Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENGURANGAN SUBSIDI BBM FOSIL SEBAGAI MOMENTUM PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF JENIS BIOFUEL Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 4 No 4 (2014): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bumi sebagai sumber energi fosil karena sifatnya sebagai sumber energi yang tak terbarukan (non renewable) jika digunakan terus-menerus secara alamiah akan habis. Berdasarkan penelitian para ahli minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu kurang lebih 25 tahun lagi, oleh karena itu pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil merupakan upaya yang harus segera diimplementasikan agar Indonesia tidak menjadi negara nett importer yang lebih besar di masa mendatang. Salah satu kebijakan pemerintah untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri adalah dengan ditetapkannya Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Sasaran regulasi tersebut adalah pengurangan penggunaan sumber energi fosil terutama minyak bumi dan peningkatan serta pengembangan sumber energi yang lain seperti gas bumi (gas alam), batubara, nuklir, biomasa, tenaga air, tenaga surya termasuk biofuel. Namun kenyataannya pengembangan biofuel tersebut sampai saat ini masih kurang menggembirakan. Masih besarnya subsidi BBM merupakan penyebab utama terhambatnya pengembangan biofuel di Indonesia. Bahan bakar biofuel sebenarnya menarik karena selain bisa berkontribusi untuk pengamanan energi juga sebagai pembangunan ekonomi, membuka lapangan kerja dan pengurangan tingkat kemiskinan serta dari aspek lingkungan diharapkan bisa membantu untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan polusi udara. Diperlukan kebijakan, keberanian dan komitmen politik pemerintah untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil, meski kebijakan itu merupakan langkah politik yang tidak populer. Beberapa langkah strategis yang memungkinkan dalam pengembangan sumber energi biofuel diantaranya adalah dengan mengadobsi metode pengembangan biofuel dari negara lain, menghapus subsidi BBM fosil secara bertahap, pengalihan dana subsidi BBM untuk penelitian dan pembangunan infrastruktur biofuel serta pengembangan bahan baku biofuel.Jika dikembangkan secara sistematis diharapkan Indonesia tidak akan kekurangan pasokan sumber energi terbarukan biofuel, suatu energi ramah lingkungan sekaligus energi yang mampu mendongkrak perekonomian rakyat.
PENGURANGAN SUBSIDI BBM FOSIL SEBAGAI MOMENTUM PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF JENIS BIOFUEL Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 3 No 4 (2013): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bumi sebagai sumber energi fosil karena sifatnya sebagai sumber energi yang tak terbarukan (non renewable) jika digunakan terus-menerus secara alamiah akan habis. Berdasarkan penelitian para ahli minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu kurang lebih 25 tahun lagi, oleh karena itu pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil merupakan upaya yang harus segera diimplementasikan agar Indonesia tidak menjadi negara nett importer yang lebih besar di masa mendatang. Salah satu kebijakan pemerintah untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri adalah dengan ditetapkannya Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Sasaran regulasi tersebut adalah pengurangan penggunaan sumber energi fosil terutama minyak bumi dan peningkatan serta pengembangan sumber energi yang lain seperti gas bumi (gas alam), batubara, nuklir, biomasa, tenaga air, tenaga surya termasuk biofuel. Namun kenyataannya pengembangan biofuel tersebut sampai saat ini masih kurang menggembirakan. Masih besarnya subsidi BBM merupakan penyebab utama terhambatnya pengembangan biofuel di Indonesia. Bahan bakar biofuel sebenarnya menarik karena selain bisa berkontribusi untuk pengamanan energi juga sebagai pembangunan ekonomi, membuka lapangan kerja dan pengurangan tingkat kemiskinan serta dari aspek lingkungan diharapkan bisa membantu untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan polusi udara. Diperlukan kebijakan, keberanian dan komitmen politik pemerintah untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil, meski kebijakan itu merupakan langkah politik yang tidak populer. Beberapa langkah strategis yang memungkinkan dalam pengembangan sumber energi biofuel diantaranya adalah dengan mengadobsi metode pengembangan biofuel dari negara lain, menghapus subsidi BBM fosil secara bertahap, pengalihan dana subsidi BBM untuk penelitian dan pembangunan infrastruktur biofuel serta pengembangan bahan baku biofuel. Jika dikembangkan secara sistematis diharapkan Indonesia tidak akan kekurangan pasokan sumber energi terbarukan biofuel, suatu energi ramah lingkungan sekaligus energi yang mampu mendongkrak perekonomian rakyat.
PRODUK PETROKIMIA DARI MINYAK DAN GAS BUMI MANFAAT DAN BAHAYANYA BAGI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 5 No 1 (2015): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk-produk yang dihasilkan dari minyak dan gas bumi, sedangkan industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai industri yang berbahan baku utama produk minyak dan gas bumi. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya seperti industri plastik, tekstil, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, kulit imitasi dan lain-lain. Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan dasar yaitu olefin, aromatik dan gas sintesis. Industri petrokimia secara umum dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu industri petrokimia hulu, yaitu mengolah produk dasar (produk primer) menjadi produk setengah jadi (produk antara) seperti Methanol, Ethylene, Prophylene, Butadiena, Benzene, Toluene, Xylene, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil. Sedangkan industri petrokimia hilir, yaitu mengolah produk setengah jadi menjadi produk jadi yang siap pakai seperti plastik, pelarut (solvent), zat peledak, karet sintetis, nilon dll. Secara umum untuk memperoleh produk petrokimia dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan proses yaitu mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia, mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk setengah jadi dan mengubah produk setengah jadi menjadi produk akhir. Pada satu sisi produk petrokimia sangat dibutuhkan manusia untuk berbagai keperluan, tetapi disisi lain karena bahan bakunya dari minyak dan gas bumi yang merupakan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) sudah barang tentu penggunaannya harus diperhatikan dengan seksama karena kalau tidak akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Hendaknya dihindari penggunaan produk petrokimia untuk menyimpan makanan ataupun minuman terutama dalam keadaan panas, karena dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Selain itu penggunaan produk petrokimia hendaknya lebih selektif, karena produk petrokimia sulit terdegradasi oleh tanah sehingga mempengaruhi kualitas tanah dan lingkungan.
PENGGUNAAN PRODUK PLASTIK DARI PETROKIMIA DENGAN BAHAN DASAR MINYAK DAN GAS BUMI MANFAAT DAN BAHAYANYA BAGI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 6 No 2 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastik merupakan barang yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, karena hampir semua peralatan baik rumah tangga, industri kecil hingga industri besar menggunakannya. Plastik terbentuk dari unsur-unsur seperti karbon, oksigen, hidrogen, klorin, belerang dan nitrogen dan sebagai bahan dasar dari plastik adalah dari minyak dan gas bumi. Proses pembuatan plastik dari minyak bumi secara singkat adalah minyak bumi dilakukan proses pemurnian di kilang minyak (refinery) bersama dengan gas bumi dihasilkan produk-produk petrokimia seperti etana, propana dan berbagai produk petrokimia lainnya. Selanjutnya etana dan propana dipecah dengan menggunakan tungku bersuhu tinggi, sehingga terbentuk etilena dan propilena. Dalam reaktor etilena dan propilena yang terbentuk digabungkan dengan katalis membentuk polimer plastik yang selanjutnya menjadi pelet/bijih plastik. Bijih plastik yang terbentuk kemudian diproses menjadi aneka produk plastik seperti sisir, botol plastik, kantong plastik, sampul plastik, ember plastik, gigi palsu, pipa paralon, produk elektronik, komputer, peralatan telekomunikasi, hingga plastik untuk industri sepeda, motor, mobil, kereta api hingga pesawat terbang. Minyak dan gas bumi dikategorikan sebagai B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) maka plastik dengan bahan dasar minyak dan gas bumi merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Pada satu sisi produk plastik dari industri petrokimia sangat penting dan diperlukan bagi kehidupan manusia, namun disisi lain produk plastik ternyata tidak ramah terhadap kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan dan upaya pengelolaan yang baik agar produk plastik lebih banyak manfaatnya dan tidak membahayakan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dengan dampak kerusakan lingkungan sekecil mungkin.
KEGIATAN USAHA INDUSTRI MIGAS HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK DAN TANGGUNG JAWAB KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 5 No 2 (2015): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya kegiatan pembangunan dan industri terutama industri minyak dan gas bumi (migas) diberbagai sektor di Indonesia dapat mendorong peningkatan penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Keberadaan B3 tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri (impor), sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar tidak berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kegiatan pembangunan dan industri bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang industri termasuk industri migas disatu pihak menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, tetapi dipihak lain juga menghasilkan limbah. Diantara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan usaha industri migas adalah limbah B3. Melihat adanya fakta tetap adanya sektor industri migas yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, maka pemerintah memberikan aturan yang tegas terhadap kewajiban industri sektor migas untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, untuk menjamin agar sektor industri migas benar-benar melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan, UU Perseroan Terbatas (PT) juga telah mengatur mengenai mekanisme pemberian sanksi. Kelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab seluruh umat manusia, termasuk di antaranya pemerintah dan badan usaha. Industri sektor migas sebagai salah satu industri penyumbang terbesar devisa negara, yang juga banyak terkait dengan aspek lingkungan hidup, memiliki kewajiban untuk turut menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hukum Indonesia telah memberikan pengaturan yang cukup jelas dan tegas bagi industri sektor migas terkait dengan kewajibannya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Berbagai kasus kerusakan lingkungan hidup yang terjadi, yang disebabkan oleh industri sektor migas, merupakan bukti bahwa aturan yang ada belum terlaksana secara maksimal.
PENGARUH IZIN LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 6 No 4 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Adapun tujuan utama perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Hukum lingkungan hidup merupakan instrumen yuridis yang memuat kaidah-kaidah tentang pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah penyusutan dan kemerosotan mutu lingkungan. Penegakan hukum lingkungan dalam Undang Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) terdiri dari penegakan hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Upaya preventif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup yaitu dengan izin lingkungan. Dengan demikian izin lingkungan bisa digunakan sebagai instrumen pencegahan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup. izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan, sehingga suatu usaha dan/atau kegiatan tidak boleh beroperasi sebelum mempunyai izin lingkungan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Izin lingkungan bisa diterbitkan apabila suatu kegiatan dan /atau usaha telah memiliki amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) maupun UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
PENGARUH KEBIJAKAN PENURUNAN HARGA GAS BUMI UNTUK INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL PADA ERA GLOBALISASI Sulistyono Sulistyono
Swara Patra Vol 7 No 1 (2017): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Harga Gas Bumi di Indonesia saat ini masih cukup tinggi mencapai US$ 9 - 12 per MMBTU (Million Metric British Thermal Unit), merupakan harga tertinggi di lingkungan negara ASEAN. Hal ini berimplikasi sangat besar pada kemampuan daya saing industri nasional terutama industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet, yang banyak menggunakan gas sebagai bahan bakar. Selama ini Gas Bumi dianggap sebagai instrumen untuk pendapatan negara, sebagai sumber devisa negara pada APBN. Untuk kepentingan yang lebih luas seharusnya gas industri jangan dipandang sebagai komoditas atau sumber penerimaan negara, tetapi merupakan modal pembangunan untuk peningkatan industri nasional. Dengan pertimbangan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan daya saing industri nasional melalui Gas Bumi, telah diterbitkan Perpres Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi, dan ditindak lanjuti dengan penerbitan Permen ESDM No. 16 tahun 2016 tentang Tata Cara dan Penetapan Harga Gas Bumi Tertentu. Penurunan harga gas industri diharapkan membuat industri nasional dapat berkembang dan bersaing di pasar internasional sehingga akan menimbulkan efek berkelanjutan pada perekonomian nasional. Apabila harga gas industri rendah maka industri nasional diharapkan bisa bersaing dengan industri negara lain. Selain itu penurunan gas industri akan memacu investasi di dalam negeri, sebab selama ini harga gas industri yang tinggi menjadi salah satu penyebab investor enggan menanam modalnya di Indonesia. Jika Gas Bumi dijadikan modal pembangunan, benefit yang diperoleh Indonesia jauh lebih tinggi jika dibandingkan apabila Gas Bumi dilihat sebagai komoditas. Lebih dari itu, akan tercipta efek berganda (multiflier effect) yang besar dalam penerimaan pajak dari sektor industri dan kenaikan produk domestic bruto.
The Effect of Touch Less Spiritual Therapy and Yin Yoga Toward Student’s Perceived Stress During Covid-19 Pandemic Oda Debora; Sulistyono Sulistyono
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol. 8 No. 2 (2022): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHENSIF (COMPREHENSIVE NURSING JOURNAL)
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.334 KB) | DOI: 10.33755/jkk.v8i2.359

Abstract

Aims : The COVID-19 pandemic has brought massive changes in our lives. This change is also experienced by health students. Movement limitation, changes in social interactions, decrease in learning performance, and learning methods changes are just some of the stressors they tackled nowadays. Prolonged stressors will lead to psychological disorders, especially for health students. The purpose of this study was to determine the effect of touchless spiritual therapy and yin yoga on student perceived stress during the Covid 19 pandemic. Design : This research was quantitative study using a quasi experimental post-test design. Methods : The population of this study were all students at STIKes Panti Waluya Malang, a total of 143 people. Based on Slovin formula, 60 samples were obtained which were taken using a simple random sampling technique. Respondents were divided into two groups, namely treatment and control, each group consisted of 30 respondents. The treatment group did modified touchless spiritual therapy and yin yoga five days a week for 6 weeks, while the control group didn’t. After 6 weeks, respondents of the two groups were asked to filled Perceived Stress Scale questionnaire. Data collection was carried out in the range of early November 2021 to late January 2022. The data was then processed with SPSS 26. Results : Mann-Whitney U Test showed a p value <0.05 (0.03). This means that there was an effect of touchless spiritual therapy and yin yoga toward student’s perceived stress. Conclusions : This study showed that during the pandemic, students experienced stress. Both spiritual approach and physical exercise provided through touchless spiritual healing and yin yoga could help students reduced their perceived stress. Further treatment was needed in order to develop our students psychological health so they become a resillient person which prevent them suffered from mental illness during the pandemic.
PENGARUH KOMPETENSI, KEPEMIMPINAN, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR Slamet Ahmadi; Sulistyono Sulistyono
Jurnal Manajemen Kewirausahaan Vol 15, No 2 (2018): JMK EDISI DESEMBER 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonimi IPWI Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33370/jmk.v15i2.239

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, kepemimpinan, dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupten Bogor.Desain penelitian bersifat kausalitas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified propotional random sampling. Sumber Data menggunakan data primer dan teknik analisanya mnggunakan regresi linier berganda. Populasi adalah pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor berjumlah 154 orang dengan sampel yang digunakan yaitu sebanyak 75 orang. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan disiplin juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kata Kunci: kompetensi, kepemimpinan, disiplin kerja, kinerja pegawai
Analisa Dampak Variasi Parameter Temperatur Injeksi dan Waktu Pendinginan Terhadap Cacat Produk Cap Tube Oval Pada Proses Injection Moulding Agus Kholistiyanto; Sulistyono Sulistyono
Mars : Jurnal Teknik Mesin, Industri, Elektro Dan Ilmu Komputer Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Teknik Mesin, Industri, Elektro Dan Ilmu Komputer
Publisher : Asosiasi Riset Teknik Elektro dan Informatika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/mars.v3i1.672

Abstract

Plastic products are materials that we commonly encounter in everyday life, the use of goods made from plastic raw materials is increasing. Starting from products with simple shapes such as food and beverage packaging, household appliances, kitchen utensils, cosmetic containers, to automotive component products. The plastic injection molding process requires a variety of precise setting parameters, some of which concern heating temperature, amount of material used, cooling system, mold holding time, injection speed, and other parameters. These parameters are things that affect product quality and defects. Another reason for product defects is that the process parameter settings have not been standardized and the trial and error method is still used, so the results are not optimal. One of the defects that occurs in the oval tube cap product is a loose top cap defect (cannot close). This study aims to determine the effect of injection temperature and cooling time on loose top cap defects in oval tube cap products. This study uses quantitative research by conducting repeated experiments to collect data, this method is carried out by varying the injection temperature parameters, namely 210 ° C, 220 ° C, and 230 ° C with a cooling time of 8 seconds, 10 seconds, and 12 seconds. The results obtained from this study are that if the injection temperature used is lower, the level of defects that occur will be higher, while if the selection of a higher cooling time, the level of defects that occur will be lower. From this research, the correct parameters can be obtained at an injection temperature of 220 °C and a cooling time of 12 seconds.