Tujuan:Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang menonjol pada remaja. Remaja pada umumnya merupakan anak usia sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan yaitu dari Sekolah Dasar sederajat, Sekolah Menengah Pertama sederajat dan Sekolah Menengah Atas sederajat. Kegiatan UKS dikenal sebagai trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya pencegahan anemia gizi besi pada remaja. Guru khususnya pembina UKS merupakan sasaran sekunder dalam upaya pencegahan anemia gizi besi pada remaja. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan guru. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan dalam upaya pencegahan anemia gizi besi remaja terhadap pembina UKS. Metode:Penelitian ini merupakan jenis quasi experimental design dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 34 responden. Hasil:Hasil analisis univariat menunjukan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor pada pengetahuan yaitu 8,95%, pada sikap 14,54% dan pada keterampilan 1,62%. Hasil analisis bivariat menujukan ada perbedaan pengetahuan setelah pelatihan (p=0,001), ada perbedaan sikap setelah pelatihan (p=0,000) dan tidak ada perbedaan keterampilan setelah pelatihan (p=0,603). Kesimpulan:Ada perbedaan pengetahuan responden dalam upaya pencegahan anemia gizi besi remaja putri. Ada perbedaan sikap responden dalam upaya pencegahan anemia gizi besi remaja putri. Tidak ada perbedaan ketermpilan responden dalam upaya pencegahan anemia gizi besi remaja putri.