Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Evaluasi Pemanfaatan Data Pos Hujan dan Data Satelit TRMM dalam Pemodelan Debit Sintetik DAS Temef Davianto Frangky Welkis; Donny Harisuseno; Sri Wahyuni
Jurnal Teknik Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (Juni 2022)
Publisher : Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.449 KB) | DOI: 10.56860/jtsda.v2i1.30

Abstract

Rainfall data collection based on the TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) satellite provides a good alternative in estimating rainfall. TRMM technology can minimize manual rainfall recording errors and increase rainfall accuracy for hydrological analysis. From the results of the statistical relationship analysis, the most accurate results obtained are 9 years of calibration and 1 year of validation, the selected equation is a polynomial with the following equation y = 0.0112 x2 - 0.2564x + 4,1293, so that validation analysis is carried out with the selected equation so that the validation results are obtained against 1 year rainfall data for the RMSE value of 7.022. The NSE value is 0.923, the Correlation Coefficient is 0.94 and the relative error value is 5.48 and the results of the equation for discharge are modeling return periods of discharge 2, 5, 10, 20 and 25 years for discharge observations of 2 years return period; Q = 84.44, m3/s at 5 years return period; Q = 105.95 m3/s, 10 year return period; Q = 120.86 m3/s, 20 years return period; Q = 135.16 m3/s, 25 years return period; Q = 139.69 m3/s. Meanwhile, for the simulation discharge, the return period is 2 years; Q =51,84 m3/s at 5 year return period; Q = 65,35 m3/s, 10 year return period; Q = 74,15 m3/s, 20 years return period; Q = 84,89 m3/s, return period of 25 years; Q = 94,65 m3/s.
Studi Kekeringan Meteorologi dengan Menggunakan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan China Z Index (CZI) di DAS Lekso Kabupaten Blitar Firda Novita; Donny Harisuseno; Ery Suhartanto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.26

Abstract

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi kekeringan, salah satunya yaitu DAS Lekso. Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Blitar disebabkan oleh minimnya intensitas curah hujan yang turun, maka dari itu dibutuhkan upaya awal untuk memitigasi kekeringan meteorologi dengan cara memantau dan menganalisis kekeringan yang terjadi pada lokasi studi. Metode yang digunakan dalam menganalisis kekeringan yaitu metode Standardized Precipitation Index (SPI)) dan metode China Z Index (CZI) yang kemudian dibandingkan dengan data Southern Oscillation Index (SOI). Hasil indeks kekeringan kedua metode yang telah dikomparasi dengan data SOI akan digunakan sebagai penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan interpolasi Kriging. Pada hasil analisa perbandingan indeks kekeringan dengan data SOI bulanan didapatkan hasil persentase pendekatan metode CZI sebesar 57.45% dan metode SPI sebesar 42.55%. Pada perbandingan indeks kekeringan dengan SOI rerata tahunan didapatkan persentase metode CZI sebesar 63% dan metode SPI sebesar 60%. Pada hasil analisa korelasi indeks kekeringan yang dikomparasi dengan data hujan didapatkan nilai korelasi metode CZI memiliki tingkat hubungan korelasi mendekati positif sempurna dan metode SPI memiliki korelasi yang cukup. Sehingga metode CZI dipilih sebagai penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan interpolasi kriging yang kemudian didapatkan desa-desa yang terdampak kekeringan di Kabupaten Blitar khusunya di DAS Lekso.
Penentuan Formulasi Empiris Yang Sesuai Untuk Mengestimasi Kurva Intensitas Durasi Frekuensi Donny Harisuseno; Sri Wahyuni; Yosie Dwirani
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol. 11 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pengairan.2020.011.01.06

Abstract

Intensitas hujan yang tinggi akan menyebabkan limpasan permukaan yang besar dan dapat berdampak negatif.  Kurva IDF mempermudah perhitungan debit banjir rencana. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode empiris intensitas hujan dan IDF yang cocok untuk lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah Talbot, Mononobe, Hasper Der Weduwen, dan Van Breen.  Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Metode Talbot yang paling sesuai digunakan di lokasi penelitian.  Metode Talbot memiliki nilai Deviasi Rata-rata 1.49; Kesalahan Relatif (Kr) rata-rata sebesar 8.64% dan Koefisien Nash Sutcliffe (ENS) rata-rata sebesar 0.98.  Kemudian dilakukan validasi metode terpilih menggunakan kala ulang 2 tahun dan 5 tahun dengan membandingkan intensitas hujan metode empiris dan intensitas hujan pengamatan dengan hasil nilai Deviasi Rata-rata sebesar 2.22; nilai Kesalahan Relatif (Kr) rata-rata sebesar 15.11%, dan Koefisien Nash Sutcliffe (ENS) rata-rata sebesar 0.93.
Evaluasi Kesesuaian Data Satelit sebagai Alternatif Ketersediaan Data Evaporasi di Waduk Wonorejo Ennisa Dzisofi Amelia; Sri Wahyuni; Donny Harisuseno
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol. 12 No. 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pengairan.2021.012.02.05

Abstract

Informasi evaporasi waduk penting untuk mengetahui signifikansi kehilangan air akibat evaporasi yang mencapai 90-95% dari total kehilangan air di waduk. Permasalahan yang sering dihadapi pada data evaporasi adalah minimnya ketersediaan data. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, satelit GLDAS-2.1 dan CFS-V2 memiliki kemampuan dalam mengestimasi evaporasi di permukaan. Satelit tersebut memiliki resolusi spasial dan temporal yang tinggi, jangkauan wilayahnya luas, data near realtime dan terekam secara kontinyu, akses cepat dan ekonomis. Namun, suatu data satelit dapat dimanfaatkan apabila memiliki koherensi yang kuat dengan data observasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi kesesuaian data evaporasi satelit GLDAS-2.1 dan CFS-V2 terhadap data evaporasi pengamatan dan merekomendasikan satelit mana yang tepat dalam mengestimasi evaporasi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif ketersediaan data evaporasi di Waduk Wonorejo. Evaluasi yang dilakukan pada studi ini menggunakan analisa statistika di Stasiun Geofisika Wonorejo. Hasil kalibrasi data pada satelit GLDAS-2.1 dan CFS-V2 menghasilkan faktor koreksi dengan bentuk persamaan regresi polinomial. Pada tahap validasi terkoreksi nilai RMSE, NSE, R dan KR menunjukkan hasil yang lebih baik yang awalnya sebesar 21% sebelum terkoreksi naik menjadi 79% setelah terkoreksi. Satelit GLDAS-2.1 menjadi satelit yang direkomendasikan karena menghasilkan nilai NSE dan R2 yang jauh lebih baik dengan persentase sebesar 100% jika dibandingkan CFS-V2.Reservoir evaporation information is important to determine the significance of water loss due to evaporation which reaches 90-95% of the total water loss in the reservoir. The problem that is often faced with evaporation data is the lack of data availability. To overcome these problems, the GLDAS-2.1 and CFS-V2 satellites have the ability to estimate evaporation on the surface. The satellite has a high spatial and temporal resolution, wide-area coverage, near real-time data and recorded continuously, fast accessibility, and economical. However, satellite data can be used if it has a strong coherence with the observation data. The purpose of this research is to evaluate the suitability of the evaporation data from the GLDAS-2.1 and CFS-V2 satellites to the observational evaporation data and to recommend which satellite is appropriate for estimating evaporation so that it can be used as an alternative to the availability of evaporation data in the Wonorejo Reservoir. The evaluation carried out in this study uses statistical analysis at the Wonorejo Geophysical Station. Results of data calibration on the GLDAS-2.1 and CFS-V2 satellite produce a correction factor in the form of a polynomial regression equation. At the validation stage, the RMSE, NSE, R, and KR values showed better results that were initially 21% before being corrected, increasing to 79%. GLDAS-2.1 is still being recommended compares with CFS-V2, because it produces much better NSE and R2 values with precentage of 100%.
Pemetaan Sebaran Hujan Rancangan Menggunakan Interpolasi Kriging di DAS Kali Lamong Yosafat Pulung Aji Wardana; Donny Harisuseno; Sri Wahyuni
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.020

Abstract

Luapan Kali Lamong kerap kali mengakibatkan banjir. Hal tersebut memiliki dampak yang sangat merugikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di DAS Kali Lamong. Permasalahan banjir tersebut biasanya diatasi dengan pembangunan infratruktur sumber daya air. Penanganan terhadap banjir dapat lebih mudah bila telah tersedia informasi hujan rancangan dalam bentuk peta isohiet. Penelitian ini bertujuan menghasilkan peta isohiet untuk memudahkan perencanaan atau analisis hidrologi lainnya tanpa menguji data dan menghitung ulang hujan rancangan. Metode perhitungan hujan rancangan menggunakan analisis frekuensi distribusi Gumbel dan Log Pearson III Kriging dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun yang telah teruji kesesuaiannya. Peta tersebut dibangun dengan metode interpolasi spasial Kriging. Hasil pemetaan hujan rancangan tersebut dievaluasi berdasarkan parameter NSE dan RSR dengan kriteria hasil yang memuaskan hingga sangat baik. Kemudian peta tersebut juga dibandingkan dengan peta hujan rancangan terbitan Kementerian PU Dirjen SDA dan dihasilkan kesesuaian sebesar 25,95 %.
Development of Isohyet Map of Design Rainfall using Spatial Interpolation at Various Return Periods in Sadar Sub-Watershed Donny Harisuseno; Jadfan Sidqi Fidari; Syifa Nissa Aulia
Civilla : Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan Vol 9 No 2 (2024): SEPTEMBER
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/cvl.v9i2.1240

Abstract

The overflow of the Sadar River often causes flooding, which is detrimental to the community. Effective measures to address the flood problem require a good quality and quantity of rainfall data. This study aims to develop an isohyetal map of design rainfall for various return periods using the interpolation linear method. The design rainfall is computed using frequency analysis of Log Normal, Gumbel, and Log Person III distributions with return periods of 2, 5, 10, 25, 50, and 100 years. The isohyet map was produced using the Inverse Distance Weight (IDW) and spline interpolation methods. The map results are then evaluated against the design rainfall values obtained from the frequency analysis using the NSE and RSR parameters. The IDW and spline interpolation maps show an excellent level of fit. Furthermore, the isohyet map was compared with the design rainfall map issued by the Ministry of Public Works and Public Housing, which shows a level of fit of 49.693% for the IDW method and 33.194% for the spline method. The results confirmed that the IDW method is the most accurate to estimate isohyet map of design rainfall in the study area.
Pemodelan Hidrologi DAS Gandong dengan Soil and Water Assessment Tool (ArcSWAT) Ade Liya Intan Sari; Donny Harisuseno; Ussy Andawayanti
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.069

Abstract

Lahan merupakan salah satu kebutuhan penting manusia untuk menunjang aktivitas manusia setiap hari. Peningkatan pertumbuhan penduduk yang terjadi secara langsung dapat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dan perubahan luasnya. Adanya perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan perubahan dan ketidangseimbangan proses hidrologi yang terjadi di suatu daerah. Pemodelan hidrologi adalah alat yang efektif untuk pengelolaan sumber daya lahan dan air serta mempelajari perilaku hidrologi DAS. Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan suatu model yang bekerja secara harian yang dapat dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (ArcGIS) untuk memprediksi limpasan permukaan, debit sungai, sedimen dan kimia dari lahan dengan berbagai skenario manajemen lahan. Hasil simulasi dari model menunjukkan di DAS Gandong tahun 2021 menghasilkan air (water yield) sebesar 58.7% dari total curah hujan, dengan 41.27% nya berubah menjadi limpasan permukaan, 28.9% menjadi aliran dasar dan 27.9% menjadi aliran lateral. Evapotranspirasi yang terjadi dari simulasi model SWAT yakni 38.25% dari hujan yang jatuh di DAS Gandong. Model SWAT dapat diterapkan di DAS Gandong, berdasarkan uji statistik yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja model menggunakan NSE, koefisien determinasi, dan PBIAS termasuk dalam Satisfactory yang artinya simulasi model yang dilakukan cukup akurat dan konsisten.
Pemanfaatan Data Hujan Satelit Untuk Pemetaan Kekeringan Dengan Metode Percent Normal Indeks (PNI) di Sub Das Ngasinan Dewi Soimah; Donny Harisuseno; Sri Wahyuni
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.063

Abstract

kekeringan di Kabupaten Trenggalek kerap kali terjadi, dimana tahun 2018 dan 2019 tercatat sebagai kekeringan terparah 10 tahun terakhir. Oleh karena itu, pemantauan terkait kekeringan perlu dilakukan sebagai upaya menghadapi bencana kekeringan. Menggunakan metode Percent Normal Index (PNI) indeks kekeringan di Trenggalek dianalisis secara meteorologis. Nilai PNI selanjutnya dengan ArcGIS akan dipetakan menggunakan metode Inverse Distance Weighted (IDW) untuk mengamati pola sebaran kekeringan secara spasial. Data yang dibutuhkan dalam studi ini adalah curah hujan bulanan dari CHIRPS, curah hujan bulanan dari Stasiun Hujan di Kabupaten Trenggalek dengan rentang tahun 2007-2021 dan peta wilayah Sub DAS Ngasinan Trenggalek. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya indeks kekeringan dan sebaran wilayah yang ter dampak kekeringan. Hasil studi menggunakan metode PNI menunjukkan indeks kekeringan terparah adalah 0% atau 0 mm dengan periode 1 bulanan yang terjadi hampir di sepanjang 15 tahun pengamatan. Hasil penggambaran peta sebaran pada tahun 2018 selanjutnya menunjukkan terdapat 7 kecamatan yang berpotensi ter dampak kekeringan dengan periode waktu antara bulan Juni-Oktober sehingga diperlukan mitigasi bencana kekeringan di masa depan.
Pemanfaatan Data Satelit untuk Analisis Kekeringan di DAS Lekso Kabupaten Blitar Dhita Azka Afifa; Donny Harisuseno; Anggara Wiyono Wit Saputra
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.075

Abstract

Bencana kekeringan merupakan fenomena alam yang harus diwasdapai agar suatu daerah tidak mengalami dampak negatif secara ekstrem. Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang rawan terjadi bencana kekeringan. DAS Lekso adalah salah satu wilayah Kabupaten Blitar yang rentan terhadap kekeringan. Maka dari itu, diperlukan analisis kekeringan untuk mengetahui kondisi tingkatan kekeringan yang terjadi di DAS Lekso. Studi ini menggunakan metode Rainfall Anomally Index (RAI) untuk menghitung indeks kekeringan. Diperlukan data tambahan agar dapat mengoptimalkan hasil analisis kekeringan dikarenakan stasiun hujan yang terdapat di DAS Lekso tidak tersebar secara merata. Oleh karena itu, studi ini memanfaatkan data satelit CHIRPS untuk perhitungan data stasiun hujan rencana. Lokasi titik stasiun hujan rencana tersebut ditentukan berdasarkan jaring-jaring metode kagan roda. Hasil perhitungan indeks kekeringan RAI selama 20 tahun pengamatan menunjukkan bahwa pada DAS Lekso terjadi 7 tahun kekeringan terparah yaitu pada tahun 2002-2003, 2006, 2014-2015, dan 2018-2019. Berdasarkan pola tren kekeringan, diperkirakan bahwa kekeringan di DAS Lekso terjadi setiap 2 hingga 7 tahun. Sehingga berdasarkan penelitian, data satelit efektif digunakan sebagai data tambahan untuk mengoptimalkan analisis kekeringan.
Studi Pemanfaatan Data Satelit CHIRPS untuk Analisa Kekeringan Meteorologi dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) di Sub DAS Kadalpang Ananda Tazkia Ainayyah; Donny Harisuseno; Sri Wahyuni
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.084

Abstract

Kabupaten Pasuruan telah diidentifikasi sebagai daerah yang termasuk dalam kategori kering kritis berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh BPBD Jawa Timur pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kekeringan meteorologi menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) di Sub DAS Kadalpang Kabupaten Pasuruan dengan memanfaatkan data hujan satelit CHIRPS untuk menghasilkan peta sebaran kekeringan sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi bencana kekeringan. Pada tahap kalibrasi data hujan satelit CHIRPS, didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.853 pada Stasiun Wilo dan 0.880 pada Stasiun Prigen. Berdasarkan analisis kekeringan meteorologi menggunakan metode SPI, ditemukan bahwa kekeringan paling parah terjadi selama periode defisit 3 bulanan pada tahun 2019, dengan nilai indeks sebesar -4.590 yang termasuk dalam klasifikasi "Amat Sangat Kering". Peta sebaran kekeringan di Sub DAS Kadalpang yang diperoleh melalui penggunaan metode interpolasi IDW pada tahun 2007, sebagai tahun dengan kejadian kering terbanyak, menunjukkan bahwa terdapat 23 desa yang mengalami kekeringan.