Siti Masriani Rambe
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMBUATAN ALAT PENGERING BIJI JAGUNG DENGAN SISTEM UNGGUN BERGERAK DAN KONDISI OPTIMAL DARI PENGERINGAN Siti Masriani Rambe
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 21, No 1 (2010): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8108.826 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v21i1.3160

Abstract

The research has been conduected dryer of corn with fluidized bed system and stainless stel material of tank. Tank was equipment with a strirer 100 rpm, blowers, and the  thermometer as a temperature controller. The tool is made to be dry material of corn wrhre corn has moisture high initial levels of 40%. Influence the feed of materials and temperature of drying seed corn by the countercurrent flow of heat sources, where the material flows from the top of the tank while the drying air flow from under the tank flows.this drying process varied with a capacity of 15 kg/hr ; 17,5kg/hr and 20kg/hr attemperature of 50oC,60oC and 70oC. the results showed the best conditions in the corn kernels are drying at a temperature of 70oC for all capacity rate of the material on 15 kg/hr corn,17,5kg/hr and 20kg/hr in the water content reaches 14%, as a safe condition in seed and as storage products grains especially maize seeds.
Pengaruh temperatur terhadap pembentukan pori arang cangkang sawit sebagai adsorbansi Zainal Abidin Nasution; Siti Masriani Rambe
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 22, No 2 (2011): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2180.358 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v22i2.548

Abstract

Had been conducted to influence temperature in burning process for getting carbon (C) and palm shell pore, that’s important to explore activated carbon otherwise useful for absorption. Carbonization process had been done for palm shell became activated carbon product varied with temperature to know the difference. Carbonization process had done with vacuum furnace with temperature 500 oC and 1000 oC, each as 40 minutes. During carbonization process, many smoke out at temperature 500 oC and after temperature 1000 oC no anymore smoke out. After that condition, it will getting activated carbon and thus it will done testing laboratory XRF to determine the composition. Testingresult shows that forming the graphite phase to all carbon obtained result content of carbon to high enough as 48 % for 500 oC and 50 % for 1000 oC. Testing Laboratory for SEM shows that for forming porous size was obtained 10 μm for 500 oC and 5 μm for 1000 oC. Temperature higher will getting large amount porous palm shell. Large amount active palm shell will good for using as absorber.Keywords: Carbonization, palm shell , activated carbon, temperature, porous AbstrakTelah dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh temperatur dalam proses pembakaran dalam proses pembentukan unsur karbon (C ) dan jari – jari pori arang cangkang sawit, sebagai salah satu hal penting untuk mengetahui arang cangkang sawit dapat digunakan sebagai penyerap. Proses karbonisasi dilakukan pada cangkang sawit menjadi arang dengan variasi temperatur guna mengetahui perbedaannya. Proses karbonisasi dilakukan dengan menggunakan tungku vacuum furnace dengan variasi 500 oC dan 1000 oC selama 40 menit. Selama proses karbonisasi, cangkang sawit banyakmengeluarkan asap pada temperatur mencapai 500 oC dan pada pembakaran 1000 oC. Setelah diperoleh temperatur yang ditentukan, arang cangkang sawit akan terbentuk lalu dilakukan uji XRF untuk mengetahui komposisi unsurnya dan SEM guna mengetahui besarnya jari – jari pori arang tersebut. Hasil XRF menunjukkan data pembentukan fase grafit di semua karbon yang dihasilkan dan diperoleh jumlah unsur karbon cukup tinggi yaitu sekitar 48 % untuk temperatur 500 oC dan 50% pada 1000 oC. Hasil uji laboratorium dengan menggunakan alat SEM menunjukkan bahwa pembentukan ukuran pori-pori diperoleh 10 μm (macropori) untuk temperatur 500 oC dan untuk temperatur 1000 oC diperoleh hasil ukuran pori sebesar 5 μm. Semakin tinggi temperatur pemanasan, jumlah yang lebih besar terbentuk pori pori dan karbon yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan banyaknya jumlah pori yang dihasilkan maka akan semakin baik digunakan sebagai penyerap.Kata Kunci: Karbonisasi, cangkang sawit, arang aktif, temperatur, pori-pori
Pengaruh waktu tinggal terhadap reaksi hidrolisis pada pra-pembuatan biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit Siti Masriani Rambe; Iriany .; Irvan .
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 25, No 1 (2014): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.616 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v25i1.672

Abstract

This research aims to study the effect of residence time on hydrolysis reaction which is an initial stage in the process of making biogas from palm oil mil effuentl (POME). This research was done in an anaerobic baffle reactor consisting of 4 compartments (baffle clearance reactor CBR) varied on 1.5 and 3 cm. Experiments preceded by acclimatization process and semi-batch start up. The residence time was varied from 18, 12 and 6 days. The results showed that the rate of decomposition of Total Solid (TS), COD and other parameters influenced by the residence time. The best results were obtained at a residence time of 18 days and a CBR of 1.5 cm with COD decomposition rate of 60.92% and 60.92%. Reactor with Anaerobic Baffle system could be used as a shelter at the same reactor on pre-hydrolysis reactor biogas production from POME.Keywords: anaerobic baffle reactor, hydraulic retention time (HRT), hydrolysis,POME, total solidAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu tinggal terhadap reaksi hidrolisis yang merupakan tahapan awal pada proses pembuatan biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Penelitian ini dilakukan dalam reaktor bersekat anaerob yang terdiri dari 4 ruang dengan jarak sekat dari dasar reaktor (clearance baffle reactor, CBR) divariasikan 1,5 dan 3 cm. Percobaan diawali oleh proses aklimatisasi dan start up secara semi batch. Waktu tinggal divariasikan dari 18, 12 dan 6 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi Total Solid (TS), COD dan parameter lainnya dipengaruhi oleh waktu tinggal. Hasil terbaik diperoleh pada waktu tinggal 18 hari dan CBR 1,5 cm dengan laju dekomposisi COD sebesar 60,92% dan 60,92%. Reaktor dengan sistem Anaerobic Baffle Reactor dapat digunakan sebagai reaktor penampungan sekaligus reaktor hidrolisis pada pra-pembuatan biogas dari LCPKS.Kata kunci: LCPKS, hidrolisis, reaktor bersekat, total solid, waktu tinggal
PENENTUAN MODEL KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PADA LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN ANAEROBIC BAFFLE REACTOR Siti Masriani Rambe
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 26, No 2 (2015): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.844 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v26i2.1599

Abstract

Telah dilakukan penelitian penentuan model kinetika reaksi hidrolisis pada pembuatan biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit dengan menggunakan reaktor anaerobik baffle. Penetapan model kinetika reaksi hidrolisis dapat dilihat dari depolimerisasi LCPKS menjadi produk intermediate (senyawa monomer) sebelum menjadi biogas. Percobaan diawali dengan proses aklimatisasi dan start up LCPKS dalam reaktor baffle dengan variasi waktu tinggal yaitu 18, 24, 30 hari juga variasi pengenceran konsentrasi LCPKS yaitu 1:1 dan 1:3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi Total Solid dan COD yang optimal adalah pada HRT 30 hari dan pengenceran konsentrasi 1:1 dimana penurunan TS mencapai 85% dan COD mencapai 74%. Model kinetika reaksi pada penelitian ini diperoleh persamaan reaksi orde satu dengan persamaan linear dengan konstanta reaksi 0,005. Persamaan laju reaksi hidrolisis diperoleh 0,056 kali laju penurunan COD dengan tingkat keakuratan 99,2%. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi laju dekomposisi dari nilai TS terjadi.
EVALUASI REAKTOR HIDROLISIS-ACIDOGENESIS SEBAGAI BIOREAKTOR INTERMEDIATE PROSES PADA PRA PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PKS PADA SKALA PILOT PLANT Siti Masriani Rambe
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 27, No 2 (2016): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.606 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v27i2.1355

Abstract

Penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi kinerja reaktor hidrolisis asidogenesis sebagai tangki penyimpan sekaligus proses intermediate sebelum menjadi biogas dari limbah PKS dengan skala pilot plant. Kinerja reaktor dipengaruhi oleh waktu tinggal (HRT)  dan pengenceran limbah  yang mengakibatkan penurunan partikel solid dari limbah tersebut. Limbah yang diolah diambila dari limbah PKS dari PT. Adolina Perbaungan  Sumatera Utara. Pembuatan reaktor yang dilakukan mirip dengan reaktor baffle dan dikombinasikan dengan reaktor pengaduk (CSTR). Pengaruh waktu tinggal dan pengenceran dapat di lihat dengan perubahan partikel organik sebagai hasil proses intermediate (komponen monomer) sebelum menjadi biogas. Uji coba pada reaktor dilakukan mulai dengan proses aklimatisasi, start up hingga  variasi HRT. Variasi waktu tinggal dilakukan pada 30, 36 dan 42 hari dan pengenceran limbah yaitu satu kali dan dua kali pengenceran. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimal untuk skala pilot plant adalah pada 36 hari dengan dua kali pengenceran. Hal ini diharapkan perubahan nilai volatil solid (VS) yang lebih rendah adalah 20,21 gr/L  selama terjadi proses intermediate sebelum pembentukan biogas. Reaktor dapat dijadikan sebagai penyimpan limbah karena penurunan VS sangat rendah.
ENGINEERING OF ABSORPTION COLUMN AND THE ADSORBENT FROM FERRO POWDER WASTE FOR PURIFICATION THE BIOGAS FROM PALM OIL MILL EFFLUENT siti masriani rambe; Edwin Harianto Sipahutar
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 28, No 2 (2017): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1149.31 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v28i2.2983

Abstract

AbstractIt was conducted to engineering the adsorption column by using ferro powder waste as adsorbent to removal the H2S content of biogas from Palm Oil Mill Effluent. The first step it was conducted to calculated the adsorption column as purification column by character Palm Oil Mill Effluent (POME) considering. Further, is was conducted to annealed the ferro powder from industrial waste workshop in north Sumatera. Thus, it was conducted to annealed with temperature variation (800°C, 900°C and 1000°C) and the thick adsorbent (1 cm, 2 cm).The  result shows that  each adsorbent product is tested by applied of using direct that  puts in the  adsorbent  column. Applied research is conducted by flowing biogas trought column that the adsorbent is alreadyin the column. Temperature condition and the width of adsorbent was effecting of adsorption the H2S biogas and the optimal condition are 1000°C temperature and 2 cm of width adsorbance