Tri Harso Karyono
Staf Direktorat Teknologi Lingkungan BPP Teknologi dan Staf Pengajar Arsitektur di Jakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : DIMENSI: Journal of Architecture and Built Environment

WUJUD KOTA TROPIS DI INDONESIA: SUATU PENDEKATAN IKLIM LINGKUNGAN DAN ENERGI Karyono, Tri Harso
Dimensi: Journal of Architecture and Built Environment Vol. 29 No. 2 (2001): DECEMBER 2001
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/dimensi.29.2.%p

Abstract

Almost all the Indonesian cities are designed someway in which local climate, environmental aspect and energy conservation have been paid little inttention by the architecs and urban designers. The result is that most of the Indonesian cities have provided no good place for people living in. This articles tries to explore all the possibility aspects of climatic, environmental and energy, in which they may influence to the design of humid tropical cities of Indonesia. Some strategies are proposed to achieve a better urban design in terms of climate, environment and energy conservation. Abstract in Bahasa Indonesia : Sebagian besar kota di Indonesia dirancang tanpa memperhatikan beberapa aspek seperti halnya iklim, kesehatan lingkungan dan penghematan energi. Akibatnya, beberapa kota tersebut menjadi tidak cukup nyaman bagi warga setempat untuk tinggal dan bekerja. Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis berbagai aspek yakni, iklim, lingkungan dan energy, yang berpengaruh terhadap rancangan kota tropis di Indonesia. Beberapa strategi pemecahan yang berkaitan dengan aspek tersebut di atas dicoba untuk ditawarkan melalui tulisan ini. Kata kunci: energi, iklim, Indonesia, kota tropis basah, lingkungan.
TENAGA SURYA DAN ARSITEKTUR: SUATU ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERANCANGAN Karyono, Tri Harso
Dimensi: Journal of Architecture and Built Environment Vol. 31 No. 1 (2003): JULY 2003
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/dimensi.31.1.%p

Abstract

This paper discusses the potential use of solar energy in building as an alternative solution of energy resources to reduce the negative impact in burning fossil fuels to the environment. It higlights the positive aspects in environment by generating solar energy and also discusses the aesthetical values in employing solar panels on buildings. Abstract in Bahasa Indonesia : Isue mengenai pemanasan bumi yang diakibatkan oleh produksi gas karbon dioksida sebagai akibat pembakaran bahan bakar minyak (minyak bumi, batu bara, gas alam) memaksa ilmuwan, pakar energi, akhli lingkungan, serta pihak-pihak lain yang terkait untuk ikut memikirkan penggunaan energi alternatif yang aman. Tenaga nuklir yang tidak menghasilkan gas buang semacam karbon dioksida, ternyata bukan merupakan solusi energi alternatif yang baik karena meninggalkan sampah radioaktif yang belum ada solusi pembuangan yang diangap aman untuk masa yang akan datang. Tenaga surya, yang umumnya sudah digunakan secara tradisional sejak ratusan abad yang silam, perlu mendapat perhatian. Pemanfaatan tenaga surya baik secara pasif maupun aktif bagi bangunan perlu mendapat perhatian dari para arsitek. Pemanfaatan tenaga surya secara aktif, dimana tenaga surya dikonversikan terlebih dahulu menjadi tenaga listrik dengan solar sel, seyogyanya tidak berdiri sendiri, perlu diintegrasikan dengan aplikasi perancangan secara pasif. Perancangan secara aktif bertujuan untuk mengurangi beban listrik yang berasal dari minyak bumi - secara langsung mengurangi jumlah gas karbon dioksida yang dibuang ke udara, sedangkan perancangan pasif bertujuan untuk mengurangi beban penggunaan energi listrik - yang berasal dari sumber listrik apapun - di dalam bangunan. Makalah ini membahas isue yang diutarakan diatas, dimana pada akhirnya memberikan contoh dari suatu karya arsitektur yang dianggap berhasil dalam mengaplikasikan strategi perancangan secara aktif (menggunakan solar sel) serta tidak meninggalkan sterategi perancangan secara pasif. Kata kunci: bangunan, karbon dioksida, minyak bumi, pemanasan bumi, photovoltaic (solar sel), rancangan aktif, rancangan pasif, tenaga surya
PENELITIAN KENYAMANAN TERMIS DI JAKARTA SEBAGAI ACUAN SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA Karyono, Tri Harso
Dimensi: Journal of Architecture and Built Environment Vol. 29 No. 1 (2001): JULY 2001
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/dimensi.29.1.%p

Abstract

The current standard for thermal comfort in Indonesia is based on ASHRAE 55 -1992 (the American Standard). This standard recommends a neutral temperature of 24.0 oCTo with the range of comfort between 22 and 26 oCTo Results from a thermal comfort study done by the author in Jakarta - in which some of 596 office workers from seven multi-storey office buildings were participated in this study - showed that these values were fairly too low to the average requirement of the Indonesian workers who were (about 95% of the sample population) still comfortable within the range temperature of 24.9 to 28.0 oC in terms of air temperature (Ta) or 25.1 to 27.9 oC in terms of operative temperature (To). The lower the values of the standard would result to the higher energy consumption in the air-conditioned building. It discusses also the effect of the so called 'external factors', such as gender, age, fatness, ethnic backgrounds, etc., on the state of human thermal comfort. Abstract in Bahasa Indonesia : Penelitian kenyamanan termis yang dilakukan penulis memperlihatkan sekitar 95% dari 596 karyawan/wati di beberapa bangunan tinggi di Jakarta merasa nyaman pada suhu udara (Ta) 26,4oC atau suhu operasi (To) 26.7oC. Sementara rentang nyaman antara 24.9 hingga 28.0 Ta dan 25.1 hingga 27.9 To. Dalam kondisi termis ini diperkirakan 90% responden merasa nyaman. Standar kenyamanan termis di Indonesia yang berpedoman pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] merekomendasikan suhu nyaman 22.5o-26oC To, atau disederhanakan menjadi 24 oC + 2 oC To, atau rentang antara 22 oCTo hingga 26 oCTo. Perbedaan ini akan berakibat pada jumlah energi yang dikonsumsi oleh bangunan. Dibandingkan hasil penelitian diatas, suhu nyaman perencanaan bangunan berpengkondisi udara di Jakarta berada sekitar 2.5 oC To lebih rendah dibanding suhu rekomendasi ASHRAE. Paper ini juga menelaah beberapa faktor lain (jenis kelamin, usia, faktor gemuk, dsb.) - diluar enam faktor baku ISO - yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap kenyamanan. Kata kunci: suhu udara, suhu operasi, suhu nyaman, sensasi termis.