This Author published in this journals
All Journal DIKSI
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DUALISM: KOCH'S ENTERPRISE ON AUSTRALIA'S IDENTITY Iswalono, Sugi
Diksi Vol. 13 No. 2: DIKSI JULI 2006
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.367 KB) | DOI: 10.21831/diksi.v13i2.6476

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan perubahan nilai yang terjadi diAustralia sebagaimana yang tercermin dalam salah satu karya besar Australia yangberjudul The Year of Living Dangerously karya Christopher J. Koch. Palingtidak, secara garis besar, terdapat dua perubahan nilai besar dalam sejarah nasionalAustralia, yaitu pada akhir tahun 1800-an dan pertengahan tahun 1960-an. Nilainilaiitu berupa pandangan nasionalisme bangsa Australia yang antara laintercermin dalam pencairan jati diri bangsa. Apabila pada tahun 1800-an kiblatmereka ke Inggris, tahun 1960-an bergeser ke Asia, dan tentu saja ke Indonesiasebagai negara tetangga terdekat sebagaimana setting novel tersebut. Hal initerjadi karena pada hakikatnya secara sosio-kultural dan historis antara Australiadan Indonesia adalah sama, yaitu sebagai negara poskolonial.Karya sastra bagaimana pun juga tentu mencerminkan kehidupan danpandang-an kehidupan bangsa sebagaimana yang ter-representasikan dalam karyatersebut. Demikian pula halnya dengan Koch lewat karya yang dibicarakan dalamtulisan ini. Australia secara biologis merupakan negara Barat (Eropa) namunsecara geografis, Timur (Asia). Menyadari hal ini para penulis kontemporerAustralia, termasuk Koch, mencoba untuk meredefinasikan jati diri mereka.Menurut Koch, sebagaimana terungkap dalam novel ini, jati diri Australia adalahjati diri "˜blasteran' antara Asia dan Eropa. Gagasan Koch ini tentu saja diperolehsetelah dilakukan analisa teks berdasarkan pandangan teori poskolonial sertaberdasarkan sejarah perkembangan bangsa Australia itu sendiri. Untuk mencapaigagasannya itu, Koch memanfaatkan sarana sastra metapor/alegori dalam bentukdualisme yang diwujudkan dalam hampir seluruh aspek penceriteraan, sepertisetting ceritera, judul, teknis penceriteraan dan tokoh ceritera. Yang paling unikadalah bahwa pola struktur ceritera novel ini berdasarkan struktur ceritera wayangkulit, dan Koch mengambil ceritera "˜Rama Nitis'. Disini, gagasan dualisme terasahadir pula sebab dalam ceritera ini dua epos besar disatukan. Dengan demikian,nampak pula bahwa Koch sudah mulai meninggalkan tradisi Barat"”dengan tidakmenggunakan mitos Romawi-Yunani dalam alegorinya"”dan mulaimenunjukkan pengakuannya sebagai bagian bangsa Timur"”denganmemanfaatkan budaya Indonesia (baca Asia) berupa Wayang kulit dalamnovelnya. Tokoh protagonis Koch pun merupakan tokoh alegoris yang terbelahantara Barat dan Timur. Kwan yang bernampilan fisik Asia (Cina) itu adalah wargaAustralia dengan darah campuran Asia dan Eropa. Hamilton yang bermata birudan berambut pirang dan tinggi semampai adalah warga Australia yang berdarahEropa tapi lahir dan dibesarkan di Asia. Secara alegoris, mereka adalah Australiaitu sendiri.Kata kunci : poskolonial (post-colonial), blasteran (hybridity), jati diri bangsa(national identity)
BLANCHE DAN STANLEY, DUA ALTER-EGO TENNESSEE WILLIAMS DALAM A STREETCAR NAMED DESIRE: *) SEBUAH TINJAUAN PSIKOANALISIS Iswalono, Sugi; Nurhayati, Ari; Anggraeni, Niken
Diksi Vol. 15 No. 1: DIKSI JANUARI 2008
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diksi.v15i1.6552

Abstract

This article is about a research aimed at finding the forms of Williams'desire which is unfulfilled or repressed into his unconscious mind as sublimated inhis play, A Streetcar Named Desire. In other words, Williams' main inventedcharacters, Blanche and Stanley, whose personalities are shaky or chaotic,represent the expression of the playwright's unbalanced personality which issublimated in the play.The research is conducted by tracing Williams' life and understanding theplay A Streetcar Named Desire as well as the criticism on it and his other works ofwhich the aspects are comparable. To come to the desired aim, psychoanalyticcriticism is aptly opted to expose the issue. In relation to the various schools ofpsychoanalysis, the research applies Freud's psychoanalytic perspective, focusingon the relationship between the author and his work.The research results show the following. Firstly, A Streetcar NamedDesire was written on the basis of Williams' life, especially his childhood andyouth, in which he experienced unhappy and inharmonious relationship with hisfather and, as a consequence, it made his personality chaotic or unbalanced, whichthen brought about sexual perversion in him, making him a passive homosexual.Secondly, the perverted sexual behavior of his was as a matter of fact themanifestation of his rebellion against his father, which he then expressed throughhis work. Thirdly, such behavior was inappropriate in the American cultural andsocial life during his life span and, therefore, he had to repress his desire because itwas impossible for him to release his libidinous drive so that, to avoid neurosis, hesublimated it in literature. In other words, A Streetcar Named Desire is thesublimation of Williams' repressed libido to express his rebellion against his fatherand to release his libidinous drive. In that case, he creates Stanley and Blanche ashis fantasy to escape from his repression though only a minute's escape.Key words: Tennessee Williams, childhood, chaotic personality, libido, father,repression, neurosis, sublimation, Blanche, Stanley
SRI SUMARAH : JAVANESE WOMAN UNDER DISCUSSION Iswalono, Sugi
Diksi No. 1: DIKSI JANUARI 1993
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6180.847 KB) | DOI: 10.21831/diksi.v0i1.7102

Abstract