p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal agriTECH
Yustinus Marsono
Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Media Budidaya Menggunakan Air Laut dan Air Tawar terhadap Sifat Kimia dan Fungsional Biomassa Kering (Spirulina platensis) Nurfitri Ekantari; Yustinus Marsono; Yudi Pranoto; Eni Harmayani
agriTECH Vol 37, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.901 KB) | DOI: 10.22146/agritech.10843

Abstract

Spirulina is a microalgae, easily cultivated and grows well in a low to high-level of salinity. Chemical contents in Spirulina can be influenced by the conditions of cultivation. Spirulina platensis sold in Indonesia is largerly cultured in marine water or fresh water medium. S. platensis can be used as a source of calcium because it has 700-1000 mg/100 g of dry biomass. This study aimed to determine the effect of sea water and fresh water cultivation medium on the chemical composition of S. platensis. Samples were determined the chemical composition included proximate analysis, mineral content of Calcium (Ca), Magnesium (Mg) and Phosphor (P), total glucose, starch, and dietary fiber. Functional properties were also determined i.e: solubility, water and oil binding capacities, emulsion and foam abilities. The results showed that  the content of ash and minerals (Ca, Mg, P) of S. platensis cultivated in marine water was higher that of S. platensis cultivated in freshwater. This results suggested that S. platensis cultured in the sea water medium was potential as an alternative source of calcium (512,53 mg Ca/100 g) with a ratio Ca-P = 1:1.79. The carbohydrate content was at least 28,41 %db (total sugars almost 0,09 %db, starch 6,9 %db and total dietary fiber 24,81 %db). The dietary fiber was dominated by insoluble dietary fiber (24,81 %db). Functional properties were affected by cultured medium. Spirulina platensis cultivated in marine water exhibited high capacity on Water and Oil Holding Capacities (WHC and OHC) that were 4,46 ml/g and 2,35 ml/g, respectively. Water Solubility Index (WSI), foaming capacity, emulsion capacity were not affected by cultured media. ABSTRAKSpirulina merupakan mikroalga, mudah dibudidayakan dan dapat hidup dalam tingkat salinitas yang rendah hingga tinggi. Kandungan kimia dalam Spirulina dapat dipengaruhi oleh media budidayanya. Di Indonesia Spirulina platensis yang beredar sebagian merupakan hasil budidaya dari berbagai tempat dengan media budidaya air tawar maupun air laut. S. platensis dapat digunakan sebagai salah satu sumber kalsium karena kandungannya dapat mencapai 700-1000 mg/100 g biomassa kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media budidaya air laut dan air tawar terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional dari S. platensis. Parameter kimia yang diamati yaitu komposisi proksimat, kandungan mineral Ca, Mg dan P, kandungan gula, pati dan serat pangan. Parameter sifat fungsional meliputi kelarutan, kemampuan mengikat air dan lemak, emulsifikasi dan kemampuan membentuk busa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan abu dan mineral (Ca, Mg, P) S. platensis budidaya air laut lebih tinggi daripada budidaya air tawar. S. platensis asal budidaya laut berpotensi sebagai alternatif sumber kalsium (512,53 mg Ca/100 g) dengan rasio Ca:P = 1:1,79. Kandungan karbohidrat S. platensis hasil budidaya media air laut lebih rendah yaitu 28,41 %db (gula total dengan nilai 0,09 %db, pati 6,9 %db dan total serat pangan 24,81 %db), serat pangan terutama berupa serat pangan tak larut sebesar 24,18 %db. Sifat fungsional dipengaruhi oleh asal budidaya. Spirulina platensis asal budidaya laut memiliki sifat Water Holding Capacity (WHC) yang lebih tinggi yaitu 4,46 ml/g dibandingkan sifat Oil Holding Capacity (OHC) yaitu 2,35 ml/g, sedangkan Water Soluble Index (WSI), kapasitas membentuk busa dan emulsifikasi tidak dipengaruhi media budidaya.
Pengaruh Penambahan Fibercreme® terhadap Karakteristik Fisik dan Sensoris serta Kadar Serat Pangan Beras Pra Tanak Agatha Arissa Chintyadewi; Yustinus Marsono; Priyanto Triwitono
agriTECH Vol 41, No 4 (2021)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.187 KB) | DOI: 10.22146/agritech.42962

Abstract

Pencegahan peningkatan prevalensi DM tipe 2 di Indonesia dapat dilakukan dengan mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat pangan dan pati resisten. Beras merupakan bahan makanan pokok di Indonesia yang memiliki kandungan serat pangan dan pati resisten relatif rendah. Peningkatan serat pangan dan pati resisten pada beras dapat dilakukan melalui proses pratanak dan dikombinasikan dengan penambahan fibercreme. Proses retrogradasi yang terjadi pada pati beras saat melalui proses pratanak mampu meningkatkan pati resisten pada beras. Serta adanya interaksi antara kandungan amilosa pada beras dengan lemak pada fiberceme dapat menghasilkan kompleks amilosa-lipid yang disebut sebagai pati resisten tipe 5 (RS5). Penambahan fibercreme  yang merupakan non-dairy creamer dengan kandungan oligosakarida yang tinggi dapat meningkatkan kadar serat pangan pada beras pratanak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan dua jenis fibercreme yaitu fibercreme-inulin dan fibercreme-IMO dengan konsentrasi 3,23%; 6,45% dan 12,9% pada proses pratanak terhadap kadar pati resisten dan serat pangan serta karakteristik fisik dan sifat sensoris beras pratanak. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan penambahan fibercreme-inulin dan fibercreme-IMO maisng-masing dengan konsentrasi 12,9% meningkatkan kadar pati resisten sebesar 28,5% dan 32,64%, kadar serat pangan sebesar 64,74% dan 64,88%; menurunkan kadar amilosa masing-masing 23,73% dan 15,52%. Perlakuan tersebut tidak mempengaruhi tekstur beras pratanak tetapi menurunkan WHC dan bulk density beras pratanak. Penambahan fibercreme juga meningkatkan penerimaan beras pratanak dengan skor tertinggi terdapat pada beras pratanak dengan penambahan fibercreme-inulin pada kosentrasi 12,9%.
Formulasi dan Karakteristik Bubur Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) Instan dengan Pemanis Sukrosa, Isomalto-oligosakarida dan Fibercreme Rhaesfaty Galih Putri; Priyanto Triwitono; Yustinus Marsono
agriTECH Vol 40, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.398 KB) | DOI: 10.22146/agritech.46262

Abstract

This study aimed to characterize red kidney bean instant porridge formulation with sucrose (BKM S), isomalto-oligosaccharides (BKM IMO), and fibercreme (BKM FC) as sweeteners on sensory, chemical and physical properties. Isomalto-oligosaccharides and fibercreme are used as sucrose substitutes because they provide a sweet taste as well as high fiber that can provide health benefits. The result showed that IMO and FC as a sucrose replacement in red kidney bean instant porridge formulation did not affect the texture, instead of lowering the acceptance level. The formulations did not change rehydration time but reduced the viscosity, while the water holding capacity increased with IMO replacement but decreased in FC replacement. Besides, the formulations increased the amount of fiber and decreased calories.