Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERSEPSI REMAJA TERHADAP ATRIBUT KENYAMANAN PADA SETTING ALUN-ALUN PURWOKERTO SEBELUM DI RENOVASI Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 25 No. 2 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v25i2.1076

Abstract

Pemahaman suatu lingkungan fisik, didasarkan pada persepsi pengguna terhadap properti yang ada di dalam settingnya. Persepsi tidak bersifat pasif dalam menerima masukan yang berupa stimulus yang berasal dari luar diri manusia. Selanjutnya melalui keberadaan properti yang ada di dalam setting yang berlaku sebagai stimulus, akan dikirimkan dari mata ke otak untuk dipahami dan diberi makna berdasarkan pengalaman masing-masing pengguna. Dengan demikian dapat dirumuskan tentang dugaan penyebab munculnya makna ganda pada fenomena setting alun-alun Purwokerto, yaitu adanya perbedaan persepsi sebagai akibat pegeseran fungsi dalam konsepsi ruang berkumpul. Adapun perbedaan persepsi yang dimaksud, menyangkut faktor internal individu (pengguna alun-alun, dalam hal ini remaja) yang berupa motiv, harapan, dan minat remaja terhadap setting alun-alun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remaja terhadap atribut ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Teori operasional dibangun dengan mendasarkan pada teori Weismann (1981) tentang atribut sebagai variabel bebas, serta teori Paull. A. Bell, dkk (1978) tentang persepsi dan teori Atkinson Rita. L, dkk (1983) tentang faktor internal sebagai variabel terikat. Sedangkan metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan perhitungan statistik deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remaja terhadap atribut kenyamanan ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Sedang hasil penelitian menunjukan: persepsi remaja terhadap atribut kenyamanan berdasar kondisi udara segar 32,65%, kondisi pencahayaan 26,53%, dan kondisi ketenangan suasana 14,28%. Kata Kunci: Persepsi, Atribut, Kenyamanan
STUDY OF ARCHITECTURAL CONCERNS ON DESIGN PRINCIPLES IN THE CATHOLIC CHURCH OF PURBALINGGA Yohanes Wahyu Dwi Yudono; Susatyo Adhi Pramono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 20, No 1 (2019): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v20i1.299

Abstract

Overall, the shape of the Purbalingga Catholic church building displays the style / style of Javanesearchitecture (Joglo). However, in an effort to "adopt" the architectural appearance, additional forms weremade to obtain vernacular architectural works, which grew out of architectural relics that had been knownin life in the community. Buildings (in this case the church), are inanimate objects, but that does not meanthat buildings are not "soulless". The church that is built is intended for humans, therefore must berespected by humans, by character and tendencies, by their passions and ideals (YB. Mangunwijaya, 1988).Observations made on the object of study (in this case the Catholic church in Purbalingga), basedon KWSmithies (1982), where human consideration as a basis for design can be in the form of severaldesign principles that are interrelated with each other, namely: design principles aspects of view,breathing, hearing, temperature, humidity, and design principles of human movement aspects.Keywords: Architectural Details, design principles, Forms of Architecture.ABSTRAKSecara keseluruhan, bentuk bangunan gereja Katolik Purbalingga menampilkan gaya / langgamarsitektur Jawa (Joglo). Namun, dalam usaha “mengadop” tampilan arsitekturnya, dilakukan penambahanpenambahanbentuk guna mendapatkan karya arsitektur yang vernakular, yang tumbuh dari peninggalanarsitektur yang telah dikenal dalam kehidupan dimasyarakat.  Bangunan (dalam hal ini gereja), merupakanbenda mati, namun tidak berarti bangunan tidak “ber-jiwa”. Gereja yang dibangun diperuntukan bagimanusia, oleh karena itu harus dinafasi oleh manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, olehnafsu dan cita-citanya (YB. Mangunwijaya, 1988).Pengamatan yang dilakukan terhadap objek kajian (dalam hal ini gereja Katolik di Purbalingga),mendasarkan pada K.W.Smithies (1982), dimana  pertimbangan manusia sebagai basis perancangan dapatberupa beberapa prinsip-prinsip perancangan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu:prinsip perancangan aspek pandangan, pernafasan, pendengaran, temperatur, kelembaban, dan prinsipperancangan aspek pergerakan manusia.Kata Kunci: Detil-detil Arsitektur, prinsip-prinsip perancangan, Wujud Arsitektur
PERANCANGAN RUANG KREATIF DENGAN PASSION MODE DI KOTA PURWOKERTO LYDIA PUSPITA; YOHANES WAHYU DWI YUDONO; DWI JATI LESTARININGSIH
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 22, No 1 (2021): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v22i1.396

Abstract

ABSTRACT The three priority Creative Economy sub-sectors will be worked on in Banyumas to be precise in the city of Purwokerto, such as Craft, Culinary, and Fashion. The people of Banyumas, especially the productive young generation, still need added value based on ideas born from creativity and social interaction to face the challenges of the Creative Economy and increase the potential of themselves and the community related to passion in the world of fashion. It is planned that the Creative Space for the public will be in the form of Green Open Space. The characteristics of green open space are adjusted to specific functions that support social and economic conditions such as a place to create, study rest areas, and/or play areas. Key Words: Purwokerto, creative space, passion mode, Green Open Space ABSTRAK Ada tiga subsektor Ekonomi Kreatif yang akan dikerjakan di Banyumas tepatnya di kota Purwokerto yaitu Kriya, Kuliner, dan Fashion/ Mode yang menjadi prioritas. Masyarakat Banyumas tepatnya di kota Purwokerto terutama generasi muda produktif masih membutuhkan nilai tambah berdasar ide yang lahir dari kreativitas dan interaksi sosial demi menghadapi tantangan Ekonomi Kreatif dan meningkatkan potensi diri maupun komunitas terkait passion dalam dunia mode. Rencananya Ruang Kreatif untuk publik yang akan menjadi wadah generasi muda produktif di kota Purwokerto akan berbentuk RTH (Ruang Terbuka Hijau). Karakteristik RTH disesuaikan dengan fungsi spesifik yang mendukung sosial dan ekonomi seperti tempat berkreasi, area belajar istirahat, dan area bermain, Kata Kunci : Purwokerto,ruang kreatif, passion mode, Ruang Terbuka Hijau
Persepsi Remaja Terhadap Atribut Sosialibilitas Pada Setting Alun-alun Purwokerto Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 18, No 2 (2017): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.411 KB) | DOI: 10.53810/jt.v18i2.290

Abstract

The user's perception of a physical environment is not passive in receiving external stimuli. The stimulus may be a property present in the setting of an environment. The existence of the property in the environment setting is sent from the eye to the brain to be understood and understood by the user based on his experience.    The operational theory of the research is built on the philosophy of rationalism by giving meaning based on sensual, logical, and ethical implications by relating the reality of the object of the research (Noeng Muhadjir, H. Prof. DR (2000). Weismann (1981) about the attributes as independent variables, as well as the theory of Paull A. Bell, et.al (1978) in Sarwono (1995) on the perceptions and theories of Atkinson Rita, L, et al (1983) about internal factors as dependent variables. Using descriptive statistical calculations.    Thus can be formulated about the alleged cause of the emergence of multiple meanings on the phenomenon of the setting of the square of Purwokerto, that is the difference in perception as a result of the function of function in the conception of public space. The difference of perception in question, concerning the internal factors of individuals (users of the square, in this case adolescents) in the form of motivation, hope, and interest of adolescents to the setting of the square.    In this study apply operational theory that was built by basing on Weismann's theory (1981) about the attributes as independent variables, as well as Paull theory. A. Bell, et al (1978) about the perceptions and theories of Atkinson Rita. L, et al (1983) about internal factors as dependent variables. While the method of analysis used in this study is with the calculation of descriptive statistics.    The result of this research is to see the correlation between the perception of adolescent to the attribute of sociability of space gathered on the setting of Purwokerto square. The results of the study showed: adolescent perception toward socialization attributes based on consideration when social interaction can be done by sitting adjacent (between 0 s / d 0,5M) 40,81% and sitting far apart (between 0,5 s / d 1,3M ) 0%.Keywords: Perception, Attributes, Socialization.
MENERAPKAN KONSEP HUNIAN KONVENSIONAL PADA BANGUNAN APARTEMEN DI KOTA PURWOKERTO ADRIANUS ATMAWIJAYA; YOHANES WAHYU DWI YUDONO; DWI JATI LESTARININGSIH
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 22, No 2 (2021): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v22i2.424

Abstract

Abstrak Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung dari acaman luar. Kebutuhan akan rumah atau hunian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Purwokerto merupakan kota dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi hal ini berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan hunian dan semakin sedikitnya lahan yang dapat dimanfaatkan. Untuk menjawab masalah ini, rumah susun dapat menjadi solusi dari minimnya lahan yang tersedia. Di Lain pihak, Rumah susun adalah bangunan gedung yang identik dengan kesan sangat privat dan bertolak belakang dengan pola pikir orang Jawa, terutama di Purwokerto dan sekitarnya, yang masih memiliki jiwa komunal yang tinggi. Diperlukan pengembangan konsep permukiman komunal yang konvensional dalam desain rumah susun. Tulisan ini diharapkan dapat sedikit mencocokkan jiwa komunal itu ke dalam sebuah gedung rumah susun. Kata kunci: Rumah susun, Purwokerto, Konvensional.
TINJAUAN MATERIAL DINDING GEREJA KATOLIK PURBALINGGA TERHADAP DAMPAK KALOR RUANG Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 21, No 1 (2020): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v21i1.335

Abstract

Comfortable or not the temperature of the air in the room depends on many physical circumstances andhuman habits, brought or experienced since childhood and customs. But according to the size of moderncivilization, optimum comfort ranges from 21 ° C with humidity of 40% - 70%. Simar sun is best putdirectly into the house before pkl. 9:00 in the morning and after noon. 17:00 pm Between the streetvendors 9.00 and 17.00, enough indirect sunlight is only a reflection of various objects and naturalelements outside.The function of the wall as a building shield is to ward off heat radiation from the sun, so that the wallsthemselves are demanded not to be easy sources of heat radiation which transmits most of the heatradiation they receive from the sun into the space they are supposed to protect. This is related to thenature of heat conductivity of the wall material used.High temperatures in buildings are not only caused by the shape of the building (construction of roofs,walls, and floors of buildings), but are also caused by the use of materials and completion of buildingconstruction, each of which has heat resistance. Therefore it is necessary to find out how much the valueof heat prisoners in the application of the Catholic church wall material in Purbalingga.From the observations it can be concluded that, in addition to the way of constructing the walls, thecoefficient of heat transfer coefficient of the church walls was also found at 2,342 kcal / M2.jam0C. Thismeans that the value of the heat transfer coefficient (K) of roof construction is greater than therequirement of 1.50 kcal / M2.jam0C, thus the wall construction applied to the church does not meet therequirements for the interests of the ability of heat prisoners. Key Words : Heat transfer resistance (R), Wall Construction, Thermal Conductivity of Wall Materials. ABSTRAKNyaman tidaknya suhu udara dalam ruangan tergantung banyak faktorkeadaan fisik dan kebiasaanmanusia, yang dibawa atau dialami sejak masa kanak-kanak serta adat kebiasaan. Namun menurut ukuranperadaban modern, kenyamanan optimum berkisar antara suhu 21°C dengan kelembaban 40% - 70%.Simar matahari paling bagus dimasukan ke dalam rumah secara langsung sebelum pkl. 9.00 pagi dansesudah pkl. 17.00 sore. Diantara pkl. 9.00 dan 17.00, cukup sinar matahari yang tidak langsung sajasebagai refleksi dari berbagai benda dan unsur alam di luar.Fungsi dinding sebagai perisai bangunan yaitu menangkal radiasi panas dari matahari, sehingga dindingsendiri dituntut jangan mudah menjadi sumber radiasi panas yang meneruskan sebagian besar radiasipanas yang diterimanya dari matahari ke dalam ruang yang semestinya dilindunginya.  Hal inilah yangberhubungan dengan sifat daya penghantaran panas dari bahan dinding yang dipakainya. Temperatur yang tinggi dalam bangunan tidak hanya disebabkan oleh bentuk bangunan (konstruksi atap,dinding, dan lantai bangunan), namun juga disebabkan oleh penggunaan material dan penyelesaiaankonstruksi bangunan yang masing-masing memiliki tahanan kalor. Oleh karena itu perlu untukmengetahui berapa besar nilai tahanan kalor pada penerapan material dinding gereja Katolik diPurbalingga tersebut.Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, selain cara berkonstruksi dinding, juga ditemukan nilaikoefisien perpindahan kalor dinding gereja sebesar 2,342 kcal / MTinjauan Material Dinding Gereja Katolik Purbalingga … 2.jam0C.  Artinya nilai  koefisienperpindahan kalor (K) konstruksi atap lebih besar dari persyaratan yaitu 1,50 kcal / MC, dengandemikian konstruksi dinding yang diterapkan pada gereja tidak memenuhi persyaratan bagi kepentingankemampuan tahanan kalor.Kata Kunci :  Tahanan perpindahan kalor ( R ), Konstruksi Dinding, Daya Hantar Panas MaterialDinding.
REVIEW OF THE ROOFING MATERIAL OF THE PURBALINGGA CATHOLIC CHURCH ON THE IMPACT OF SPACE HEAT Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 20, No 2 (2019): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v20i2.303

Abstract

Starting from observing the roof of the Purbalingga Parish Catholic Church (which in this case serves as the crown of the building), every observer will be quickly attracted because it has a beautifulappearance. But beauty alone is not enough, there are at least 3 aspects according to Vitruvius that need tobe considered in terms of buildings, namely Function, Robustness, and beauty. The two aspects have atleast been fulfilled, leaving for the aspect of the function of the church building which is still questionable.The function of the building in question here concerns the beauty of the roof that does not functionoptimally in fending off solar radiation. The function of the roof as a building shield is to ward off heatradiation from the sun, so that the roof itself is demanded not to be an easy source of heat radiation whichforwards most of the heat radiation it receives from the sun into the space it is supposed to protect. This isrelated to the nature of heat conductivity of the roofing material used. High temperatures in buildings are not only caused by the shape of the building (construction ofroofs, walls, and floors of buildings), but are also caused by the use of materials and completion ofbuilding construction, each of which has heat resistance. Therefore it is necessary to find out how much thevalue of heat prisoners on the application of the Catholic church roof material in Purbalingga. From the observations it can be concluded that, in addition to the way of constructing the churchroof which causes air to gather on the top of the main roof, also found the coefficient of heat transfercoefficient of the church roof of 2.725 kcal / m2.jam0C. This means that the value of the heat transfercoefficient (K) of roof construction is greater than the requirement of 1.00 kcal / m2.jamC, thus the roofconstruction applied to the church does not meet the requirements for the interests of the ability of heatprisoners. Key Words: Roof Forms, How to Construct a Roof Frame, Heat Conductivity of Roofing Materials. ABSTRAKBermula dari mengamati Atap Gereja katolik Paroki Purbalingga (yang dalam hal ini berlaku sebagai mahkota bangunan), setiap pengamat akan cepat tertarik karena memiliki tampilan bentuk yangindah. Namun keindahan saja belum cukup, paling tidak ada 3 aspek menurut Vitruvius yang perludiperhatikan dalam hal bangunan, yaitu Fungsi, Kekokohan, dan keindahan. Dua aspek paling tidak sudahterpenuhi, tinggal untuk aspek fungsi bangunan gereja yang masih mungkin dipertanyakan. Fungsibangunan yang dipertanyakan disini menyangkut indahnya atap yang tidak berfungsi secara optimal dalammenangkis radiasi matahari. Fungsi atap sebagai perisai bangunan yaitu menangkal radiasi panas darimatahari, sehingga atap sendiri dituntut jangan mudah menjadi sumber radisi panas yang meneruskan sebagian besar radiasi panas yang diterimanya dari matahari ke dalam ruang yang semestinyadilindunginya.  Hal inilah yang berhubungan dengan sifat daya penghantaran panas dari bahan atap yangdipakainya. Temperatur yang tinggi dalam bangunan tidak hanya disebabkan oleh bentuk bangunan (konstruksiatap, dinding, dan lantai bangunan), namun juga disebabkan oleh penggunaan material dan penyelesaiaankonstruksi bangunan yang masing-masing memiliki tahanan kalor. Oleh karena itu perlu untuk mengetahuiberapa besar nilai tahanan kalor pada penerapan material atap gereja Katolik di Purbalingga tersebut. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, selain cara berkonstruksi atap gereja yangmengakibatkan udara mengumpul pada bagian atas atap utama, juga ditemukan nilai koefisien perpindahankalor atap gereja sebesar 2,725 kcal / M2.jam0C.  Artinya nilai  koefisien perpindahan kalor (K) konstruksiatap lebih besar dari persyaratan yaitu 1,00 kcal / M2.jam0C, dengan demikian konstruksi atap yangditerapkan pada gereja tidak memenuhi persyaratan bagi kepentingan kemampuan tahanan kalor.Kata-kata Kunci :  Bentuk Atap, Cara Ber-Konstruksi Rangka Atap, Daya Hantar Panas MaterialAtap. 0
FEASIBILITY TEKNIS PEMBANGUNAN KANDANG AYAM CLOSED HOUSE BPU RENI SULITYAWATI; YOHANES WAHYU DWI YUDONO
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 22, No 1 (2021): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v22i1.402

Abstract

ABSTRACT BPU closed house system cages are closed cages that ensure the safety of livestock in contact with other organisms, with good ventilation arrangements available air and a conducive climate for livestock so as to minimize stress levels. In order to support the planning for the construction of the chicken coop, a geological engineering investigation is needed. Technical Feasibility of Closed House Chicken Coop Development at BPU Jenderal Soedirman University aims to identify soil and rock types, analyze soil strength, potential for soil movement, analyze soil physical and mechanical properties as a result of sondir testing, engineering geological drilling at the location of the development plan as well as recommendations for the right type of foundation. The results of the investigation obtained that the geomorphology of the planned location was included in the Denudational Ridge/Sloping Hills unit, the slope angle was 8-13%, the height difference was 20 meters. Rock types consist of claystone and sandstone as inserts, interludes. Soil strength is included in the very stiff-stiff category (UCS Classification), but still has a fairly good bearing capacity, there is a lot of hard and dry soil. Hard soil layers from the results of the six CPT test points (sondir) were found to vary at a depth of 5.40-9.60 meters. The results of the N-SPT test at two engineering geological drilling points show the depth of the hard soil layer at intervals of 5-6 meters. The results of laboratory tests on the physical and mechanical properties of the soil at a depth of 3 meters resulted in the shear angle numbers: 26.05o (point B1) and 26.79o (point B2); cohesion: 0.2499 kg/cm2 (point B1) and 0.2387 kg/cm2 (point B2), the type of soil that can be interpreted is sandy soil with dense conditions. Recommended depth of foundation to be adapted to the design and analysis of building capacity. The depth of the foundation is 5-6 meters, the result of N-SPT >30 can be constructed with a maximum bearing capacity of 20 tf/m2. The recommended types of foundations that can be proposed are river stone foundations and foot plate foundations. Key words : Technical Feasibility, geomorphology, engineering geology,
PERSEPSI REMAJA TERHADAP ATRIBUT KENYAMANAN PADA SETTING ALUN-ALUN PURWOKERTO SEBELUM DI RENOVASI Yohanes Wahyu Dwi Yudono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 25 No. 2 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.132 KB) | DOI: 10.36728/jtsa.v25i2.1076

Abstract

Pemahaman suatu lingkungan fisik, didasarkan pada persepsi pengguna terhadap properti yang ada di dalam settingnya. Persepsi tidak bersifat pasif dalam menerima masukan yang berupa stimulus yang berasal dari luar diri manusia. Selanjutnya melalui keberadaan properti yang ada di dalam setting yang berlaku sebagai stimulus, akan dikirimkan dari mata ke otak untuk dipahami dan diberi makna berdasarkan pengalaman masing-masing pengguna. Dengan demikian dapat dirumuskan tentang dugaan penyebab munculnya makna ganda pada fenomena setting alun-alun Purwokerto, yaitu adanya perbedaan persepsi sebagai akibat pegeseran fungsi dalam konsepsi ruang berkumpul. Adapun perbedaan persepsi yang dimaksud, menyangkut faktor internal individu (pengguna alun-alun, dalam hal ini remaja) yang berupa motiv, harapan, dan minat remaja terhadap setting alun-alun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remaja terhadap atribut ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Teori operasional dibangun dengan mendasarkan pada teori Weismann (1981) tentang atribut sebagai variabel bebas, serta teori Paull. A. Bell, dkk (1978) tentang persepsi dan teori Atkinson Rita. L, dkk (1983) tentang faktor internal sebagai variabel terikat. Sedangkan metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan perhitungan statistik deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keterkaitan antara persepsi remaja terhadap atribut kenyamanan ruang berkumpul pada setting alun-alun Purwokerto. Sedang hasil penelitian menunjukan: persepsi remaja terhadap atribut kenyamanan berdasar kondisi udara segar 32,65%, kondisi pencahayaan 26,53%, dan kondisi ketenangan suasana 14,28%. Kata Kunci: Persepsi, Atribut, Kenyamanan
PERENCANAAN OTOMOTIF CENTER DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Yohanes Wahyu Dwi Yudono; Dwi Istiningsih; Gesang Gesang
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 23, No 1 (2022): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v23i1.440

Abstract

Abstrak Kendaraan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam dunia transportasi. Dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat manusia dapat bepergian dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan berjalan kaki. Mobil dan motor sebagai salah satu kendaraan yang menjadi favorit alat berkendaraan. Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kota ini memiliki potensi yang besar dalam bidang pariwisata dan masyarakat yang memiliki antusias yang tinggi terhadap dunia otomotif, terbukti dengan banyaknya komunitas pecinta otomotif dan seringnya diadakan event yang bertema otomotif di Purwokerto Penerapan arsitektur modern tersebut akan ditekankan pada aspek visual bangunan modern yang cenderung lebih memlih sesuatu yang praktis dan ekomonis. Bangunan tersebut diharapkan dapat mewadahi kebutuhan aktifitas dan mampu menerapkan berbagai hal seperti efisiensi biaya, efisiensi waktu dan aspek free maintenance baik pada bangunan maupun isi dari otomotif center tersebut. Kata Kunci: Otomotif Center, Purwokerto, Arsitektur Modern.