelitian Samboja. Semua pohon berdiameter > 10 cm dbh (diukur pada posisi 1,3 m diatas tanah). Pada Desember 2004,tercatat 2143 pohon tersebar di plot tersebut terdiri dari 39 famili, 82 genus dan 111 spesies. Pada pengamatan April 2009 tercatat 2466 pohon terdiri dari 40 famili, 86 genus dan 123 jenis.Sebagian besar spesies yang mendominasi adalah Garcinia nervosa dan Trigonostemon laevigatus tetapi setelah pengamatan pada tahun 2009, keduanya tidak lagi mendominasi. Selama kurun 4,3 tahun terjadi penambahan kepadatan 15,1%, basal area 12,9% dan biomasa 11,6%. Penambahan kepadatan tercatat meningkat dari 357 menjadi 411 pohon/ha. Basal area meningkat mulai dari 20,09 menjadi 22,67 m2 ha-1, sedangkan biomasa meningkat dari 286,3 menjadi 319,4 ton ha-1.Kata kunci: Komposisi, spesies, biomas, hutan terganggu
CHANGES IN THE SPECIES COMPOSITION, STAND STRUCTURE AND ABOVEGROUND BIOMASS OF A LOWLAND DIPTEROCARP FOREST IN SAMBOJA, EAST KALIMANTAN Haruni Krisnawati; Djoko Wahjono; Rinaldi Imanuddin
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Agency for Standardization of Environment and Forestry Instruments

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2011.8.1.1-16

Abstract

The dynamics of species composition, stand structure and aboveground biomass were studied over a 4.3-yr period (December 2004 – April 2009) in a lowland dipterocarp forest of Samboja, East Kalimantan. This study was conducted in six permanent sample plots (100 m x 100 m each) distributed over an area of 26.5 ha of Samboja Research Forest. All woody plants = 10 cm dbh (diameter at 1.3 m aboveground) were identified. In December 2004, 2.143 trees were measured in the six plots, consisting of 39 families, 82 genera and 111 species. The condition in April 2009 (after 4.3 yr) was: 2,466 trees, 40 families, 86 genera and 123 species. Most species were found in both occasions. Fourteen new species were registered, which contributed to 9.8% of a net addition of the total number of species found in the six plots. Over the 4.3-yr period, there was also an increase of 15.1% in density, 12.9% in basal area, and 11.6% in aboveground biomass, respectively. The density increased from 357 to 411 trees per ha; the basal area increased from 20.09 to 22.67 m2 ha-1; and the aboveground biomass increased from 286.3 to 319.4 ton ha. The family Dipterocarpaceae was the richest in species (more than 20 species found in both occasions), followed by Euphorbiaceae, Burseraceae, Fabaceae, and Anacardiaceae (more than five species). Most genera (80%) contained just one species, but Shorea with 13 species was the richest. Four families (Dipterocarpaceae, Fabaceae, Myrtaceae and Lauraceae) contained more than 80% of the aboveground biomass in both occasions (75% of them from Dipterocarpaceae family). The increases in species richness and density did not cause any significant differences in the diversity index and diameter distribution. This condition suggested that forest vegetation of the study site maintains its diversity composition and structural features over the period of study.