Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kualitas Semen Beku Babi dalam Pengencer Komersial yang Disuplementasi dengan Trehalosa (THE QUALITY OF BOAR FROZEN SEMEN IN COMMERCIAL EXTENDER SUPPLEMENTED WITH TREHALOSE) Tuty Laswardi Yusuf; Raden Iis Arifiantini; Reni Ratni Dapawole; Wilmientje Marlene Mesang Nalley
Jurnal Veteriner Vol 18 No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.27 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.69

Abstract

The aim of the research was to study trehalosa supplementation in Beltsville Thawing Solution (BTS) and MIII extender on the quality of frozen boar semen. Semen was collected from nine boars age 5-6 years using glove hand method. The semen were then evaluated macro and microscopically. Semen having >70% sperm motility and >200x106/mL sperm concentration were diluted in two tubes containing BTS and two tubes containing MIII, then kept at room temperature (20-22oC) for 2 hours (holding time). Following this the semen were centrifugated at 2000 RPM for 10 minutes and the supernatant was discarded, the pellet was re-diluted with BTS, BTS-Trehalose 100 mM (BTS-T), MIII, and MIII-Trehalose 100 mM (MIII-T) with 4% glycerol, packed into 5 mL macrotube, equilibrate at 5oC for 2 hours. After equilibration macrotube were frozen horizontally 4 cm above the liquid nitrogen vapor for 20 minutes and then submerged in liquid nitrogen (-196oC) for futher evaluation. After 24 hours the semen than thawed at 52oC for 45 seconds. The results demonstrated that sperm motility in BTS-T (30.00±4.47%) was higher (P<0.05) then MIII-T (26.67±8.16%), BTS (24.17±9.17%), or MIII (21.67±7.53%). This research conclude that suplementation of 100 mM trehalosein BTS extender improved motility of boar sperm after freezing and thawing. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penambahan trehalosa dalam pengencer Beltsville Thawing Solution (BTS) dan MIII terhadap kualitas semen beku babi. Semen dikoleksi dari sembilan ekor babi berumur 5-6 tahun menggunakan teknik glove hand method. Semen dievaluasi secara makro dan mikroskopis. Semen yang memiliki spermatozoa motil di atas 70% dengan konsentrasi di atas 200x106/mL dibagi ke dalam empat tabung, dua tabung pertama diencerkan dengan BTS dan dua tabung lainnya dengan MIII. Semen yang telah diencerkan disimpan pada suhu ruangan (20-22oC) selama dua jam (holding time). Semen kemudian disentrifugasi 2000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pellet diencerkan kembali. Semen yang disentrifugasi dengan BTS, diencerkan dengan BTS gliserol (BTSg) dan BTS gliserol Trehalosa 100 mM (BTSgT) dan yang disentrifugasi dengan MIII diencerkan dengan MIIIg dan MIIIgT. Gliserol yang digunakan adalah 4%. Semen yang telah diencerkan dikemas dalam macrotube (5 mL), diekuilibrasi pada 5oC selama dua jam. Setelah equilibrasi macrotube dibekukan 4 cm di atas permukaan nitrogen cair selama 20 menit dan disimpan dalam container nitrogen cair (-196oC) untuk pengujian lebih lanjut. Setelah penyimpanan 24 jam, terhadap semen beku dilakukan thawing pada suhu 52oC selama 45 detik. Hasil penelitian menunjukkan motilitas spermatozoa dalam BTSgT (30,00±4,47%) paling tinggi (p<0,05) daripada MIIIgT (26,67±8,16%), BTSg (24,17±9,17%), atau MIIIg (21,67±7,53%). Simpulan dari penelitian ini adalah penambahan 100 mM trehalosa dalam pengencer BTSg dapat mempertahankan motilitas spermatozoa babi lebih baik daripada pengencer lainnya.
PERFORMANS REPRODUKSI KUDA BETINA DI DESA PRAIBOKUL TANARARA KECAMATAN MATAWAI LA PAWU KABUPATEN SUMBA TIMUR (REPODUCTIVE PERFORMANCE OF FEMALE HORSE AT PRAIBOKUL TANARARA VILLAGE WEST MATAWAI LA PAWU OF SUMBA TIMUR REGENCY ) Reni Ratni Dapawole
Jurnal Akrab Juara Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Yayasan Akrab Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Performans Reproduksi Kuda Betina Di Desa Praibokul Tanarara Kecamatan Matawai La Pawu Kabupaten Sumba Timur. Materi penelitian ini adalah induk kuda betina sebanyak 78 ekor diperoleh dari 50 orang responden peternak kuda. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Penentuan lokasi dan sampel penelitian secara purposive sampling. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah umur pertama kawin, service per conception (S/C) dan foaling interval (FI). Data dianalisis secara deskrptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rat-rata umur pertama kawin adalah 2,5 tahun, sedangkan rata-rata S/C dan FI secara berturut-turut adalah 3 kali dan 17 bulan. Disimpulkan bahwa performans reproduksi Kuda Betina Di Desa Praibokul Tanarara Kecamatan Matawai La Pawu Kabupaten Sumba Timur, secara umum masih di bawah standar reproduksi normal. Kata kunci: kuda betina, penampilan reproduksi.
REPODUCTIVE PERFORMANCE OF FEMALE HORSE AT PRAIBOKUL TANARARA VILLAGE WEST MATAWAI LA PAWU OF SUMBA TIMUR REGENCY Reni Ratni Dapawole
Akrab Juara : Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Vol. 10 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Yayasan Azam Kemajuan Rantau Anak Bengkalis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study was conducted to investigate the reproductive performances of working mare at Praibokul Tanarara Village Sub District Matawai La Pawu Of Sumba Timur Regency. The material used as the acceptors were 78 young female horse. The young female horses were used in the study belonged 50 respondens who lived in the Praibokul Tanarara village. The parameters used to observed the first mating age of young female horses were the service per conception (S/C) and foaling interval (FI). The data collected were analyzed descriptively. It analyzed and described the process of service per conception and foaling interval of the female horses. The result in this research showed that the average value of first mating age of horse female aged 2,5 years of S/C was 3 times and FI was 17 months. In otherwords, the the foaling of interval of young female horses took almost 17 months of their age. The conclucion of this research was that the young female horses at Praibokul Tanarara Village West Matawai La Pawu Of Sumba Timur Regency was generally less than the normal performance ofreproductive of horses in common . The young female horses actually need to have more normal performance in reproduction in this young age
PENGARUH LAMA PENGASAPAN KAYU KESAMBI (Schleichera oleosa) DAN BATOK KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SE’I SAPI: The Effect of Smoking Duration of Kesambi Wood (Schleichera oleosa) and Coconut Shell (Cococs nucifera) on the Physicochemical and Organoleptic Properties of Beef Se’i Aura Alverina; Reni Ratni Dapawole; A’idah Attha Saniyah Rahma
Wahana Peternakan Vol. 9 No. 3 (2025): Wahana Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, University of Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jwputb.v9i3.2437

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama pengasapan menggunakan kayu Kesambi dan batok kelapa terhadap fisikokimia (susut masak, kadar air, daya ikat air, dan pH) dan organoleptik (warna, aroma, tekstur, dan kesukaan). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan per bahan bakar. Parameter yang diukur adalah susut masak, kadar air, daya ikat air, pH dan organoleptik. Analisis data susut masak, kadar air, daya ikat air dan pH menggunakan analisis laboratorium. Data organoleptik dianilisis menggunakan analisis Two-Way-ANOVA untuk mengetahui pengaruhi dari kayu Kesambi dan batok kelapa, jika signifikan dilanjutkan uji DMRT, menggunakan program SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi jenis bahan bakar dan lama pengasapan berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik daging se’i sapi. Penggunaan kayu Kesambi selama 60 menit menghasilkan nilai terbaik pada aroma, tekstur, dan tingkat kesukaan, menunjukkan penerimaan tertinggi oleh panelis. Sementara itu, penggunaan batok kelapa selama 90 menit menghasilkan warna daging yang paling pekat dan nilai pH cenderung menurun seiring lamanya pengasapan. Temuan ini menegaskan bahwa pemilihan jenis bahan bakar dan durasi pengasapan yang tepat sangat penting untuk menghasilkan daging se’i sapi dengan mutu optimal.   Kata kunci: batok kelapa, fisikokimia, Kesambi, organoleptik, se’i