Chasri Nurhayati
Baristand Industri Palembang Kementerian Perindustrian

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH KEMPAAN GAMBIR, ABU BOILER DAN SEKAM PADI UNTUK PUPUK ORGANIK Nesi Susilawati; Chasri Nurhayati
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 31, No 1 (2020): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v31i1.6001

Abstract

Selama ini limbah padat proses pengolahan gambir dengan  proses basah (pengempaan) langsung dibuang atau dibakar apabila sudah kering, padahal limbah tersebut dapat dimanfaatkan  sebagai bahan baku pupuk organik karena mengandung bahan organik yang dapat didekomposisi oleh mikroba dan menjadi pupuk organik. Dekomposisi limbah  kempaan  gambir secara alami memerlukan waktu sekitar 7-8 bulan. Oleh karena itu diperlukan bioaktivator  berupa EM-4 dan MOL (Mikroorganisme Lokal) agar proses dekomposisi limbah lebih cepat. Penambahan abu boiler dan sekam padi diperlukan untuk menaikkan nilai pupuk organik yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh  perbandingan beberapa variasi bahan baku dari  limbah kempaan gambir, abu boiler dan sekam padi   dengan penambahan  bioaktivator MOL dan EM-4 untuk mendapatkan pupuk organik yang memenuhi persyaratan SNI. Rancangan percobaan menggunakan  rancangan acak lengkap faktorial dengan  variasi perbandingan bahan baku pupuk organik  yaitu perbandingan limbah kempaan gambir : abu boiler : sekam padi, meliputi  (A1) 100:0:0 (A2) 90:8,5:1,5  (A3) 80:17:3 (A4) 70:25,5:4,5 (A5) 60:34:6 dan Faktor B adalah jenis mikroba EM-4 (B1) dan MOL (B2). Pengujian pupuk organik meliputi kadar air, C-Organik, Nitrogen, P2O5 dan K2O. Hasil pengujian produk pupuk organik dibandingkan dengan SNI 7763:2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecuali kadar air, parameter uji yang lain telah memenuhi SNI 7763:2018; Pupuk Organik Padat, sehingga campuran limbah kempaan gambir, abu boiler dan sekam padi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik padat, namun pengaruh  penggunaan mikroba MOL dan EM-4 tidak berbeda secara signifikan.
KOMPOSIT LIMBAH SERABUT KELAPA DAN KARET ALAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PEREDAM SUARA Nesi Susilawati; Chasri Nurhayati; Tri Susanto
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 32, No 2 (2021): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v32i2.7189

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data teknis pemanfaatan serabut kelapa sawit dan serabut kelapa dengan karet alam sebagai peredam suara dengan meningkatkan nilai tambah penggunaan serabut kelapa dan serabut sawit. Serabut kelapa  merupakan biomassa lignoselulosa berupa serat, dimana lignoselulosa mempunyai sifat penyerap yang baik. Penguat bahan pada komposit dapat diambil dari serat (fiber) buah kelapa. Lateks alam merupakan polimer dari senyawa hidrokarbon dan merupakan polimer alami yang dapat digunakan sebagai perekat alami untuk menggantikan perekat sintetis. Matress peredam suara yang dihasilkan dapat digunakan untuk menggantikan peredam suara yang ada saat ini yang relatif tidak ramah lingkungan.  Model percobaan dalam kegiatan penelitian adalah komposit serabut kelapa dan  karet alam dengan 2 variasi, variasi A adalah perbandingan komposit serabut kelapa dengan karet alam dengan rincian A1 (75%:25%), A2 (50%:50%) dan A3 (25%:75% ) dan variasi B  adalah perbandingan komposit serabut kelapa sawit dengan karet alam dengan rincian B1 (75%:25%), B2 (50%:50%) dan B3 (25%:75%), selanjutnya produk diuji parameter densitas dan penyerapan kebisingan dengan melewatkan suara pada sampel peredam menggunakan kotak/ruangan yang terbuat dari kaca. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa serabut sawit dan serabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai alternatif peredam suara dengan efisiensi penurunan kebisingan berkisar antara 12,69 – 15,12%. Perbedaan efisiensi penurunan kebisingan dengan menggunakan serabut kelapa sawit dan serabut kelapa tidak berbeda secara signifikan dengan hasil uji bervariasi. Didapatkan perlakuan terbaik dari model percobaan adalah pada perlakuan A1 yaitu dengan rasio serabut kelapa dan karet alam sebesar 75%:25%.