Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK KASUS APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI TAHUN 2018 I Gusti Ngurah Bagus Rai Mulya Hartawan; Ni Putu Ekawati; Herman Saputra; I Gusti Ayu Sri Mahendra Dewi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 10 (2020): Vol 9 No 10(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i10.P11

Abstract

Apendisitis merupakan inflamasi pada apendik vermiformis serta penyebab paling sering gejala akut abdomen. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memasukkan apendisitis sebagai prioritas kesehatan utama pada tingkat lokal dan nasional akibat frekuensinya yang sering dijumpai serta berdampak besar pada kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kasus apendisitis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali tahun 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan studi potong lintang. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih dari populasi. Data dianalisis menggunakan software SPSS versi 22 untuk mendapatkan karakteristik kasus apendisitis berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan utama, diagnosis klinis, jumlah leukosit, dan diagnosis histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan kasus apendisitis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali tahun 2018 terbanyak terjadi pada kelompok rentang 17-25 tahun (remaja akhir) sebesar 34,5%, dengan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (58,2%). Keluhan utama yang sering dirasakan pasien berupa nyeri perut kanan (90,0%). Sebagian besar kasus apendisitis memiliki karakteristik diagnosis klinik berupa apendisitis akut (32,7%) serta karakteristik jumlah leukosit berupa leukositosis (80,9%). Selain itu, mayoritas kasus apendisitis memilki karakteristik diagnosis histopatologi berupa apendisitis phlegmonosa/suppuratif (57,3%). Temuan ini bermanfaat karena dapat memberikan wawasan mengenai gambaran karakteristik apendisitis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar tahun 2018. Perlu dilakukan studi analitik lebih lanjut guna mencari hubungan antara berbagai variabel karakteristik Kata Kunci: Apendisitis, Karakteristik, Histopatologi
MEDITASI RAJA YOGA SEBAGAI MODALITAS PENCEGAHAN DAN TERAPI POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) PADA KORBAN PASCABENCANA ALAM I Gusti Ngurah Bagus Rai Mulya Hartawan; Rovie Hikari Parastan; I Made Widianantara; Ni Ketut Sri Diniari
Essence of Scientific Medical Journal Vol 17 No 2 (2020): Volume 17 No. 2 (Juli-Desember 2019) Essential: Essence of Scientific Medical Jo
Publisher : Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ESTL.2020.v17.i02.p03

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Indonesia merupakan negara rawan bencana alam. Sekitar 30-40% korban bencana akan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Mempertimbangkan aspek neuropsikologis, PTSD dihasilkan dari kortisol dan glutamat tingkat tinggi. Sedangkan dari aspek psikodinamik, PTSD terjadi akibat menurunnya kontrol diri, rasionalitas, superego, dan kualitas mental dari dalam diri para korban akibat meningkatnya ego, yang menyebabkan mekanisme coping atau pertahanan diri. Pembahasan: Raja Yoga terbukti meregulasi neurotransmiter serotonin dan dopamin yang mampu menekan progresivitas PTSD. Peningkatan superego akibat meditasi Raja Yoga dalam meregulasi diri juga dilibatkan untuk melunakkan mekanisme koping sehingga menurunkan perasaan cemas dan takut. Penerapan Meditasi Raja Yoga juga dapat meningkatkan ego distonik dan libidinal (id) seseorang sehingga menjadikannya lebih semangat dan bergairah yang dapat mencegah menuju PTSD. Analisis manfaat dari Meditasi Raja Yoga sebagai upaya pencegahan dan terapi pada PTSD yakni memiliki keunggulan mudah dilaksanakan, ekonomis, efisien, dan pelaksanaan latihan Meditasi Raja Yoga sangat aman. Pelaksanaan Meditasi Raja Yoga secara rutin berdasarkan hasil penelitian terbaru juga menunjukan efek yang signifikan dalam mencegah morbiditas dan progresivitas PTSD. Simpulan: Meditasi Raja Yoga secara efektif dan signifikan mencegah perkembangan menuju terjadinya manifestasi klinis dari PTSD serta menterapi orang dengan PTSD Kata kunci: Meditasi Raja Yoga, PTSD, Psikodinamik, Neuropsikologi
Systematic review of melasma treatments: advantages and disadvantages Sang Ayu Arta Suryantari; Ni Putu Tamara Bidari Sweta; Elvina Veronica; I Gusti Ngurah Bagus Rai Mulya Hartawan; Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna
Bali Dermatology Venereology and Aesthetic Journal BDVJ - Vol. 3 No. 2 (December 2020)
Publisher : Explorer Front

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/dy28rh70

Abstract

Background: Melasma is acquired chronic hyperpigmentation mainly affecting women. The pathogenesis of melasma is uncertain, but it is predominantly related to ultraviolet (UV) exposure. Due to its chronic and relapsing nature, melasma is challenging to treat. The currently available treatment often has undesirable side effects and suboptimal results. The treatment principle includes protecting from UV radiation, inhibiting melanin synthesis, and increasing the pathway to remove melanin. Objectives: To define available treatments for melasma and determine advantages and disadvantages, including topical, oral and procedural. Method: Medline, Cochrane library and PubMed databases were searched for articles from January 2011 to June 2020. Only RCTs, comparative, prospective, retrospective and systematic reviews focusing on melasma treatments were extracted, analyzed and discussed. Results: We found 197 studies that met the inclusion and exclusion criteria, with 2314 participants included in this review. The treatments included topical, oral and procedural. In several studies, hydroquinone alone or combination remains the most effective treatment for melasma. Oral and topical tranexamic acid is a beneficial adjuvant treatment in refractory melasma with minimal adverse effects. Procedural treatments such as chemical peels, laser and light-based therapies, and microneedling have mixed and unpredictable results. Overall, the side effects tend to be mild and affect a few of the subjects. Conclusions: The current state of the evidence suggests that some treatments with multiple modalities have their respective advantages and disadvantages. The choice of treatment modality must be adjusted according to the type of melasma, such as its severity, extent and location. A better understanding of melasma through further research may improve the therapy options with the least adverse effects.