Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KONSEP PENANGANAN ALUR DI BELOKAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN SUNGAI DI SULAWESI TENGAH Ishak, M. Galib
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.588 KB)

Abstract

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki 6 buah Satuan Wilayah Sungai (SWS) diantaranya SWS Buol-Lambunu, SWS Parigi-Poso, SWS Bongka-Malik, SWS Lombok-Mentawa, SWS Laa-Tambalako dan SWS Palu-Lariang, dan terdiri dari sekitar 157 buah sungai dan tidak termasuk sungai-sungai kecil yang berfungsi sebagai anak-anak sungai. Terdapat beberapa sungai besar dengan debit relatif konstan sepanjang tahun seperti Sungai Poso (Luas DAS ± 1101.87 km2 dan panjang sungai ± 68.70 km ), Sungai Bongka (Luas DAS ± 3085 km2 dan panjang sungai ± 122 km), Sungai Laa (Luas DAS ± 2875.60 km2 dan panjang sungai ± 96.30 km), Sungai Tambalako (Luas DAS ± 1045.60 km2 dan panjang sungai ± 83.70 km), Sungai Gumbasa (Luas DAS ± 1276.65 km2 dan panjang sungai ± 61.50 km) dan Sungai Palu (Luas DAS ± 3043 km2 dan panjang sungai ± 90 km). Secara umum, konfigurasi memanjang sungai-sungai tersebut memiliki profil berbelok-belok (bermeander) akibat proses morfodinamik sungai yang terjadi secara terus menerus, yang ditandai dengan belokan-belokan ringan dengan sudut belokan besar sampai belokan-belokan berat dengan sudut belokan kecil. Pada dasarnya belokan sungai memiliki arti penting terhadap fenomena hidraulis aliran di sungai. Konsep eko-hidraulik memandang belokan sungai sebagai  wahana retensi untuk mereduksi akumulasi aliran banjir di hilir. Namun sebaliknya belokan sungai juga justru menjadi faktor penyebab terjadinya luapan banjir dan terjadinya gerusan lokal di sisi luar belokan. Kedua potensi tersebut harus dikelola secara bijak sehingga permasalahan yang timbul bisa direduksi dan manfaat/potensi yang dimilki dapat dioptimalkan. Oleh karena itu perlu dikemukakan konsep-konsep pengelolaan dan penanganan sehingga belokan sungai memiliki potensi yang baik dalam pengelolaan sungai dan pengendalian banjir.
Studi Sistem Penyediaan Air Baku di Kawasan Industri Park Kabupaten Morowali I Wayan Sutapa; M. Galib Ishak
Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2021.28.2.7

Abstract

Abstrak Dengan adanya kawasan industri di Kabupaten Morowali maka diperlukan penyediaan air untuk mendukung industri tersebut dan masyarakat sekitarnya. Studi ini bertujuan untuk membuat sistem penyediaan air baku dengan kajian hidrologi dan hidrolika sehingga air bisa mengalir dari intake dan sampai ke daerah layanan secara gravitasi. Metode yang digunakan meliputi pengumpulan seperti: data hidroklimatologi, peta DAS, peta topografi, dan kependudukan. Analisis yang dilakukan meliputi: proyeksi jumlah penduduk dengan Metode Geometrik, kebutuhan air dari pedoman kriteria penyediaan air bersih, ketersediaan air dengan Metode FJ. Mock dan simulasi pipa dengan Epanet. Hasil dari studi ini berupa debit andalan 830 lt/dt (terkecil) dan 6607 lt/dt (terbesar), sedangkan kebutuhan airnya terbesar 57,51 lt/dt. Ini mengindikasikan air tercukupi sepanjang tahun. Hasil simulasi Epanet didapatkan pada WTP/(Reservoir) Makarti terdapat tinggi tekan 6,56 m; Reservoir rusunawa 9,0 m dan Reservoir Bete-Bete 5,29 m dari elevasi tanah masing-masing. Artinya air dapat mengalir secara gravitasi ke daerah layanan. Panjang dan diameter pipa yang digunakan adalah: dari intake-WTP: Ø400 mm, L = 2530 m; WTP-patok A49: Ø400 mm, L = 2765 m; patok A49-Rusunawa: Ø250 mm, L = 4805 m; patok A49-Bete-Bete: Ø150 mm, L = 2569 m; WTP-Makarti: Ø150 mm, L = 168 m.         Kata kunci: Air baku, FJ. mock, epanet, neraca air. Abstract With the existence of an industrial area in Morowali Regency, it is necessary to provide water to support the industry and the surrounding community. This study aims to create a raw water supply system with hydrological and hydraulic studies so that water can flow from the intake and reach the service area by gravity. The methods used include data collection such as: hydro-climatological data, watershed maps, topographic maps, and population. The analysis includes: population projection using the Geometric Method, water needs from the guidelines for clean water supply criteria, water availability using the FJ Mock method and simulations with Epanet. The results of this study are the dependable discharge of 830 l/s (smallest) and 6607 l/s (largest), while the largest water requirement is 57.51 l/s. This indicates sufficient water throughout the year. Based on the epanet simulation results, it is obtained that at the WTP / Makarti Reservoir there is a pressure height of 6.56 m; Reservoir Rusunawa 9.0 m and Reservoir Bete-Bete 5.29 m from the ground elevation respectively. This means that water can flow gravity into the service area. The length and diameter of the pipe used are: from the intake-WTP: Ø400 mm, L = 2530 m; WTP- A49: Ø400 mm, L = 2765 m;  A49-Rusunawa: Ø250 mm, L = 4805 m; A49-Bete-Bete: Ø150 mm, L = 2569 m; WTP-Makarti: Ø150 mm, L = 168m. Key words: Raw water, FJ. mock, epanet, water balance.  
EFFECT OF PLAN SHAPE ON HYDRAULIC CHARACTERISTICS OF LABYRINTH WEIRS Arody Tanga; Muh. Galib Ishak; Yassir Arafat
Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako Vol 9 No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/jstt.v9i1.446

Abstract

Labyrinth weirs have a longer crest length compared to linear weirs to increase the discharge capacity for a given water head. Generally, the plan shape of labyrinth weirs is triangular, trapezoidal, and rectangular. In this regard, several studies have been published regarding determining the hydraulic characteristics of labyrinth weirs. However, the effect of changing the plan shape if other parameters such as the same length and height have not been addressed in the current literature. To fill this gap, this study aims to compare the hydraulic characteristics of flow over triangular, trapezoidal, and rectangular labyrinth weirs with the same length of the crest i.e. 230 cm length. Experiments study were conducted in a flume with a length of 16 m and a width of 95 cm. Three experimental models in this study were used. The results of this study indicated that changing the plan shape from trapezoidal to triangular increased the discharge coefficient (Cd) by about 38,0% on average. Furthermore, changing rectangular to triangular increased the Cd by about 64,5% on average. Thus, it can be concluded that the triangular model was the most efficient hydraulically compared to the others while the rectangular model was the least efficient.