Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Fiber Polypropylene Dalam Campuran Beton dan Mortar Semen F.Eddy Poerwodihardjo; Dwi Istiningsih
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v17i2.277

Abstract

The use of fiber Polypropylene in Mixed Concrete and Cement Mortar for buildings has been widely recommended, to improve the performance of tensile strength and flexural strength of concrete and cement mortar so as to increase the strength of the structure against earthquake forces.Polypropylene fibers are available in two forms namely monofilament (spinning) and fiber movies. Properties of polypropylene fibers has a regular arrangement of atoms in the molecule polymer with a high crystallisation called Isotactic Polypropylene, with a melting point of 165 0C, is Hidrophobic / not-wet cement paste and do not absorb water. Mixing of fibers in fresh concrete and mortar mixing cement made at the time before the mixing process ends. Mixer fibers will scatter evenly on the concrete / cement mortar so that the process of casting / molding and compaction to the structural elements can be done easily, either structural elements thick and thin structure elements. This is evident from the results Slump test or V-B test on Fas 0.5 by 5-10 cm. The nature of hard concrete and cement mortar mixed with polypropylene fibers have good strong belt, the number of cracked slightly and lower heat of hydration. From the results of various tests increased tensile strength and flexural strength and resistance to impact crushed concrete also increased, better fire resistance to concrete and cement mortar has a level of durability / high durability. From the results of the stress and strain curves show, at a maximum voltage of 20 MN / m2 occur fairly large strain after cracking but the stress declined sharply not so strong polypropylene fiber concrete buttress structural loads that occur. Keywords: fiber-reinforced concrete, tensile strength, durable. ABSTRAKPenggunaan fiber Polypropylene dalam Campuran Beton dan Mortar Semen untuk bangunan gedung sudah banyak direkomendasikan, untuk meningkatkan kinerja kuat tarik ,kuat lentur beton dan mortar semen sehingga dapat menambah kekuatan struktur terhadap gaya gempa. Serat polypropylene tersedia dalam dua bentuk yaitu monofilament( pintal ) dan serat film. Sifat serat polypropylene memiliki susunan atom biasa dalam molekul polymer dengan kristalisasi tinggi yang disebut Isotactic Polypropylene, dengan titik leleh 165 0C , bersifat Hidrophobic/ tidak basah terkena pasta semen dan tidak menyerap air. Pencampuran serat pada adukan beton segar maupun mortar semen dilakukan pada saat sebelum proses pencampuran berakhir. Pengaduk akan menghamburkan serat secara merata pada adukan beton/mortar semen sehingga proses pengecoran/pencetakan dan pemadatan pada elemen struktur dapat dilakukan dengan mudah, baik elemen struktur yang tebal maupun elemen struktur yang tipis. Hal ini terlihat dari hasil Slump test atau V-B test pada Fas 0,5 sebesar 5 – 10 cm. Sifat beton keras dan mortar semen yang dicampur serat polypropylene memiliki kuat ikat yang baik, jumlah retak sedikit dan panas hidrasi rendah. Dari hasil berbagai pengujian kekuatan tarik dan lentur meningkat, kekuatan terhadap benturan dan ketahanan hancur beton juga meningkat, ketahanan terhadap api lebih baik sehingga beton dan mortar semen memiliki tingkat durabilitas/keawetan yang tinggi. Dari hasil kurva tegangan dan regangan menunjukkan, pada tegangan maksimal 20 MN/m2 terjadi regangan yang cukup besar setelah terjadi retak tetapi tegangan tidak menurun tajam sehingga beton serat polypropylene kuat menopang beban struktur yang terjadi.Kata kunci : beton serat,kuat tarik,awet.
EVALUASI KERUSAKAN BETON DAN METODE PERBAIKAN F.Eddy Poerwodihardjo; Dwi Istiningsih
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 21, No 1 (2020): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v21i1.340

Abstract

  Massive use of concrete in building construction requires an evaluation of the quality and implementation of work so that construction can function according to the age of the plan. It aims to determine the ability of  a  structure  that  is  analyzed  systematically,  including  the  dimensions  of  geometry,  materials,  and current structural conditions. Concrete construction that is strong and durable requires the selection of quality materials and the process of implementing a perfect concrete.  If  damage  occurs,  it  is  necessary  to  carry  out  continuous  evaluations  and  repair  concrete  as  well  as structural  reinforcement.  So  that  the  concrete  construction  function  returns  to  good  performance. Damages that often occur include: porous, disintegration and weathering of materials, corrosion of steel reinforcement, cracks on concrete plates, honeycomb / hollow concrete and uneven concrete or bulging on the surface. Methods of improvement that can be done include: chipping and concreting, strengthening, shot concrete, grouting,  jacketing  and  patching  or  sealing.  The  method  of  repairs  carried  out  must  be  in  accordance with the evaluation of damage and cost factors. Keywords: concrete, damage, repair ABSTRAKPenggunaan  beton  pada  konstruksi  bangunan  secara  masif  memerlukan  evaluasi  mutu  dan  pelaksanaan pekerjaan  agar  konstruksi  dapat  berfungsi  sesuai  umur  rencana.  Hal  ini  bertujuan  untuk  mengetahui kemampuan  dari  sebuah  struktur  yang  dianalisa  secara  sistematik,  meliputi  dimensi  geometri,  bahan material, dan kondisi struktur terkini. Konstruksi beton yang kuat dan awet memerlukan pemilihan bahan yang bermutu dan proses pelaksanaan beton yang sempurna. Bila  terjadi  kerusakan,  perlu  diadakan  evaluasi  secara  terus  menerus  dan  dilakukan  perbaikan  beton maupun  perkuatan  struktur.  Sehingga  fungsi  konstruksi  beton  kembali  pada  performa  yang  baik. Kerusakan  yang  sering  terjadi  antara  lain  :  keropos,  disintegrasi  dan  pelapukan  bahan,  korosi  tulangan baja, retak pada plat dak beton, honeycomb/beton berongga dan beton yang tidak rata atau menggembung pada permukaannya. Metode  perbaikan  yang  dapat  dilakukan  antara  lain  adalah  :  chipping  and  concreting,       strengthening, shot  crete,  grouting,  jacketing  dan  patching  or  sealing.  Metode  perbaikan  yang  dilakukan  harus  sesuai dengan evaluasi kerusakan yang terjadi dan faktor biaya. Kata kunci : beton, kerusakan, perbaikan 
PEMBUATAN BAHAN BANGUNAN BATA MERAH SECARA BERKELANJUTAN DENGAN MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN EDY Poerwodihardjo; DWI ISTININGSIH
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 16, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (867.718 KB) | DOI: 10.53810/jt.v16i2.208

Abstract

Pembangunan yang terus menerus berjalan banyak memberikan peluang bagi industri pembuatan batamerah semakin berkembang di daerah Sokaraja dan sekitarnya.Petani banyak yang beralih menjadipembuat atau pengrajin bata merah karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dalam waktu yanglebih singkat.Bila dieksploitasi secara massif dan tidak terkendali, maka industri bata merah akan menimbulkandampak kerusakan lingkungan berupa kerusakan tanah,oleh karena itu harus diupayakan bagaimana carapemanfaatan lahan untuk produksi bata merah secara berkelanjutan dengan meminimalkan kerusakanlingkungan.Industri bata merah yang berkembang akhir-akhir ini membawa dampak yang menyedihkan. Banyaknyapembuat bata yang tidak peduli lingkungan, mengakibatkan kerusakan tanah pada lahan bekas industribata tersebut. Sawah dengan lubang-lubang yang dalam menjadi suatu pemandangan yang biasa yangdapat kita temui di daerah Sokaraja dan sekitarnya. Petani mengambil “top soil” menjadi bata, dan terusmengeruk dan menggali tanah untuk bahan bata. Beberapa pengrajin bahkan mengambil tanah sampaikedalaman tertentu yang secara kontur lebih rendah dari selokan atau irigasi. Kondisi ini mengakibatkantanah kehilangan kesuburannya dan air menggenang karena tidak dapat mengalir. Akibatnya tanah susahuntuk ditanami kembali dan membutuhkan perbaikan sebelum ditanami, agar dapat menghasilkan panenseperti semula.Cara mencegah dan mengatasi kerusakan tanah dan lingkungan dengan pendekatan sosial budaya, danpenyuluhan tentang pencegahan dan perawatan lahanKata kunci : bata, lingkungan, berkelanjutan
Implementasi Surat Pernyataan Kesanggupan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) di Kabupaten Banyumas Dwi Istiningsih; Eddy Poerwodihardjo
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 18, No 2 (2017): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2704.737 KB) | DOI: 10.53810/jt.v18i2.280

Abstract

In conducting business or activity, there are legislation that must be obeyed. In the context of environmental regulations, there are several types of documents that must be made by business actors / development activities.One of these documents is SPPL or Statement of Environmental Management and Monitoring.During the construction and after the development activities are completed there will be some negative impacts on the environment, both on the biotic environment, abiotic and socio-cultural surrounding communities. Whereas there should be no adverse environmental impact, if the SPPL is really implemented properly.The environment minister has drafted a regulation on guidelines for the preparation of environmental documents containing the plan of action and activities to be undertaken by the initiator during and after the building activities. Here the author limits on the discussion of article 1, paragraph 3, which is about the Statement of Environmental Management and Monitoring Capacity.The potential environmental impacts, management and monitoring of environmental impacts shall be the responsibility of the developer but Implementation of the Statement of Environmental Management and Monitoring Statement has not been fully implemented by the initiating party.Officers have not conducted effective and continuous monitoring of SPPL implementation by the proponent. This results in the initiator often not passing on the matters contained in the SPPL, and is merely a formality only as a condition of the permit of the IMB.There is an "omission" of violations in the implementation of SPPL so that violations become commonplace and do not generate "guilt" by the initiator.It takes clear and decisive sanctions that give rise to "shame" and deterrent effect indiscriminately so that the implementation performance of the SPPL is so maximally that the Environment can be completely protected from damage and pollution.Keywords: capability, monitoring, sanction ABSTRAKDalam melakukan usaha ataupun kegiatan, terdapat peraturan perundang-undangan yang harus dipatuhi. Dalam konteks peraturan lingkungan hidup, terdapat beberapa jenis dokumen yang harus dibuat oleh pelaku usaha/kegiatan pembangunan.Salah satu dari dokumen tersebut adalah SPPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.Selama pelaksanaan pembangunan dan setelah kegiatan pembangunan selesai maka akan terjadi beberapa dampak negatif terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan biotik, abiotik maupun sosial budaya masyarakat sekitarnya.  Padahal seharusnya tidak terjadi dampak yang merugikan lingkungan, apabila SPPL benar-benar diimplementasikan dengan baik.Menteri lingkungan hidup telah membuat peraturan tentang pedoman penyusunan dokumen  lingkungan hidup yang memuat tentang rencana aksi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh pemrakarsa  saat dan setelah melakukan kegiatan membangun. Di sini penulis membatasi pada pembahasan pasal 1 ayat 3, yaitu tentang Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.Dampak Lingkungan yang dapat terjadi, pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan menjadi tanggungjawab pemrakasa,Namun Implementasi  Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh Pihak Pemrakarsa.Petugas  belum melakukan pemantauan secara efektif dan kontinyu atas pelaksanaan SPPL oleh pemrakarsa. Hal ini menyebabkan pemrakarsa sering tidak melalukan hal-hal yang tercantum di dalam SPPL, dan hanya bersifat formalitas  saja sebagai syarat perijinan IMB.Terjadi  “pembiaran “ terhadap pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan SPPL sehingga pelanggaran menjadi suatu yang lumrah dan tidak menimbulkan “rasa bersalah “ oleh pemrakarsa
ENVIRONMENTAL FRIENDLY BUILDING PLANNING FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT Dwi Istiningsih; F. Eddy Poerwodihardjo
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 19, No 1 (2018): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2862.428 KB) | DOI: 10.53810/jt.v19i1.271

Abstract

The need for design that is responsive to the current natural problems is very urgent. The professionof architects and other disciplines involved in planning requires us to see sustainable developmentas a whole in the design of the building, so that development can meet the needs of today andmaintain the natural conditions to stay safe and comfortable in the future.The design should be able to guide eco-friendly development, take care of ecosystem sustainability,use energy efficiently, utilize natural resources that can not be updated efficiently, emphasize the useof renewable natural resources with recycling. All this is intended for the survival of the ecosystem,the preservation of nature by not destroying the land, water and air, without neglecting the welfareand comfort of humans physically, socially and economically in a sustainable manner.The design can be done with attention to the important elements namely; must comply withpredetermined land uses, build up to 60% of available land, emphasize building as home grown,maximize natural lighting and contents, pay attention to building aesthetic principles, plan drainageand sanitation well, maximize absorbent plants heat and co2 as a tapat complement, the site isequipped with biopori and rainwater absorption wells, energy needs are cultivated usingsustainable energy and does not pollute the environment, the selection of environmentally friendlybuilding materials, using the concept of wallgarden and roofgarden to add green areas.With good building planning, good buildings will be built so that aesthetic development can beachieved, meet current needs and maintain natural conditions to stay safe and comfortable in thefuture. Keywords: design, aesthetics and sustainableABSTRAKKebutuhan akan perancangan yang tanggap terhadap permasalahan alam saat ini sudah sangatmendesak . Profesi arsitek dan disiplin  ilmu lain yang terlibat dalam perencanaan menuntut kitauntuk melihat pembangunan berkelanjutan menjadi satu kesatuan dalam desain bangunan, sehinggadapat dicapai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang dan mempertahankan kondisi alamuntuk tetap aman dan nyaman di masa mendatang.Perancangan harus dapat mengarahkan pembangunan ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsunganekosistem, menggunakan energi yang efisien, memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapatdiperbarui secara efisien, menekankan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang. Semua ini ditujukan bagi  kelangsungan ekosistem, kelestarian alam dengan tidakmerusak tanah, air dan udara., tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secarafisik, sosial dan ekonomi secara berkelanjutan.Perancangan dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur penting yaitu ; harus sesuai dengan tataguna lahan yang telah ditentukan, membangun maksimal 60 % dari lahan tersedia, menekankanbangunan sebagai rumah tumbuh, memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami,memperhatikan kaidah-kaidah estetika bentuk bangunan, merencanakan drainase dan sanitasidengan baik, memaksimalkan tumbuhan yang mampu menyerap panas dan co2 sebagai pelengkaptapat, tapak dilengkapi dengan biopori dan sumur resapan air hujan, kebutuhan energy diusahakandengan  menggunakan energy yang berkelanjutan dan tidak mencemari lingkungan, pemilihan bahanmateri bangunan yang ramah lingkungan,menggunakan konsep wallgarden dan roofgarden untuk menambah area hijau.Dengan perencanaan bangunan yang baik, akan dihasilkan bangunan yang ramah lingkungansehingga dapat dicapai pembangunan yang memiliki estetika, memenuhi kebutuhan sekarang danmempertahankan kondisi alam untuk tetap aman dan nyaman di masa mendatang. Kata kunci : perancangan, estetika dan berkelanjutan
PERENCANAAN GEREJA TUMBUH STASI SANTO ALBERTUS PATIK RAJA BANYUMAS DWI ISTININGSIH; EDDY POERWODIHARDJO
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 22, No 2 (2021): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v22i2.421

Abstract

Abstrak Pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan penambahan jumlah penduduk dan juga, penambahan jumlah umat Katolik di Stasi Santo Albertus Patikraja. Pewartaan dan jawaban atas panggilan hidup menggereja dan pembaptisan dewasa yang terlaksana, serta perpindahan umat Katolik dari daerah lain ke wilayah Patikraja, turut menambah perkembangan umat Gereja stasi Santo Albertus Patikraja. Hal ini menyebabkan penambahan kebutuhan ruang ibadah segera. Gereja yang ada hanya mampu menampung maksimal 30 orang padahal umat yang ada saat ini ada 83 orang , maka direncanakan perluasan gereja. Masalah Kembali timbul karena lahan yang sangat terbatas dan Maka dibutuhkan Gereja tumbuh mengambil konsep pembangunan yang sama dengan rumah tumbuh. Gereja seringkali juga mempunyai permasalahan yang sama, yaitu kebutuhan ruang yang mendesak tetapi dana dan lahan yang sangat terbatas, yang tidak memungkinkan semua ruang dapat tercukupi. Maka dibutuhkan rancangan yang segera dapat direalisasi sesuai dengan dana dan luasan lahan yang ada tetapi memungkinkan adanya pengembangan di masa yang akan datang. Maka penulis berusaha membuat penyelesaian dengan desain gereja tumbuh. Desain gereja sesuai dengan kebutuhan stasi dan mempunyai alternatif tumbuh ke atas atau vertical dan atau alternatif tumbuh ke arah belakang atau horizontal. Rancangan atau gambar desain sebagai jawaban dari masalah tersebut dibuat dengan konsep sederhana tetapi tetap dapat mengaktualisasikan sebagai Gereja dalam gambar berupa denah, tampak dan perspektif . Kata kunci : Perkembangan umat, kebutuhan ruang, gereja tumbuh
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PRIORITAS KEBUTUHAN FISIK TROTOAR DI KOTA PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS DWI ISTININGSIH; EDDY POERWODIHARDJO
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 21, No 2 (2020): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v21i2.369

Abstract

ABSTRACTThe sidewalk area functions to accommodate all pedestrian activities and sidewalk furniture paths. The pedestrian in question is everyone crossing the road, in this case the sidewalk, a sidewalk lane with furniture lanes sharing space with the pedestrian path. Street furniture path as a place to place various elements of street furniture. Both are needed by pedestrians to move comfortably. The fact is that the use of sidewalks is not optimal, or in other words, the public's interest in walking on the sidewalk is still low. This fact encourages researchers to make further studies on sidewalks that aim to find people's perceptions of the priority of the physical needs of sidewalks that are desired by the community. The results of the analysis and discussion are grouped into 3 (three), namely the main priority desired by the footpath is the physical condition of the sidewalk wide enough to intersect, namely 1.5 m. roads and equipped with shade trees. The third priority is neat and clean sidewalks and not obstructed by electricity poles, telephone and billboard poles. The author hopes that future sidewalk planning will be prioritized according to our research results, so that the sidewalk is more comfortable for walking. Keywords: Priority, sidewalks, pedestriansABSTRAKArea trotoar berfungsi menampung segala aktivitas pejalan kaki dan jalur perabot trotoar. Pejalan kaki yang dimaksud adalah semua orang yang melintas di lintasan jalan dalam hal ini adalah trotoar Jalur trotoar dengan jalur perabot berbagi tempat dengan jalur pejalan kaki. Jalur perabot jalan sebagai tempat untuk meletakkan berbagai elemen perabot jalan, seperti tempat duduk, rambu-rambu lalu lintas. Keduanya dibutuhkan oleh pejalan kaki agar beraktivitas dengan nyaman. Fakta yang terjadi adalah pemanfaatan trotoar belum maksimal, atau dengan kata lain minat masyarakat untuk berjalan kaki di trotoar masih rendah. Kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk membuat kajian lanjutan tentang trotoar yang bertujuan mencari persepsi masyarakat terhadap prioritas kebutuhan fisik trotoar yang diingnkan oleh masyarakat. Hasil dari analisa dan pembahasan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu adalah prioritas utama yang dikehendaki oleh pejalan kaki adalah kondisi fisik trotoar yang lebarnya cukup untuk bersimpangan yaitu 1,5 m. Prioritas kedua adalah kondisi trotoar yang rata, tidak licin dan memiliki batas yang jelas dengan jalan serta dilengkapi pohon peneduh. Prioritas ketiga adalah trotoar rapi dan bersih serta tidak terhalang oleh tiang-tiang listrik, telpon dan tiang papan reklame. Penulis berharap perencanaan trotoar yang akan datang diprioritaskan sesuai hasil penelitian kami, sehingga trotoar lebih nyaman untuk berjalan kaki. Kata kunci : Prioritas, trotoar, pejalan kaki
PERENCANAAN OTOMOTIF CENTER DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Yohanes Wahyu Dwi Yudono; Dwi Istiningsih; Gesang Gesang
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 23, No 1 (2022): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v23i1.440

Abstract

Abstrak Kendaraan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam dunia transportasi. Dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat manusia dapat bepergian dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan berjalan kaki. Mobil dan motor sebagai salah satu kendaraan yang menjadi favorit alat berkendaraan. Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kota ini memiliki potensi yang besar dalam bidang pariwisata dan masyarakat yang memiliki antusias yang tinggi terhadap dunia otomotif, terbukti dengan banyaknya komunitas pecinta otomotif dan seringnya diadakan event yang bertema otomotif di Purwokerto Penerapan arsitektur modern tersebut akan ditekankan pada aspek visual bangunan modern yang cenderung lebih memlih sesuatu yang praktis dan ekomonis. Bangunan tersebut diharapkan dapat mewadahi kebutuhan aktifitas dan mampu menerapkan berbagai hal seperti efisiensi biaya, efisiensi waktu dan aspek free maintenance baik pada bangunan maupun isi dari otomotif center tersebut. Kata Kunci: Otomotif Center, Purwokerto, Arsitektur Modern.
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN CLUSTER RUMAH SANGAT SEDERHANA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH Dwi Istiningsih; Adang Tsauri Iskandar; Nur Laeli Fitriyani
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 23, No 2 (2022): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v23i2.460

Abstract

Fungsi rumah yang sangat penting adalah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca. Selain itu, rumah juga menjadi tempat untuk hidup dan berkembang bagi sebuah keluarga. Sehingga rumah adalah kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Meskipun banyak sekali proyek perumahan dibangun, masih banyak saudara kita yang belum bisa memiliki rumah. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Maka penulis merencanakan dan merancang cluster rumah sangat sederhana yang mungkin tak pernah diminati oleh para pengembang perumahan. Dari hasil pembahasan diperoleh harga bangunan Rp.1.587.000,- per m2, adalah harga minimal yang telah diperhitungkan dengan sangat hemat tetapi layak. Harga tanah setelah diperhitungkan dengan biaya biaya lain menjadi Rp.953.000 per m2, harga tersebut adalah harga jadi lahan, sehingga harga jadi rumah Sangat Sederhana adalah Rp.122.072.000 per unit dengan luas bangunan 34 m2 dan luas tanah 70 m2. Penulis berharap pemerhati dan para dermawan membaca tulisan ini dan bersedia mewujudnyatakan impian saudara kita yang belum bisa memiliki rumah dengan melaksanakan pembangunan rumah sangat sederhana bagi saudara yang membutuhkan. Kata Kunci : masyarakat miskin, kebutuhan rumah, rumah sederhana
Arsitektur Vernakular Tatar Pasundan dalam Perancangan Pasar Induk Basuki; Eghi Dwi Yulianto; Dwi Istiningsih
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai sektor, salah satunya adalah sektor perdagangan, dalam halini pasar menjadi point penting bagi wilayah karena terjadi pertukaran barang dan jasa. Bagi masyarakat pasar sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari bukan hanya sebagai sarana perdagagan namun juga sebagai sarana interaksi sosial antar golongan masyarakat. Banjar Patroman merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Banjar merupakan kota agraris dimana dua pertiga wilayahnya merupakan pedesaan dengan lahan pertanian dan perkebunan cukup luas, sehingga sektor pertanian dan perkebunan memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi Kota Banjar. Kondisi tersebut tidak berbanding dengan perkembangan sarana perdagangan yang ada. Sehingga pasar induk muncul sebagai solusi untuk mewadahi kegiatan perekonomian yang terus berkembang terutama di sektor perdagangan dan pertanian/perkebunan.Konsep arsitektur vernakular dipilih pada perancangan Pasar Induk bertujuan untuk melestarikan kembali unsur-unsur atau ciri khas arsitektur lokal, terutama pada arsitektur sunda yang dimana mengedepankan hubungan antara manusia dan alam/lingkungan.