Siti Zahrok
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KESETIAAN BERBAHASA INDONESIA DIPERTANYAKAN DI ERA GLOBALISASI Marsudi Marsudi; Siti Zahrok
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.694 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v8i1.1245

Abstract

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan jati diri di pusaran pergaulan antarbangsa yang sangat kompleks. Salah satu hal yang perlu diperha-tikan adalah masalah kesetiaan pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat. Misalnya, adanya anggapan bahwa bahasa asing lebih modern dan bergengsi sosial yang lebih tinggi. Kesetiaan pemakai bahasa Indonesia terhadap bahasanya telah sampai pada taraf mengkhawatirkan. Banyak masyarakat pemakai bahasa Indonesia tidak sadar bahkan tidak mengetahui jika bahasa yang dipakai atau ditulis adalah salah. Bahkan, banyak masyarakat berpendapat bahwa penyimpangan berbahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa yang benar. Hal ini disebabkan bahasa yang salah tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam kesehariannya. Dengan kondisi seperti di atas, kesetiaan berbahasa Indonesia harus disosialisasikan, bahkan perlu diadakan gerakan politik bahasa secara nasional. Misalnya, peraturan dan perundang-undangan yang telah diundangkan perlu diikuti sanksi tegas jika terjadi pelanggaran berbahasa Indonesia. Sikap setia dan bahkan bangga berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Dengan cara seperti tersebut diharapkan mampu menekan pelanggaran pemakaian bahasa Indonesia.
KAJIAN KONSISTENSI SIKAP DAN PERBUATAN BERBAHASA INDONESIA BIDANG KEILMUAN Marsudi Marsudi; Siti Zahrok
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 10, No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.161 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v10i2.2836

Abstract

Attitude can be defined as permanent sense, thought, and preference on specific aspect of life. In fact, language attitude of speakers of Bahasa Indonesia  is interesting to be questioned. In relation to this, the aim of this research is to describe consistency in terms of language attitude and language performance among Bahasa Indonesia users. Positive thought and sense toward Bahasa Indonesia should be completely or at least partly actualized on the use of standard language when it is implemented in academic setting.  Cases found in the use of Bahasa Indonesia tend to oppose the essence of language attitude Inconsistency among bahasa Indonesia attitude lies on the level of spelling, diction, and sentence structures The causes of this inconsistency rest on the disparage and ignorance of Bahasa Indonesia language principles The use of Bahasa Indonesia ignoring language principles particularly on academic setting is viewed as unimportant and unurgent matter. Therefore, negative attitude emerges as a result of ignored language principles
PENGEMBANGAN MANAJEMEN KOPERASI DI PONDOK PESANTREN PERGURUAN ISLAM SALAFIAH KABUPATEN BLITAR Marsudi Marsudi; Usman Arief; Siti Zahrok
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.704 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v4i2.631

Abstract

Pondok pesantren (Ponpes) merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, keberadaan dan perannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa telah diakui oleh masyarakat. Dalam perkembangannya pondok pesantren berfungsi sebagai pusat bimbingan dan pengajaran ilmu-ilmu agama Islam telah banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat dan mubaligh. Seiring dengan laju pembangunan dan tuntutan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pondok pesantren telah melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan peran dan sekaligus memberdayakan potensinya bagi kemaslahatan lingkungannya. Salah satu bentuk adaptasi nyata yang telah dilaksanakan adalah pendirian koperasi di lingkungan Ponpes dan dikenal dengan sebutan Koperasi Pondok Pesantren. Dalam upaya pemberdayaan dan pengembangan koperasi di lingkungan pondok pesantren dipandang perlu melakukan pendidikan dan pelatihan manajemen koperasi agar koperasi yang sudah ada berkembang menjadi koperasi yang lebih profesional dan membawa kemaslahatan bagi anggota serta masyarakat sekitar.
STRATEGI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN SEMPADAN SUNGAI (Studi Kasus : Kali Surabaya di Kecamatan Driyorejo dan Wringinanom Kabupaten Gresik) Suprapti Suprapti; Usman Arief; Siti Zahrok; Heru Purwadio
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.623 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v7i2.589

Abstract

Menurut Ecoton (2014), di Kecamatan Driyorejo dan Wringinanom Kabupaten Gresik sepanjang kanan kiri Kali Surabaya terdapat lebih dari 1.000 bangunan permukiman, tempat usaha dan sarana umum yang dibangun secara permanen di atas sempadan Kali Surabaya. Sementara itu Dinas Pengairan Provinsi jawa Timur mengidentifikasikan di sepanjang Kali Surabaya yang melewati Kecamatan Wringinanom dan Driyorejo terdapat 1.191 bangunan yang dibangun di daerah sempadan sungai. Di antaranya adalah pembangunan gudang dan ruko City Nine di Desa Cangkir Kecamatan Driyorejo dan pembangunan perumahan yang menggunakan alat berat yang memakan sempadan Kali Surabaya di Desa Cangkir Kecamatan Driyorejo.Dalam Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63.PRT/1992 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan bekas Sungai; serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai; dilarang membangun gedung di dalam daerah sempadan sungai, karena  menyebabkan penyempitan sungai yang bisa berujung terjadinya bencana banjir.Pelanggaran terhadap pemanfaatan sempadan sungai terjadi karena lemahnya pengendalian dan pengawasan yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini sebagai pengelola sempadan sungai adalah Balai besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas yang merupaan kepanjangan tangan dari Kementrian  Pekerjaan Umum yang berwenang mengelola Kali Brantas dan Kali Surabaya. BBWS tidak aktif melakukan pemantauan terhadap pelanggaran dan tidak memiliki komitmen kuat dalam  penegakan hukum secara tegas sehingga terjadi pelanggaran pemanfaatan sempadan sungai seperti sekarang. BBWS kurang  koordinasi dan sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota  dan Pemerintah Desa yang dilalui Kali Surabaya sehingga seolah-olah Kali Surabaya menjadi kawasan tanpa pengelola.Pelanggaran terhadap pemanfaatan sempadan Kali Surabaya merupakan bentuk pelanggaran terhadap pemanfaatan  ruang. Dalam Pasal 35 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Pemanfaatan Ruang disebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui Peraturan Zonasi, perizinan, pemberian insentif/disinsentif, dan pemberian sanksi. Strategi pengendalian dan pengawasan sempadan sungai di Kecamatan Driyorejo dan Wringinanom dilakukan dengan menetapkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kecamatan Driyorejo dan Kecamatan Wringinanom yang di-perda-kan. Pengendalian melalui perizinan merupakan filter berjenjang melalui penerbitan Izin Prinsip, Izin Lokasi, Izin Site Plan, Izin Mendirikan Bangunan, dan izin lainnya yang diperlukan, oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik yang berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan  Tata Ruang Kabupaten Gresik, Badan Pertanahan Kabupaten Gresik, dan instansi lain yang berkaitan. Pengendalian melalui pemberian disinsentif merupakan upaya untuk menghambat pemanfaatan ruang yang tidak dikehendaki perkembangannya. Pemberian sanksi berupa sanksi administratif mulai peringatan tertulis sampai pembongkaran bangunan.
KESADARAN PEMAKAI BAHASA INDONESIA DI ERA TEKNOLOGI Marsudi Marsudi; Siti Zahrok; Usman Arief
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.208 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i2.604

Abstract

             Era teknologi informasi dan komunikasi banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, antara lain kesadaran pemakai bahasa Indonesia. Kurangnya kesadaran menghargai bahasa bangsa sendiri menjadi masalah besar bahasa Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak memiliki kesadaran berbahasa yang baik dan benar, bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan akan  mengakibatkan bangsa ini akan terjadi disintegrasi dan terombang-ambing oleh bahasa dan budaya bangsa asing, sedangkan bangsa lain telah mempersiapkan diri dengan baik. Perlu diketahui, pemakaian bahasa Indonesia sekarang yang kurang menataati kaidah bahasa Indonesia merupakan indikator bahwa bangsa Indonesia telah mengalami penurunan kesadaran berbahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat di berbagai kesempatan berbahasa, misal acara perdebatan di tevisi yang kurang memperhatikan pemakaian bahasa yang baik dan benar. Oleh sebab itu, kesadaran berbahasa Indonesia harus menjadi perhatian serius oleh pemakai sekaligus pemilik bahasa dan pihak legeslatif, yudikatif, ekskutif, dan terutama aparat pemerintah untuk memberi pemahaman dan teladan. Pemerintah harus tegas untuk menegakkan Undang-Undang Bahasa Indonesia dan bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbahasa Indonesia bagi rakyat. Kesadaran ini  bermakna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah serta naungan di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memiliki sikap dan perilaku positif yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan berbuat demi kebaikan bahasa, bangsa dan negara.
SIKAP PILIHAN BAHASA PELAKU EKONOMI BERDASARKAN TINJAUAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH Eka Dian Savitri; Kartika Nuswantara; Siti Zahrok
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 9, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.205 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v9i2.1624

Abstract

This is a descriptive qualitative study that aims to describe Indonesian economists language attitude, specifically on the way they label the products.By means of behaviorist approach, the study raises an interpretation of the economists throughot observation. In order to come to the answer of the problem, data employed in this present study is the secondary data derived from other researchers. Then, the analysis of the data is employed by reviewing the labeling process in three ways, namely reasons for labeling, characteristics of the language attitude, and the Act 24 year 2009. It is figured out that there are 29 products labeled using foreign words or phrase, and the rest 11 products useIndonesia language. The phenomenon shows that labeling in foreign languages would enhance the positive image of the  product. On the other hand, positive attitude is shown by the economists through their loyalty using bahasa Indonesia for labelling. Final finding is to show that the attitude displays the conterproductive to the Act 24 of 2009. 
PELANGGARAN PERLUASAN BANGUNAN DI KOMPLEKS PERUMAHAN DI KOTA SURABAYA DITINJAU DARI PERATURAN TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN Suprapti Suprapti; Niken Prasetyawati; Ni Wayan Suarmini; Tony Hanoraga; Siti Zahrok
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.79 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v5i1.623

Abstract

Perumahan yang dibangun pengembang mulai dekade delapan-puluhan, pada awalnyadibangun sesuai dengan ketentuan tata ruang Kota Surabaya. Namun demikian dalampengembangannya sesudah ditempati penghuni, rumah-rumah tersebut mengalami banyakperubahan; salah satunya adalah perluasan ke arah depan yang melebihi Garis SempadanBangunan (GSB). Perluasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota merupakanpelanggaran GSB yang menyebabkan pemunduran bangunan menjadi tidak rapih;berkurangnya halaman depan dan ruang terbuka di dalam kaveling; serta membahayakanpengguna jalan yang akan berbelok karena pandangannya tertutup bangunan pada kavelingpojok. Masalah yang mendasar adalah, perubahan dan penambahan luas bangunan yangdilakukan pemilik rumah melanggar peraturan tentang GSB, baik peraturan pada tingkatundang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri maupun peraturan walikota.Tujuan studi ini adalah mencari penyelesaian secara hukum terhadap pelanggaran GSByang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan dan rencana tata ruang  melaluipendekatan kasus dengan cara mengevaluasi kondisi empiris lapangan terhadap peraturanmengenai GSB.Usulan penyelesaiannya adalah (1) pelanggaran yang dilakukan sesudah diberlakukannyaPerda Kota Surabaya No. 7 Tahun 2009 tentang Bangunan, yaitu pengenaan sangsiadministrasi; (2) pelanggaran yang dilakukan sebelum diberlakukanya Perda Kota SurabayaNo. 7 Tahun 2009 tentang Bangunan, ada dua penyelesaian, yaitu (a) pelanggaran yangdilakukan pemilik bangunan yang mengajukan pembaruan IMB atau pemutihan IMB,sangsinya adalah membayar denda atas pelanggaran dan mengembalikan posisi GSB sesuaiketentuan yang berlaku; (b) pelanggaran yang dilakukan pemilik bangunan yang tidakmelakukan perubahan apapun, tidak dikenakan sangsi apapun tetapi bisa digugat jika ataspelanggaran tersebut menimbulkan kerugian pada orang lain, atau dikenakan disinsentifberupa denda yang diberlakukan setiap tahun.
Analisa Pengaruh Faktor Sosio-Demografi terhadap Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Berbisnis Aurelius Ratu; Edy Subali; Marsudi Marsudi; Banu Prasetyo; Arfan Fahmi; Siti Zahrok; Enie Hendrajati; Niken Prasetyawati; Dyah Satya; Ratna Rintaningrum
Journal of Economics Development Issues Vol 2 No 02 (2019): Journal of Economics Development Issues
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.758 KB) | DOI: 10.33005/jedi.v2i02.29

Abstract

Dewasa ini, penggunaan teknologi dalam dunia usaha telah berkembang dan menjadi salah satu indikator dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Bertujuan meningkatkan potensi ekonomi masyarakat melalui penggunaan media sosial, penelitian diadakan di salah satu RW Kelurahan Gebang Putih. Dengan metode analisa regresi dengan tingkat keberartian (p-value) antara 0.05-0.1 dan deskriptif-kualitatif dalam bentuk pemaparan strategi pemasaran, kecenderungan masyarakat dipengaruhi oleh faktor durabilitas usaha yang dijalani berdasar pada semangat dan kegemaran (passion) serta tingkat Pendidikan. Hasil ini memperlihatkan bahwa penggunaan teknologi belum sepenunya diyakini dapat membantu perekonomian mengingat dampak dari manfaat yang diberikan oleh teknologi media sosial itu sendiri maupun karena kemudahan dalam penggunaannya sehari-hari. Kata Kunci: teknologi, media sosial, durabilitas usaha, Pendidikan.
Encouraging Factors For Women's Empowerment In Community Care And Social Work Suryani, Adi; Moh Saifulloh; Siti Zahrok; Soedarso; Zainul Muhibbin; Eka Dian Savitri
Aplikasi Administrasi: Media Analisa Masalah Administrasi Volume 26 Nomor 1
Publisher : Faculty of Social and Political Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/aamama.v26i2.221

Abstract

Women are often seen as inferior to males in the community. Their occupations are limited to domestic duties such as caring for the family and making sure that everyday necessities are met. Despite their undervalued values, women continue to play a critical role in guaranteeing the welfare of the community, the well-being of the family, and the healthy development of the children. Nowadays, many women are joining the workforce, taking on leadership positions and taking part in a variety of community activities. This demonstrates the importance of women as contributors to society and the need to develop women's potential. Therefore, the study's goal is to investigate factors facilitating women's spiritual empowerment for treating female corpses. The study is focused on women empowerment at Desa Punggul by adopting qualitative method. The data are collected through participant direct observation and facilitating team's documentation, which are collected during community service program. The collected data are analyzed by using thematic analysis method. The study finds that women spiritual empowerment at Desa Punggul are enabled by two main factors. The first factor is the contribution of women organization (PKK). The women's organization promotes women's development in three areas: cognition (improving women's skills and knowledge, learning, or participating in decision-making, collaborating, and organizing community events), affection (boosting women's self-efficacy, self-worth, and strengthening women's mentality), and social (expanding social roles, establishing wider social relationships, and gaining support from their peers). The second component is the encouragement of a welcoming, cooperative, tolerant, engaging, and inclusive environment or community.