Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pengembangan Program Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an Bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Raden Fatah Palembang Baldi Anggara; Farhil Huda; Muhamad Akip; Uswatun Hasanah; Miftahul Fikri
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12 No. 04 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i04.5346

Abstract

Kemampuan mahasiswa dalam membaca dan menulis al-Quran ditingkat FITK khususnya hasilnya belum memuaskan. Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ditetapkan bahwa kualifikasi lulusan FITK sesuai Rumusan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) mahasiswa wajib memiliki keterampilan umum di antaranya, yaitu mampu membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar. Mahasiswa dapat membaca al-Qur,an dengan baik dan benar, kedua mahasiswa diharapkan dapat menulis al-Qur,an dengan baik dan benar. Penelitian yang digunakan adalah pengembangan program pengajaran. Model pengembangan yang dipakai model desain Research and Development (R&D). Dalam penelitian ini tujuh tahap yaitu penelitian dan pengumpulan informasi awal, perencanaan, pengembangan format produk awal, uji coba awal, revisi produk, uji lapangan, dan revisi produk akhir. Prosedur pengembangan mengembangkan produk dan memvalidasi produk. Hal ini dibukti dengan masih banyaknya mahasiswa ketika membaca dan menulis al-Quran masih belum lancar dan fasih serta menulis belum baik dan benar. Ketidaklancaran itu nampak ketika mahasiswa di uji dalam membaca al-Quran masih terbata-bata. Bahkan kekurangfasihan mahasiswa dalam melafalkan huruf-huruf al-Quran terlihat pada sulitnya mereka mengucapkan dengan fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid atau tata cara membaca al-Quran. Menghasilkan program pembinaan baca tulis Al-Qur’an bagi mahasiswa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang. Menghasilkan produk berupa buku kurikulum BTA, buku pedoman BTA mahasiswa, dan buku pedoman BTA dosen.
Tinjauan Sosio - Teologis terhadap Konsep Mahar dalam Tradisi Suku Batak Toba Sugeng Santoso; Uswatun Hasanah; Yohana Natassha
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 4 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dowry is very important and determining in the traditions of certain social groups. although with different names and methods. The dowry is determined based on an agreement between the man and woman by their respective traditions and customs. However, dowry is often considered a buying and selling transaction as compensation for losses suffered by the woman. This concept of dowry was also implemented by ancient Jewish society in the Old Testament. This shows that dowry has been done since ancient times. Apart from that, the concept of dowry is also carried out by the Batak tribe, known as Sinamot. Therefore, this research aims to explain the concept of dowry in the Old Testament and the concept of sinamot in Toba Batak society. This research uses a qualitative ethnographic method that explains the concepts of dowry and sinamot and the correlation between the two. The data sources used are literature, books, and scientific journals. Giving a dowry cannot be equated with a buying and selling transaction between a prospective husband and a girl's parents. The dowry can be used as a form of appreciation for women and can be used as savings if something happens in the marriage. Likewise, the concept of sinamot is not only used as a dowry but also as a wedding expense. But most importantly, sinamot is used as a bond between clans and as a form of appreciation for the bride. Dowry is very important and determining in the traditions of certain social groups. although with different names and methods. The dowry is determined based on an agreement between the man and woman by their respective traditions and customs. However, dowry is often considered a buying and selling transaction as compensation for losses suffered by the woman. This concept of dowry was also implemented by ancient Jewish society in the Old Testament. This shows that dowry has been done since ancient times. Apart from that, the concept of dowry is also carried out by the Batak tribe, known as Sinamot. Therefore, this research aims to explain the concept of dowry in the Old Testament and the concept of sinamot in Toba Batak society. This research uses a qualitative ethnographic method that explains the concepts of dowry and sinamot and the correlation between the two. The data sources used are literature, books, and scientific journals. Giving a dowry cannot be equated with a buying and selling transaction between a prospective husband and a girl's parents. The dowry can be used as a form of appreciation for women and can be used as savings if something happens in the marriage. Likewise, the concept of sinamot is not only used as a dowry but also as a wedding expense. But most importantly, sinamot is used as a bond between clans and as a form of appreciation for the bride.
Larangan Tajassus dalam Perspektif Hadis Angga Febrian; Uswatun Hasanah; Almunadi
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i12.52261

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan hadis mengenai larangan tajassus (memata-matai atau mencari kesalahan orang lain), sebuah perbuatan yang diharamkan dalam Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Islam menekankan keadilan, kebenaran, dan kasih sayang, namun praktik tajassus bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut dan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kehidupan sosial. Kajian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif untuk menelaah dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis yang relevan, serta pandangan para ulama mengenai tajassus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tajassus merupakan perbuatan yang diharamkan berdasarkan ayat Al-Qur'an, seperti dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, serta diperkuat oleh berbagai hadis Nabi Muhammad Saw. Larangan tajassus bertujuan untuk menjaga kehormatan dan privasi individu, mencegah fitnah, serta memperkuat harmoni dalam masyarakat. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pelanggaran terhadap larangan ini sering kali memicu konflik, merusak hubungan sosial, dan bertentangan dengan maqasid syariah, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kesimpulannya, tajassus bertentangan dengan ajaran Islam yang mengutamakan nilai-nilai moral dan etika. Implikasi penelitian ini adalah perlunya pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai Islam mengenai larangan tajassus, terutama di era digital yang memudahkan akses dan penyebaran informasi pribadi. Kajian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dampak sosial dan spiritual dari larangan tajassus dalam Islam.
Hadis Sifat Allah: Keunikan Ganjil, Makna dan Tafsir Komprehensif Ummy Fadillah Barokah; Uswatun Hasanah; Eko Zulfikar
Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences Vol. 4 No. 2 (2023): Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, July, 2023
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/ijhass.v4i2.4354

Abstract

This article explores the meaning of the hadith that states that Allah is "odd" and loves the "odd." Through a qualitative research approach and literature analysis, this study concludes that the understanding of this hadith contains deep meaning. Through a qualitative research approach and analysis of the literature, the study concludes that the understanding of this hadith has a deep meaning. Textually, the Hadīth underlines the importance of the obedience and piety of Allah's servants to His commands and the Oneness of Allah as the only God who has no partner and deserves to be worshipped. However, in a social context, Allah is inclusive, loving not only the odd-numbered but also the even-numbered ones. It is reflected in His command to worship and His creation, which includes various numbers, odd and even. Therefore, this hadith cannot be used as a guide for achieving individual or group goals. Hopefully, this article can serve as an essential foundation for further research on the meaning of the hadith related to Allah being "odd" and liking "odd". Hence, more in-depth studies using various approaches are needed for a more comprehensive understanding.