Ketut Widyastuti
Bagian/SMF Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

LAPORAN KASUS PARKINSON DISEASE DEMENTIA: ASPEK NEUROKOGNITIF DAN HALUSINASI VISUAL Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.724 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.8

Abstract

Latar Belakang: Penderita penyakit Parkinson memiliki risiko 6 kali lebih tinggi mengalami demensia dibandingkan populasi normal. Parkinson Disease Dementia (PDD) dapat terjadi setelah ataupun sebelum munculnya gejala motorik dan biasanya terlihat pada stadium lanjut. Sebaliknya, gangguan fungsi kognitif dan halusinasi visual dapat terjadi pada stadium awal. Pengenalan gejala demensia pada pasien PD sangat penting bagi klinisi sehingga bisa memberikan tatalaksana yang tepat seperti halnya gejala motorik. Kasus: Seorang wanita berusia 55 tahun dengan keluhan gangguan memori yang semakin memberat sejak setahun lalu. Gejala fluktuatif, rekuren, menetap, dan mengganggu aktivitas harian pasien. Pasien juga mengeluh sering melihat bayangan orang atau binatang tertentu terutama di malam hari. Tidak ada gangguan proses pikir atau bicara kacau. Pemeriksaan fisik didapatkan resting tremor, rigiditas, bradikinesia, hilangnya reflek postural dan tanda Myerson positif dengan stadium 4 Hoehn Yahr. Pemeriksaan neurokognitif menunjukkan gangguan atensi, memori, visuospasial, fungsi eksekutif, dan halusinasi visual. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala menunjukkan atropi otak berat. Pasien mengalami perbaikan dengan terapi farmakologis dan stimulasi kognitif. Simpulan: Pengenalan secara dini gejala motorik, non motorik, kognitif, dan gejala neuropsikiatri terutama halusinasi visual sangat penting dalam tatalaksana lanjutan yang tepat bagi pasien penyakit Parkinson. Kata Kunci: Demensia, Penyakit Parkinson, Halusinasi Visual, Gangguan Memori
HIV-ASSOCIATED NEUROCOGNITIVE DISORDER (HAND) PADA PASIEN DENGAN HIV TANPA INFEKSI OPORTUNISTIK Gde Putra Dhyatmika; Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Callosum Neurology Vol 2 No 3 (2019): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.249 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v2i3.86

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah menjadi epidemi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu komplikasi infeksi HIV pada sistem saraf pusat (SSP) berupa gangguan fungsi kognitif yang disebut HIV-associated neurocognitive disorder (HAND). Replikasi HIV dalam jangka waktu panjang terjadi pada astrosit dan mikroglia, yang dapat menurunkan fungsi neuronal. HAND terkait dengan aktivitas virus dan mediator inflamasi sel imun pada SSP sehingga menyebabkan kerusakan neuron otak. Kasus: Pasien perempuan, 28 tahun, suku Bali, mengeluh mudah lupa yang dialami sejak 2 tahun lalu. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri walaupun keluhan lupa terkadang dirasakan mengganggu. Pasien memiliki riwayat infeksi HIV sejak bulan September 2015 dengan CD4 16 sel/µl dan mendapat terapi ARV fixed-dose combination dengan regimen tenofovir, lamivudine, dan efavirenz. Pemeriksaan neurobehavior dijumpai atensi baik, gangguan memori terutama new learning ability, memori tunda, asosiasi berpasangan, gangguan visuospasial dan eksekutif, ADL dan IADL mandiri, MMSE: 24, MoCA Ina: 14, Clock Drawing Test: 3, Trial making test A baik, Trial making test B terganggu, International HIV Dementia Scale (IHDS): 10.5, Skala penilaian depresi Hamilton: 15. Hasil CT Scan kepala dalam batas normal. Diskusi: Dari hasil pemeriksaan, pasien dikategorikan dalam HAND tipe Asymptomatic Neurocognitive Impairment (ANI). Kadar CD4 diketahui berhubungan dengan derajat kerusakan neuron otak dan kadar CD4 nadir rendah (? 200 sel/µl) merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan HIV. Pemberian terapi kombinasi ARV dapat menunjukkan peningkatkan performa fungsi kognitif dan fungsional. Simpulan: Infeksi HIV secara langsung pada SSP dapat menyebabkan gangguan neurokognitif dan inisiasi pemberian terapi ARV dini merupakan usaha pencegahan terjadinya perburukan lebih lanjut. Kata Kunci: HIV, Gangguan Kognitif, CD4, Hand, ARV
KORELASI ANTARA LOKASI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PADA PENDERITA STROKE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Kelvin Yuwanda; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Ketut Widyastuti
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.482 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.101

Abstract

Latar Belakang: Kasus stroke cenderung mengalami peningkatan baik kematian maupun kecacatan. Morbiditas pascastroke dapat berupa masalah fisik, psikis, dan kognitif. Risiko gangguan fungsi kognitif meningkat sebesar tiga kali lipat setelah suatu awitan stroke dan 25-50% di antaranya akan berkembang menjadi demensia pascastroke. Penilaian gangguan fungsi kognitif pada penderita pascastroke sangat penting oleh karena gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan luaran fungsional yang buruk, tingkat ketergantungan yang tinggi, kualitas hidup yang rendah, dan angka kematian yang tinggi. Hubungan lokasi lesi dengan gangguan kognitif pada stroke masih menunjukkan hasil yang berbeda. Metode: Penelitian potong lintang pada penderita pascastroke yang dirawat di bangsal rawat inap dan poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar mulai Oktober 2018 sampai Desember 2018 dengan menggunakan Montreal Cognitive Assessment Indonesian Version (MoCA-Ina). Total penderita stroke yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 80 orang (52 laki-laki dan 28 perempuan). Hasil: Gangguan kognitif didapatkan pada pada 60 penderita stroke (75%), sedangkan sebanyak 20 penderita stroke (25%) tidak mengalami gangguan kognitif. Pada penelitian ini, didapatkan hubungan bermakna antara lokasi stroke dengan gangguan kognitif dengan odd ratio (OR) 6,476 ; 95% IK 1.716-24.439; p=0.006. Simpulan: Pasien stroke dengan lokasi lesi di hemisfer kiri mengalami kecenderungan gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lokasi lesi di hemisfer kanan. Kata Kunci: Lokasi Stroke, Gangguan Kognitif, MoCA-Ina  
CURIGA RUPTUR ARTERIOVENOUS MALFORMATION PADA KEHAMILAN PRETERM Adriana Marsha Yolanda; I Gede Supriadhiana; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Ketut Widyastuti
Callosum Neurology Vol 3 No 2 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.106 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i2.103

Abstract

Latar Belakang: AVM merupakan penyebab paling utama perdarahan intrakranial pada usia muda. Penyebab perdarahan intraserebral paling sering pada kehamilan adalah ruptur AVM. Risiko terjadinya ruptur AVM diperkirakan sebanyak 3.5%. Perdarahan intraserebral pada kehamilan jarang ditemukan, tetapi memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Saat ini, penatalaksanaan dinilai secara individual dan seringkali menjadi dilema bagi para klinisi. Laporan Kasus: Pasien perempuan, 22 tahun, saat ini sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan 29 minggu datang dengan keluhan utama kelemahan separuh tubuh kanan, yang terjadi mendadak saat sedang duduk. Selain kelemahan separuh tubuh kanan, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala, yang dirasakan berdenyut, di seluruh bagian kepala dengan intensitas sedang-berat. Pasien juga sempat muntah 2 kali.Keluhan kesemutan separuh tubuh kanan, bibir mencong, bicara pelo terjadi bersamaan dengan kelemahan separuh tubuh kanan. Diskusi: Pemilihan terapi pada ruptur AVM memiliki banyak pertimbangan. Saat ini belum didapatkan standar penanganan ruptur AVM selama kehamilan. Pasien dengan ruptur AVM memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya perdarahan ulang, 4 kali lebih besar dibandingkan AVM yang tidak ruptur. Angka kejadian untuk terjadinya ruptur tinggi dalam 1 tahun sejak onset perdarahan pertama kali. Beberapa pilihan penanganan AVM yang ada saat ini mencakup penanganan konservatif dan operatif. Penanganan operatif meliputi reseksi, radiosurgery stereotactic, embolisasi endovascular dan kombinasi. Tujuan utamanya adalah mencegah adanya perdarahan ulang. Simpulan: Pecahnya pembuluh darah AVM, memiliki risiko untuk terjadi perdarahan ulang sebanyak 6%-15,8% dalam 1 tahun pertama. Penatalaksanaan operatif diperlukan, tetapi belum ada standar penanganan yang baku mengenai waktu dilakukannya penanganan operatif Kata Kunci: Perdarahan Serebral, Arteriovenous Malformations, Kehamilan
PROFIL GANGGUAN NEUROKOGNITIF PADA PENDERITA PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT RUJUKAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2018 Putri Eka Pradnyaning; Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Sri Yenni Trisnawati; Dewa Putu Gede Purwa Samatra; I Ketut Sumada
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.664 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.105

Abstract

Latar belakang: Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental yang dilakukan secara sadar dan gangguannya dapat diukur secara objektif menggunakan alat diagnosis baku. Gangguan fungsi kognitif memiliki dampak besar pada kualitas hidup penderita Penyakit Parkinson (PP), menambah beban pengampu, dan menambah biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan profil gangguan neurokognitif penderita PP di rumah sakit (RS) rujukan Kota Denpasar berdasarkan demografis, gejala PP, dan domain kognitif yang terganggu. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang terhadap 47 penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar. Hasil: Angka kejadian gangguan neurokogitif pada pasien PP di RS rujukan Kota Denpasar sebesar 55.3% dengan distribusi terbanyak pada laki-laki (72.3%), usia ?60 tahun (63.8%), pendidikan perguruan tinggi atau sederajat (44.7%), dan pensiunan (21.3%). Sebagian besar subjek telah menderita PP selama >5 tahun (42.3%), stadium Hoehn and Yahr 2 (38.5%), dan gejala motorik dominan berupa rigiditas bilateral (26.9%). Domain yang terganggu adalah eksekutif (48.9%), memori (46.8%), visuospasial (29.8%), atensi (23.4%), dan bahasa (10.6%). Simpulan: Lebih dari setengah penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar mengalami gangguan neurokognitif dengan karakteristik laki-laki, usia lebih dari 60 tahun, berpendidikan tinggi, dan pensiunan. Gangguan eksekutif merupakan domain neurokognitif yang paling banyak didapatkan. Kata Kunci: Penyakit Parkinson, Gangguan Neurokognitif, Gangguan Neurokognitif pada Penyakit PP
Profil gangguan fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Indonesia periode 2019 Bimo Adi Laksono; Ketut Widyastuti; Sri Yenni Trisnawati
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.26 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.463

Abstract

Background: Stroke is a disease that affects straightly to the brain. Stroke occured due to obstruction of blood vessel that contain blood-transporting  nutrients to the brain, which lead to impairment in brain function, as well as cognitive function. Because of  unavailibility of data in Sanglah General Hospital, this research must be done. This study aims to determine the cognitive function profile of post ischemic stroke patient in Sanglah General Hospital based on 5 cognitive domains.Methods: This study is an observational study, collecting data by cross sectional. Data sources were obtained from primary data in the form of interview and MoCA-Ina Test with data retrieval methods using totally sampling technique. The accessible population was patients post ichemic stroke in Sanglah General Hospital that is in a good awareness and fit for MoCA-Ina test.Results: From 26 patients that are accessible, 21 patients were diagnosed with cognitive impairment, which the majority in 41-50 range of age with 9 patients, male with 14 patients, last education of Junior High School with 7 patients, and memory being a domain which is most impaired with mean of 55,38% score.Conclusion: The most affected domain is after an ischemic stroke is memory and visuospacial function
Hubungan posisi dan lama duduk dengan nyeri punggung bawah pada pemain game online Putu Gede Pradipta Mahardika Wijaya; Ida Ayu Sri Wijayanthi; Ketut Widyastuti
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.547 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.495

Abstract

Introduction: The public's interest in online games is seen by the growing number of internet cafes and online games that are increasingly in Indonesia. Online games are starting to be considered something addictive. Position and duration of playing online game players that are usually more than 4 hours causes online game players often experience lower back pain. This study aims to determine the position and duration of sitting with low back pain in online game players.Methods: This study is a cross-sectional analytic study with a qualitative study design. The research data uses primary data taken directly by filling out the questionnaire in Game Online in the West Denpasar sub-district for the period November 2018 to December 2018. The sample collection technique uses the total sampling method.Result: The total sample in this study was 80 respondents, based on age distribution ranging from 17 to 30 years with an average age of 20.86 years. The highest proportion of body mass index in the risk group (> 23.0) was 55 people (68.75%). The proportion of ergonomic sitting positions is 20 people (25%) while the proportion of non-ergonomic sitting positions is 60 people (75%). The proportion of respondents who sat ≤4 hours was 23 people (28.75%) while the proportion of respondents sitting> 4 hours was 57 people (71.25%). The proportion of respondents who complained of low back pain was 60 people (75%) and those who did not complain of 20 lower back pain (25%). The highest proportion who experience low back pain in respondents with non-ergonomic sitting position is 75%. The highest proportion who experienced low back pain in respondents with a sitting time> 4 hour was 71.25%.Conclusion: Non-ergonomic sitting position and duration sitting that more than 4 hours are risk factors that affect lower back pain in online game players.Latar Belakang: Ketertarikan masyarakat terhadap game online tampak dengan berkembangnya usaha warung internet dan game-online yang semakin banyak di Indonesia. Aktivitas duduk dengan posisi dan durasi waktu bermain pemain game online yang biasanya lebih dari 4 jam menyebabkan para pemain game online sering mengalami nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi dan lama duduk dengan nyeri punggung bawah pada pemain game online.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional dengan desain studi kualitatif. Data penelitian menggunakan data primer yang diambil langsung dengan pengisian kuisioner di Game Online wilayah kecamatan Denpasar Barat periode November 2018 hingga Desember 2018. Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode total sampling.Hasil: Total sampel pada penelitian ini adalah 80 responden, berdasarkan distribusi usia berkisar 17 hingga 30 tahun dengan rerata usia 20,86 tahun. Proporsi indeks massa tubuh terbanyak pada kelompok berisiko (>23,0) sebanyak 55 orang (68,75%). Proporsi posisi duduk ergonomis sebanyak 20 orang (25%) sedangkan proporsi posisi duduk tidak ergonomis sebesar 60 orang (75%). Proporsi responden yang duduk 4jam sebesar 23 orang (28,75%) sedangkan proporsi responden yang duduk >4jam sebesar 57 orang (71,25%). Proporsi responden yang mengeluh nyeri punggung bawah ada 60 orang (75%) dan yang tidak mengeluh adanya nyeri punggung bawah sebanyak 20 orang (25%). Proporsi paling banyak yang mengalami nyeri punggung bawah pada responden dengan posisi duduk tidak ergonomis sebesar 75%. Proporsi paling banyak yang mengalami nyeri punggung bawah pada responden dengan lama duduk >4jam sebesar 71,25%.Simpulan: Posisi duduk tidak ergonomis dan lama duduk lebih dari 4 jam merupakan faktor risiko yang mempengaruhi nyeri punggung bawah pada pemain game online.