Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mikroklimat, Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Perah Friesians Holstein pada Ketinggian Tempat Berbeda Elmy Mariana; Cece Sumantri; Dewi Apri Astuti; Anneke Anggraeni; Asep Gunawan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.944 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5617

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap kondisi mikroklimat,termoregulasi dan produktivitas sapi Friesian-Holstein (FH). Penelitian dilakukan pada tiga lokasi dengan ketinggian berbeda, yaituPodok Ranggon (97mdpl), Ciawi (576mdpl), dan Lembang (1241mdpl). Sebanyak 63 sapi FH dalam kondisi laktasi normal digunakan dalam penelitian ini.  Aspek lingkungan meliputi suhu udara, kelembaban relatif dan Temperature-Humidity Index di dicatat setiap 2 jam dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Parameter termoregulasi yang diamati terdiri atas suhu kulit (Ts),suhu rektal (Tr), suhu tubuh (Tb), denyut jantung (Hr),laju pernapasan (Rr), dan Heat Tolerance Coeficient (HTC).Berdasarkan nilai Ta, Rr dan THI, dataran rendah memberikan dampak cekaman panas sedang, dataran sedangdan tinggi memberikan dampak cekaman panas ringan pada sapi perah. Hasil menunjukkan bahwa sapi dataran rendah memiliki Nilai HTC, Tr, Ts dan Tb tertinggi (P<0,05) dan Hr yang terendah (P<0,05). Produksi susu di ketiga lokasi penelitian berbeda nyata (P<0,05), dengan produksi susu tertinggi di dataran tinggi (13,1±3,52 kg),dataran sedang (11,3±4,73 kg) dan dataran rendah (7,0±3,36 kg). Secara umum sapi FH di dataran rendah, sedang dan tinggi tercekam panas akibat kondisi lingkungan yang berada pada kondisi di luar zona nyamanselama musim kemarau, akan tetapi mampu beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Kata kunci: ketinggian tempat, produktivitas, sapi perah, cekaman panas, termoregulasiABSTRACTThe purpose of this research was to determine altitude effect on microclimate, thermoregulation and productivity of Friesian Holstein. Research was conducted in different altitudes, i.e.: Pondok Ranggon (97m asl), Ciawi (576m asl), and Lembang (1241 m asl). A total of 63 FH cows in normal lactation were used in this study. Microclimate aspects observation includes environmental temperature (Ta), relative humidity (RH) and Temperature-Humidity Index (THI) were recorded every 2 hours from 08.00 to 16.00. The physiological responses measurements consisted of skin temperature (Ts), rectal temperature (Tr), body temperature (Tb), heart rate (Hr), respiratory rate (Rr) and Heat Tolerance Coeficient (HTC). Lowland environmental provide moderate heat stress, while the medium and highland impacts with mild stress. The results showed that lowland cows have highest HTC, Tr, Ts and Tb (P<0.05) and lowest Hr (P<0.05). Milk production in the different altitude was significantly different (P<0.05), with the highest milk yields in the highlands (13.1±3.52 kg), medium (11.3±4.73 kg) and lowland (7.0±3.36 kg). In general, HF dairy cows in low-, medium- and highland are exposed to climatic stress during dry season conditions, although they have the ability to adapt physiologically and cope with environmental stress.  Keyworlds: altitude, dairy cattle, heat stress, productivity, physiological responses
Pelatihan Pembuatan Silase Berbahan Hijauan Untuk Pakan Ternak Kambing Perah di Desa Meunasah Mon, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar Said Mirza Pratama; Muhammad Resthu; Elmy Mariana; Nasrullah Nasrullah; Hendra Koesmara; Nanda Fatmala
Peternakan Abdi Masyarakat (PETAMAS) Vol 3, No 1 (2023): Volume 3, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : Departemen of Animal Science, Agriculture Faculty, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/petamas.v3i1.32835

Abstract

Ketersediaan hijauan pakan secara berkesinambungan sepanjang tahun baik kualitas maupun kuantitas menjadi syarat mutlak bagi pengembangan ternak. Hijauan yang melimpah pada musim hujan harus dilakukan pengolahan dengan cara diawetkan, sehingga kualitas nutrisi dari hijauan tersebut tetap terjamin. Salah satu teknologi pengolahan pakan dengan teknik pengawetan yaitu dengan pembuatan silase. Pembuatan silase dilakukan untuk mengawetkan dan meminimalkan hilangnya nutrisi juga dapat memperbaiki nutrisi pakan. Permasalah utama yang dihadapi oleh kelompok tani di desa Meunasah Mon adalah penyediaan pakan yang berkualitas dan kontinyu. Guna meningkatkan pengetahuan peternak tentang pembuatan pakan kambing perah dengan proses silase, maka perlu dilakukan pelatihan kepada peternak di Desa Meunasah Mon, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan pelatihan ini dilakukan pada tanggal 26 September 2022. Peserta yang hadir pada pelatihan pembuatan silase ini adalah 13 orang. Antusiasme peserta sangat tinggi saat mengikuti pelatihan pembuatan silase. Peserta memiliki kemauan untuk berperan aktif dalam membuat silase. Kesimpulan kegiatan ini adalah Pelatihan yang dilakukan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok ternak budidaya ternak susu kambing Desa Meunasah Mon terhadap manfaat dan teknik pembuatan silase serta pemanfaatannya sebagai pakan ternak kambing perah. Penyediaan pakan berkualitas pada musim kemarau dapat diatasi, sehingga tingkat pertumbuhan dan produksi ternak akan tercapai optimal.