Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENENTUAN PEMAKAIAN DOSIS DAN MACAM BIOFERTILIZER DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT TERHADAP KANDUNGAN UNSUR MAKRO DAN MIKRO NUTRIEN SERTA LOGAM BERAT Catur Rini Sulistyaningsih; Sri Harsono
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan limbah peternakan belum optimal, khususnya pada peternakan rakyat atau tradisional. Limbah padat dari kotoran ternak berpotensi menggantikan pupuk kimia serta memperbaiki unsur hara yang ada di dalam tanah. Untuk memperoleh hasil pupuk organik yang maksimal dengan bahan baku kotoran ternak perlu ditambahkan biofertilizers. Tujuan penambahan biofertilizer adalah untuk memperkaya jumlah koloni bakteri ataupun mikroba yang sudah ada pada kotoran ternak sehingga saat diaplikasikan sebagai pupuk organik mampu bekerja lebih baik. Berbagai jenis biofertilizers yang beredar dipasaran yang dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pupuk organik padat dari kotoranternak. Produksi pupuk yang  diaplikasikan pada tanaman bayam, sawi hujau dan kangkung darat adalah biofertilizers puktan dengan dosis 0,4 liter/100 kg kotoran ternak dan biofertilizer starter MOL 0,4 liter/100 kg kotoran ternak. Kedua biofertilizer yang digunakan pada tanaman tersebut sesuai dengan Standarisasi Pupuk Kompos No: 28/Permentan/SR.130/5/2009, 22 Mei 2009, dan 2005. Tujuan yang ingin dicapai pada Tahun Kedua adalah menguji level dosis dan jenis biofertilizers yang telah dihasilkan pada tahun pertama, untuk diaplikasikan pada produksi tanaman sayuran (bayam, sawi hijau, dan kangkung darat). Hasil terbaik dari berbagai level dosis dan jenis biofertilizers akandiproduksi untuk selanjutnya digunakan untuk peningkatan produksi tanaman sayur yang berupa bayam, kangkung darat dan sawi hijau. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi, yaitu Rancangan Faktorial. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata dilanjutkandengan uji beda antar mean yaitu Uji Duncan (DMRT) dengan model SPSS analisis. Dari hasil analisis, pemakaian dosis dan macam biofertilizer dalam pembuatan pupuk organik padat memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yang paling efektif terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat dibandingkan bayam dan sawi hijau. Sedangkan terhadapproduksi, yang paling efektif yaitu pada tanaman sawi hijau. Hasil analisis kompatibilitas, pada masing-masing tanaman hasil tertinggi diperoleh pada dosis pemupukan dengan menggunakan starter MOL 0,4 liter/100 kg kotoran ternak. Dari ketiga tanaman sayuran tersebut, hasil tertinggi yaitu pada tanaman kangkung (81,250%), kemudian bayam (40,625%), dan yang terendah yaitu pada tanaman sawi hijau (6,250%). Sedangkan pemberian pupuk dengan menggunakan Puktan 0,4 liter/100 kg kotoran ternak, hasil tertinggi pada tanaman kangkung darat (68,750%), berikutnya bayam (34,375%), dan yang terendah yaitu pada tanaman sawi hijau (2,875%). Semakin tinggi persen koloni,menunjukkan yang terinfeksi semakin banyak, karena spora yang masuk ke jaringan tanaman (akar tanaman) semakin banyak, sehingga unsur yang terserap semakin banyak.Keywords : biofertilizer, pupuk organik padat, produksi, uji kompatibilitas, tanaman
METODE BIOKONTROL IKAN CUPANG (Betta splendens) SEBAGAI PENGENDALI VEKTOR PENYAKIT DBD DI KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Sri Harsono
Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan Vol 2, No 2 (2019): JMIAK
Publisher : Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/jmiak.v2i02.455

Abstract

Latar belakang: Pemanfaatan ikan sebagai predator alami larva nyamuk adalah salah satu cara pengendalian secara biologi yang mudah untuk dilakukan oleh masyarakat. Metode pengendalaian secara biologis ini dapat mengurangi kepadatan larva nyamuk serta tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan lingkungan Pengendalian DBD secara non kimiawi ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan ikan cupang. Metode Penelitian: Design penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan study cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder dari dinas kesehatan dan survey pendahuluan, kemudian data primer berupa Hasil isian kuesioner responden berupa pre test dan post test. Teknik sampling menggunakan teknik quota sampling sedangkan metode analisis data menggunakan uji Paired T Test. Hasil & Pembahasan: Ada perbedaan tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah edukasi. Sedangkan dalam pelaksanaan simulasi pencegahan DBD dengan ikan Cupang pada 33 responden, terdapat 29 responden yang berkurang bahkan tidak ada jentik nyamuk setelah diberi Ikan Cupang didalam rumah sedangkan 4 responden lainnya memang dari awal implementasi, tidak ditemukan jentik nyamuk didalam rumah. Kesimpulan: Dalam rangka pencegahan penyakit DBD selain 3M+ yang diantaranya menebar bubuk abate dan ikan cupang, warga juga diimbau untuk menanam tumbuhan seperti bunga lavender dan daun sereh karena mampu mengusir nyamuk dari aroma yang dikeluarkan.