Noeng Muhadjir
Universitas Negeri Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI SMA TARUNA NUSANTARA DAN SMA KOLESE DE BRITTO Emmanuel Kus Eddy Sartono; Noeng Muhadjir; Sumarno Sumarno
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 3, No 2 (2015): Desember
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.073 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v3i2.9815

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola pendidikan nilai kebangsaan hasil sintesis dari pola pendidikan nilai kebangsaan melalui budaya sekolah di SMA Taruna Nusantara dan SMA Kolese De Britto. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-fenomenologi. Subyek penelitian adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan orang tua. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif, meliputi: reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan dan persamaan pola pendidikan nilai-nilai kebangsaan melalui budaya sekolah antara SMA Taruna Nusantara dengan SMA Kolese De Britto, meskipun demikian penelitian ini menemukan budaya sekolah efektif untuk membentuk karakter kebangsaan siswa. Sintesisnya penggabungan Sistem Among, cara Tutwuri Handayani, budaya kedisiplinan, Paradigma Pedagogi Ignasian, cura personalis dan budaya pendidikan bebas akan meningkatkan penanaman nilai kebangsaan siswa tidak sekedar pada ranah kognitif dan afektif tetapi sampai pada ranah perilaku kebangsaan.
REVITALISASI NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA DAN KEARIFAN LOKAL BERBASIS LEARNING SOCIETY PASCAKONFLIK SOSIAL DI TERNATE Umar Mustafa Sadjim; Noeng Muhadjir; FX Sudarsono
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 4, No 1 (2016): Juni
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.712 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v4i1.7227

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, mengidentifikasi dan menganalisis secara mendalam nilai-nilai kearifan lokal melalui pendidikan masyarakat (learning society) pascakonflik sosial di Ternate, serta kedua, upaya merevitalisasi nilai-nilai tersebut untuk ditingkatkan dari kearifan lokal menjadi kearifan global. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan postpositivisme phenomenology Interpretif.Tempat penelitian difokuskan pada empat kecamatan yang berada di kota Ternate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) pengembangan nilai-nilai kearifan lokal yang direvitalisasi, melalui: (a) konsensus bersama;(b) reinternalisasi dengan jalur informal, learning society, dan formal.(c) nilai kearifan lokal terdiri dari nilai filosofi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, ritual keagamaan, dan nilai kebangsaan. (2) Ternate ikon pluralisme sebagai bentuk kesadaran masyarakat untuk harmoni sosial, yaitu: (a) ketika konflik dan berakhirnya konflik kepercayaan masyarakat menurun, (b) ada subkultur etnis Tionghoa yang merupakan enclave dalam masyarakat Ternate, tetapi harmoni karena ada peran mutualisme, (c) upaya masyarakat yang difasilitasi pemerintah dengan menghimpun berbagai etnis dalam paguyuban dan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sebagai salah satu upaya untuk mempermudah koordinasi, dan bagi tokoh panutan berada dalam Forum Kerukunan antarUmat Beragama (FKUB). (3) pentingnya Revitalisasi nilai pascakonflik sosial, dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu: (a) tingkat kepercayaan antarumat beragama rendah, (b) tingginya primordial dan fanatisme etnis. (c). tahapan revitalisasi meliputi, transformasi budaya, komunikasi, adaptasi, dan organisasi.Kata kunci: revitalisasi, kearifan lokal, konflik sosial POST SOCIAL CONFLICT REVITALIZATION OF UNITY IN DIVERSITY VALUES AND LEARNING SOCIETY BASED LOCAL WISDOM IN TERNATEAbstractThe aim of this study was: Firts, identify and analyze in depth the values of local wisdom through public education (learning society) after the social conflict in Ternate, and Second, efforts to revitalize these values to be upgraded from local knowledge into global wisdom. The method used is qualitative with phenomenology postpositivisme approach Interpretif.Tempat research focused on four districts in the city of Ternate. The Results of this research are: (1) development of the value of unity in diversity and local wisdom are revitalized, through: (a) consensus; (b) reinternalization with informal channels, learning society, and formal channels, and (c) the value of local wisdom consists of philosophy, educational, social, religious rituals, and nationality. (2) Ternate icon of pluralism as a form of public awareness for social harmony, namely: (a) when the conflict and the end of the conflict decreased public confidence, (b) there is a subculture of Chinese ethnic enclaves within Ternate society, but in harmony because there is the role of mutualism, (c) a community effort facilitated by the government collects in the community and the various ethnic intermingling of the National Forum (FPK) as part of efforts to facilitate coordination, and for being a role model in internal Harmony Forum (FKUB). (3) The importance of post-conflict revitalization of social values can be seen from several factors, namely: (a) the level of trust between religious communities are low, (b) high primordial and ethnic fanaticism, and (c) the stage of revitalization includes cultural transformation, communication, adaptation, and organization.Keywords: revitalization, local wisdom, learning society, social conflicts
Paradigma pendidikan agama dalam masyarakat plural Ju'subaidi Ju'subaidi; Noeng Muhadjir; Sumarno Sumarno
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol 20, No 2 (2016)
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.035 KB) | DOI: 10.21831/pep.v20i2.7256

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkap paradigma yang mendasari pelaksanaan pendidikan agama di sekolah pluralistik, dan menghasilkan paradigma pendididikan agama yang lebih relevan dengan masyarakat Indonesia yang pluralistik. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan menggunakan pendekatan kualitatif intepretif fenomenologi. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam didukung dengan observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interaktif yang meliputi reduksi data, display data dan kesimpulan. Di samping itu, juga menggunakan Interpretive Phenomenolgy Analysis. Hasil penelitian adalah Pelaksanaan pendidikan agama konvensional di sekolah yang pluralistik belum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 dan PERMENAG Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah. Paradigma yang mendasari pendidikan agama adalah eksklusif dan inklusif. Paradigma pendidikan agama yang relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang pluralistik adalah paradigma budaya pluralisme demokratis-emansipatoris.Kata kunci:  paradigma, eksklusif, inklusif, konvensional, phenomenology, demokratis-emansipatoris THE PARADIGM OF RELIGION EDUCATION IN A PLURAL COMMUNITYAbstractThis study was to uncover the paradigm that became the basis of the implementation of conventional religion education in the pluralistic schools and to generate a religion education paradigm that would be more relevant to the pluralistic Indonesian society. The approach that the researcher employed in the study was the qualitative interpretative phenomenology. The data were collected through an in-depth interview, and the in-depth interview was supported by an observation and documentation. Then, for the data analysis the researcher implemented the interactive analysis that included data reduction, data display and conclusion. In addition, the researcher also implemented the Interpretive Phenomenology Analysis. The results of the study show that the implementation of conventional religion education in the pluralistic schools has not fulfilled the requirements of the Government Regulation Number 55 Year 2007 and the Minister of Religion Decree Number 16 Year 2010 about the Management of Religion Education in the School. The paradigm that becomes the basis of religion education is the exclusive and inclusive education. The religion education paradigm that is relevant to the conditions of pluralistic Indonesian society is the one which is democratic-emancipative, and pluralistic.Keyword: paradigm, exclusive, inclusive, conventional, phenomenology, democratic-emancipatory