Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KONSEP BILINGUALISME DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING Edy Subali
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.211 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v8i1.1246

Abstract

Artikel ini berjudul “Konsep Bilingualisme dan Pembelajaran BIPA”.  Pertanyaannya adalah bagaimana konsep bilingualisme dapat membantu mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran BIPA? Konsep pada dasarnya merupakan prinsip atau asas yang dapat menjadi dasar berfikir atau bertindak. Bagaimana pengajar dan pembelajar BIPA memanfaatkan dan menerapkan konsep bilingualisme kepada pembelajar penutur asing yang majemuk: B1-nya majemuk, latar sosial budayanya majemuk, tujuan mereka belajar B2 bahasa Indonesia juga majemuk. Konsep atau prinsip bilingualisme yang dapat dimanfaatkan sebagai kerangka dasar, misalnya: hipotesis pemerolehan versus pembelajaran, hipotesis monitor, hipotesis saringan afektif, hipotesis urutan alamiah dan hipotesis masukan, dan teori akulturasi. Selain itu, silabus pembelajarannya mempertimbangkan kemajemukan pembelajar BIPA. Bahan ajar pembelajaran BIPA pun perlu memperhatikan tujuan mereka atau penutur asing belajar bahasa Indonesia, garadasi kesulitan bahan ajar, variasi bahan ajar, konteks, dan integrasi bahan ajarnya. Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran BIPA yang perlu diperhatikan misalnya, aspek lintas budaya pembelajar dan pengajar, dan karakteristik pembelajar sebagai orang yang berkategori dewasa.
PELATIHAN PARADIGMA DAN METODE PEMBELAJARAN Edy Subali; Enie Hendrajati
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.358 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v5i2.618

Abstract

Persoalan yang dihadapi dunia pendidikan kita di antaranya sikap pembelajar terhadapproses pembelajaran relatif kuang positif. Mereka tampaknya hanya bersekolah, belumbelajar. Bersekolah hanyalah seperti mengikuti tahapan-tahapan menjalani kehidupansaja,   layaknya   jarum jam yang bergerak tanpa   ruh.Rasa ingin bisanya (tujuanpsikomotor) cenderung sangat rendah. Ditandai oleh takut mencoba, takut salah, takutmalu jika tidak bisa. Seolah-olah salah itu tidak boleh, pertanda bodoh bahkan goblok.Akibat lanjutannya, kebiasaan yang cenderung terbentuk adalah mencari jalan pintas,seperti menyontek, mencontoh persis, kopi-paste, “bacem”, dan membeli ke biro jasaskripsi. Bibit-bibit untuk membentuk manusia dengan karakter suka menerabas, tidakpeka mutu, tidak disiplin murni bahkan watak hipokrit sudah tampak menggejala. Tidakbermental pegulat atau pengarum jeram. Bermental penerabas. Variabel yang menjadipenyebabnya tentu sangat kompleks. Jangan-jangan budaya seneoritas, feodalisme, santunke atas telah ikut mengantar paradigma botol kosong yang harus diisi ke dalam duniapendidikan. Guru dan sekolah layaknya penguasa yang “leluasa” membentuk, mencetaklulusan. Globalisasi menginspirasi elit pendidikan kita untuk memperbarui paradigmapembelajaran, yang berakibat pada perubahan kurikulum, silabus, rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP), termasuk juga pendekatan dan metode pembelajarannya. Denganparadigma pembelajaran bahwa siswa laksana butiran emas yang masih penuh lumpurmaka prinsip yang perlu dijadikan kesadaran oleh para pendidik adalah bebaskan anak-anak dari “penjajahan” sekolahan, termasuk oleh gurunya. Pendekatan penggalian danpengembangan potensi (butiran emas) oleh dirinya sendiri secara konsistenharusditanamkan dan digalakkan. Guru dan manajemen sekolah hanya memfasilitasi agartercipta atmosfer pembelajaran yang menyenangkan sehingga sekolah dan ruang-ruangkelas laksana lahan subur yang di atasnya dapat tumbuh subur benih-benih unggul yangpenuh potensi. Guru bukan mengisi atau mengajar, tapi mengasah, mengasuh, menyulut,menyadarkan, memakcomblangi. Iklim atau suasana pembelajaran harus menyenangkan.Berarti, (a) fasilitas pembelajaran di sekolah harus memadai, (b) jumlah siswa per kelasjuga mempengaruhinya; semakin banyak jumlahnya semakin sulit mengendalikan danmembuat suasana pembelajaran menyenangkan; (c) gaya komunikasi verbal dannonverbal oleh guru, terutama dalam proses pembelajaran harus sirkuler bukan linier,harus demokratis bukan otoriter-doktriner, harus menyenangkan bukan membosankan danjuga harus bersifat keibuan atau kebapakan bukan kelaki-lakian, keras, kaku danmenakutkan.
MISMATCH TRACER STUDY DAN DESAIN SILABUS Edy Subali
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.881 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i1.609

Abstract

Mismatch dipicu oleh kurang adanya komunikasi antara dunia industri, pasar kerja dengan dunia pendidikan. Dunia pendidikan belum responsif atau cenderung terlambat menyikapi perkembangan industri dan dinamika pasar kerja. Upaya penyelesaian problem penyelarasan antara keduanya selama ini masih bersifat parsial dan sporadis. Kualitas kompetensi pekerja belum memenuhi kebutuhan industri dan pasar kerja; tingkat produktivitas kerja masih rendah;   penciptaan usaha baru dan mandiri sebagai wujud kemampuan berwirausaha belum optimal. Mismatch adalah masalah kurang  “berjodoh” antara dunia pendidikan dengan dunia industri/dunia kerja. Indikatornya adalah pengangguran. Pengangguran sarjana merupakan fenomena kasat mata yang masih banyak dibicarakan daripada diselesaikan. Dunia pendidikan sebagai penanggung jawab dalam pengelolaannya mendapatkan tantangan serius untuk mengatasinya. Dengan informasi dari tracer study maka rancangan kurikulum dan silabus akan mendapatkan masukan yang tepat dan akurat. Dengan dasar  pijakan hasil tracer study tersebut maka paling sedikit dapat menginspirasi pengembangan desain kurikulum dan silabus dalam tiga hal, yaitu: (1) kompetensi apa dan dengan standar minimal seberapa yang diperlukan dunia industri sehingga SDM lulusan dengan kompetensi tersebut dapat memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, bukan saja dalam skala lokal dan nasional tetapi sekaligus dalam skala dunia/global, (2) dengan jelasnya kompetensi yang diperlukan tersebut (apa kompetensi yang dibutuhkan dan seberapa standar minimalnya dari tracer study) maka dapat diketahui pula tentang pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang harus dilakukan untuk mengasah dan membentuk kompetensi tersebut, (3) dengan jelasnya kompetensi yang diperlukan tersebut (apa dan seberapa standar minimalnya dari tracer study) maka dapat diketahui pula tentang apa saja yang perlu dievaluasi (kognisi, afeksi dan psikomotorik) dan bagaimana caranya untuk mengevaluasi atau mengukur bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar sudah dimiliki oleh peserta didik.
BUNG KARNO, FENOMENA KEBAHASAAN DAN LAHIRNYA INDONESIA MERDEKA Edy Subali
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.322 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v2i1.663

Abstract

“Dibawah Bendera Revolusi merupakan kumpulan tulisan Bung Karno dalam majalah luar dan dalam negeri, yang terbit antara tahun 1926 sampai dengan tahun 1940-an. Bahasanya terikat konteks; penggunaan kata dan gaya bahasa sebagai wujud aksi dan reaksi terhadap konteks kondisi sosial, ekonomi dan politik yang memprihatinkan sebagai akibat sistem ekonomi kapitalis yang dijalankan penguasa asing-Belanda di Indonesia ketika itu.Kata-kata dan gaya bahasanya berenergi maskulin, “kelaki-lakian”, berkonotasi sebagai aksi bukan narasi, aktivis kehidupan bukan pengamat dan penjelas kehidupan, menggugah dan membangunkan kesadaran bukan meninabobokkan, berfungsi seperti “kejut listrik” bahkan “teror” terhadap kesadaran. Strateginya, konotasi dirangsang, polisemi diperluas optimal dan sinonimi serta antonimi diaktifkan.
WACANA RAKSASA RAHWANA DASAMUKA DALAM DI BAWAH BENDERA REVOLUSI Edy Subali; Enie Hendrajati
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 9, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.862 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v9i1.1277

Abstract

Artikel ini berjudul Wacana Raksasa Rahwana Dasamuka dalam “Dibawah Bendera Revolusi“. Bung Karno adalah presiden pertama Republik Indonesia yang produktif menulis atau mengarang.  Bahasa yang dimanfaatkan dalam karangannya terikat konteks. Kata dan gaya bahasa yang digunakan dalam karangannya merupakan wujud aksi dan reaksi terhadap konteks kondisi sosial, ekonomi dan politik yang memprihatinkan sebagai akibat sistem ekonomi kapitalis yang dijalankan penguasa asing-Belanda.Artikel ini bertujuan memberikan paparan faktual, obyektif dan ilmiah tentang “pemikiran, sikap dan  gaya” Bung Karno dalam membahasakan raksasa Rahwana Dasamuka (selanjutnya disingkat RRD) dalam tulisan-tulisannya. Sampel yang dijadikan wilayah perburuan untuk memotret gaya membahasakan wacana RRD adalah teks-teks buah pikiran Bung Karno yang dikumpulkan menjadi satu buku dengan judul  “Dibawah Bendera Revolusi“(DBR). Tulisan Bung Karno yang terhimpun dalam buku DBR berbentuk retorika persuasif. Wacana yang dimanfaatkan sebagai senjata persuasif antara lain adalah wacana RRD, simbol Kapitalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme-Imperialisme. Wacana RRD digelar untuk membangun resistensi terhadap penjajah, yaitu pemerintahan asing-Belanda di Indonesia ketika itu.Jenis kata yang dimanfaatkan untuk menghidupkan wacana RRD adalah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata seru, kata bilangan dan kata ganti orang. Kata-kata yang berjenis apa pun dan dari ragam, bidang serta bahasa mana pun, selama fungsional-produktif untuk membangun struktur wacana (sistem makna atau cara pandang yang diinginkan) RRD cenderung dimanfaatkannya.Dalam wacana RRD, Bung Karno dominan memanfaatkan metafor, seperti personifikasi, ironi, sinisme dan sarkasme. Gaya bahasa hiperpola, repetisi, erotesis dan antitesis pun dimanfaatkannya. Semua gaya bahasa tersebut dimanfaatkan untuk membangun struktur wacana Raksasa Rahwana Dasamuka. simbol kejahatan dan keserakahan yang harus ditumpas. Dengan pilihan kata dan gaya bahasa tersebut, Bung Karno seperti menyediakan cara membaca, dan cara menyikapi RRD sebagai jelmaan kapitalis-imperialis. Pikiran, sikap dan perilaku gemas, dongkol dan garang pembaca seperti dibentuk dan dirahkan ke “buto” Raksasa Rahwana Dasamuka simbol keserakahan dan kejahatan.
Analisa Pengaruh Faktor Sosio-Demografi terhadap Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Berbisnis Aurelius Ratu; Edy Subali; Marsudi Marsudi; Banu Prasetyo; Arfan Fahmi; Siti Zahrok; Enie Hendrajati; Niken Prasetyawati; Dyah Satya; Ratna Rintaningrum
Journal of Economics Development Issues Vol 2 No 02 (2019): Journal of Economics Development Issues
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.758 KB) | DOI: 10.33005/jedi.v2i02.29

Abstract

Dewasa ini, penggunaan teknologi dalam dunia usaha telah berkembang dan menjadi salah satu indikator dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Bertujuan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat melalui penggunaan media sosial, penelitian diadakan di salah satu RW Kelurahan Gebang Putih. Dengan metode analisa regresi dengan tingkat keberartian (p-value) antara 0.05-0.1 dan deskriptif-kualitatif dalam bentuk pemaparan strategi pemasaran, kecenderungan masyarakat dipengaruhi oleh faktor durabilitas usaha yang dijalani berdasar pada semangat dan kegemaran (passion) serta tingkat Pendidikan. Hasil ini memperlihatkan bahwa penggunaan teknologi belum sepenunya diyakini dapat membantu perekonomian mengingat dampak dari manfaat yang diberikan oleh teknologi media sosial itu sendiri maupun karena kemudahan dalam penggunaannya sehari-hari. Kata Kunci: teknologi, media sosial, durabilitas usaha, Pendidikan.
Branding dan Promosi Kawasan Wisata Pesisir Pesona Desa Gisik Cemandi Banu Prasetyo; Edy Subali; Enie Hendrajati; Umi Trisyanti; Sukriyah Kustanti Moerad; Wahyuddin
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada masyarakat Vol 5 No 2 (2022): 2022: Edisi 2
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/bakti.3548

Abstract

Gisik Cemandi is a village that manages with community-based. Therefore, the types of tourism that have the most potential to be developed are religious tourism and marine tourism. Unfortunately, Gisik Cemandi is still constrained in the development of tourism from year to year due to the lack of community expertise in branding, promotion, and mapping of economic potential in the development of marine tourism. Seeing this opportunity, the ITS Development Studies Department has assisted in branding activities and promoting marine tourism in Gisik Cemandi. The community service program includes branding counselling for marine tourism for two months. The purpose of this service is for Gisik Cemandi Village to have its trademark so that tourists easily recognize it. Furthermore, the Team will promote social media to attract tourists to travel to Gisik Cemandi Village. The result of this community service is the video promotion profile of Gisik Cemandi and the logo of Pesona Bahari as a trademark of Gisik Cemandi. ==== Desa Gisik Cemandi merupakan desa dengan kategori desa swasembada. Jenis-jenis wisata yang paling berpotensi untuk dikembangkan di desa ini adalah wisata religi dan wisata bahari. Namun, dari tahun ke tahun, Desa Gisik Cemandi masih terkendala dalam pengembangan wisata tersebut karena kurangnya keahlian masyarakat dalam melakukan branding, promosi, pemetaan potensial ekonomi dalam pengembangan wisata bahari. Melihat peluang tersebut, Tim Pengabdian Departemen Studi Pembangunan ITS telah melakukan pengabdian dalam bentuk pendampingan terhadap kegiatan branding dan promosi wisata bahari di Desa Gisik Cemandi. Kegiatan pengabdian ini meliputi penyuluhan branding Desa Wisata Bahari selama dua bulan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan agar Desa Gisik Cemandi memiliki trademarknya sendiri sehingga mudah dikenal oleh para wisatawan. Selanjutnya, Tim Pengabdian akan melakukan promosi melalui media sosial untuk menarik wisatawan agar berwisata di Desa Gisik Cemandi. Hasil dari pengabdian ini adalah dihasilkannya video profile dan logo Pesona Bahari Desa Gisik Cemandi sebagai sarana promosi pariwisata.