Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIKDIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK FILM TEBAL BATIO3 Walfred Tambunan; Antonius Surbakti; Dani Gustaman Syarif
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 13, No 13 (2016)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.928 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.13.13.927-932

Abstract

Telah dilakukan pembuatan dielektrik kapasitor keramik film tebal dengan penambahan campuran BaTiO3 95% : 5% , 92,5% : 7,5 % dan 90% : 10% terhadap berat Frit Gelas. Setelah dicampur dibuat kebentuk pasta dengan menambahkan 20% berat senyawa organik. Pasta yang telah terbentuk dari ketiga jenis sampel disinter pada suhu 700C selama 20 menit. Kemudian dilakukan karakteristik sampel dengan menggunakan XRD, SEM dan LCR meter. Hasil XRD terindentifikasi bahwa dari ketiga jenis sampel terbentuk fasa BaTiO3 dengan struktur kristal tetragonal dengan panjang kisi kristal a = b ≠ c dan sudut α = β = γ. Hasil analisa SEM menunjukkan struktur mikro film tebal BaTiO3 mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya pertambahan butiran. Karakteristik dielektrik dilakukan dengan cara mengukur kapasitansi kapasitor dari suhu 30C – 100C. Hasil yang diperoleh ternyata kapasitor film tebal dengan komposisi frit 5% memiliki konstanta dielektrik 230,75 , komposisi frit 7,5% memiliki konstanta dielektrik 39,58% konstanta dielektrikdankomposisi frit 10% memiliki konstanta dielektrik 293,87 pada suhu 100C. Ketiga nilai konstanta dielektrik yang diperoleh ternyata komposisi frit 10% merupakan kapasitor yang mempunyai konstanta dielektrik tertinggi dan merupakan kapasitor yang paling baik dari ketiga jenis kapasitor tersebut.
Pengaruh Ketidakteraturan Domain pada Normal Mode dan Frekwensi Natural Pada Getaran Membran Defrianto Defrianto; Walfred Tambunan; Maksi Ginting
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.292 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.14.1.945-950

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan frakwensi natural dan normal mode getaran membrane dengan luas 48 m2 berbentuk teratur 4 sisi, tidak teratur 8 dan 10 sisi. Frekwensi fundamental pada normal mode pertama untuk membrane 4, 8 dan 10 sisi berturut-turut yaitu 1.7129, 1.7503 dan 1.7973 Hz. Frekwensi natural untuk mode yang sama menunjukkan semakin tidak teratur membrane akan memberikan frekwensi natural yang semakin tinggi. Normal mode untuk setiap mode pada membrane 4, 8 dan 10 sisi memberikan bentuk yang hampir sama.
PENGEMBANGAN DAN OPTIMALISASI ELEMEN PELTIER SEBAGAI GENERATOR TERMAL MEMANFAATKAN ENERGI PANAS TERBUANG Walfred Tambunan; Lazuardi Umar; Dara Fuji
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 12, No 11 (2015)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.657 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.12.11.720-726

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya listrik dari elemen Peltier. Energi listrik merupakan kebutuhan primer bagi manusia, namun penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan kelangkaan energi listrik, sehingga diperlukan upaya untuk mencari energi alternatif yang terbarukan. Salah satunya dengan memanfaatkan panas buangan menggunakan elemen Peltier yang akan dirubah menjadi energi listrik dan diaplikasikan menjadi pembangkit daya termoelektrik. Pembangkit daya termoelektrik TEG (Thermoelectric Generator) dapat menghasilkan energi listrik ketika ada perbedaan suhu yang terjadi antara dua material semi konduktor yang berbeda prinsip ini dikenal dengan nama “efek Seebeck” yang merupakan kebalikan dari efek Peltier TEC (Termoelectric Cooling), dimana variasi tegangan travo toroid pada pemanas sebagai simulasi dari panas terbuang pada kendaraan yakni sebesar 10 volt mulai dari 30 volt hingga 80 volt selama 40 menit. Hasil pengujian menunjukan tegangan bergantung pada perbedaan suhu antara sisi panas dan dingin. Dimana tegangan yang dihasilkan berbanding lurus dengan perbedaan suhu elements peltier, begitu juga dengan arus dan daya yang dihasilkan. Penelitian tentang TEG ini memiliki prospek yang cerah untuk masa depan sebagai sumber energi listrik.
Analisa Karakteristik Alat Pemanas Air dengan menggunakan Kolektor Palung Parabola Walfred Tambunan; Maksi Ginting; Antonius Surbakti
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 12, No 10 (2015)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.969 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.12.10.658-665

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisa karakteristik alat pemanas air dengan menggunakan kolektor palung parabola. Penelitian dilakukan dengan cara menempatkan kolektor palungan ditempat terbuka dimana sinar matahari jatuh secara langsungkemudiandengan menggunakan pipa aluminium air dialirkan sepanjang garis fokus kolektor palungan lalu setiap 60 menit air yang telah melewati kolektor palungan ditampung dan diamati temperaturnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa temperatur kolektor tertingi rata-rata adalah 50,03 OC dengan temperatur rata-rata air pada bak penampung sebesar 40,070C pada pukul 13.00 WIB sedangkan temperatur kolektor terendah rata-rata adalah 39,140C dengan temperatur rata-rata air pada bak penampung sebesar 35,28 0C pada saat pukul 10.00. Temperatur air tertinggi rata-rata pada pukul 13.00 WIB inidisebabkan karena pada waktu tersebut intensitas radiasi matahari mencapai harga maksimum. Laju kalor yang hilang secara konduksi tertinggi rata-rata 29,05 J/s pada pukul 13.00 WIB sedangkan laju kalor yang hilang secara konduksi terendah rata-rata sebesar 16,85 J/s pada pukul 10.00 WIB. Volume air yang dihasilkan rata-rata sebanyak 38 liter dalam sehari selama 6 jam dari pukul 09.00 WIB sampai pikul 15.00 WIB. Hasil eksperimen secara keseluruhan menunjukkan karakteristik alat pemanas air dengan menggunakan kolektor bentuk palungan ini mempunyai sifat bahwa semangkin tinggi intensitas radiasi matahari yang jatuh pada permukaan kolektor semangkin tinggi pula temperatur air yang dipanaskan.
SIMULASI 3 DIMENSI DISTRIBUSI PANAS PLAT KNALPOT MOBIL UNTUK ELEMEN TERMOELEKTRIK Wildan Adli; Walfred Tambunan; Defrianto '; Lazuardi Umar
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 13, No 12 (2016)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.713 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.13.12.793-800

Abstract

Penelitian ini mensimulasikan distribusi panas pada plat penghantar modul pembangkit energi mikro berbasis Thermoelectric Generator (TEG) tipe 40-40-10/100 untuk optimalisasi serapan panas dari panas terbuang knalpot kendaraan. Modul memiliki ketahanan panas maksimum 423K. Pemodelan menggunakan MATLAB memakai persamaan difusi yang dimodifikasi dengan penerapan syarat batas suhu 900K pada permukaan alas plat yang bersentuhan dengan sumber panas. Bentuk plat yang dimodelkan berbahan aluminium bervariasi yaitu pejal, hollow, hollow gitter, hollow heatsink, dengan dimensi panjang 110mm, lebar 60mm, tebal alas 30mm dan tebal tonjolan 30mm. Penurunan suhu paling baik diperoleh sebesar ∆T=178,67K (19,85%) dihasilkan oleh bentuk plat hollow heatsink. Suhu yang dihasilkan pada pemodelan ini kemudian diturunkan kembali dengan memvariasikan jenis material berupa bahan aluminium, tembaga, besi, dan stainless steel, serta dengan memvariasikan jumlah larik TEG yaitu 1-array sampai dengan 4-array masing-masing terdiri dari 2 modul. Penurunan suhu yang paling mendekati suhu maksimal TEG adalah suhu akhir mencapai 402K, diperoleh dari plat stainless steel hollow heatsink berketebalan 50mm yang disusun 4-array TEG.
PEMETAAN PANAS PENYERAPAN RADIASI TERAHERTZ (THz) DALAM JARINGAN BIOLOGI PADA SAPI Malik Usman; Tobing Okta; Hamdi Muhammad; Walfred Tambunan
JOURNAL ONLINE OF PHYSICS Vol. 3 No. 1 (2017): JOP (Journal Online of Physics) Vol 3 No 1
Publisher : Prodi Fisika FST UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.85 KB) | DOI: 10.22437/jop.v3i1.5341

Abstract

Kajian pemetaan panas penyerapan radiasi THz terhadap jaringan sapi telah dilakukan untuk menentukan temperature dan warna kontur dari rasio kedalaman jaringan biologi sapi yaitul emak, kulit, tumor dan otot. Pemetaan ini dilakukan dengan menggunakan metode komputasi duadimensi dengan Software Wolfram Mathematica 8. Padajaringan lemak,dengan daya radiasi THz 50 mW, dihasilkan rasio kedalaman sebesar 0,264 dan T = 6,6oC. Jaringan kulit dengan daya 75 mW, dihasilkan rasio kedalaman sebesar 0,435 dan T = 11oC, jaringan tumor dengan daya 100 mW dihasilkan rasio kedalaman sebesar 0,646 dan T = 16,5oC, jaringan tumor dengand aya 150 mW, rasio kedalaman yang dihasilkan adalah 0,836 dan T = 21oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan lemak memiliki tingkat produksi panas tinggi diantara jaringan lainnya. Hal ini disebabkan karena jaringan lemak memiliki kandungan air yang lebih banyak dan fibrasi yang lebih cepat. Hasil perbandingan antara eksperimen dan komputasi temperature dalam rasio kedalaman penyerapan radiasi THz terhadap jaringan biologis sapi menunjukkan hasil yang akurat,yaitu dengan persentase ketidakpastian sebesar 0.08 %.
ANALISIS KONDUKSI TERMAL JARINGAN SAPI DALAM INTERVAL WAKTU PENYERAPAN RADIASI TERAHERTZ DARI MILIDETIK SAMPAI PIKODETIK MENGGUNAKAN KOMPUTASI BIOFISIKA Usman Malik; merry handayani; Walfred Tambunan; Mhd Hamdi
JOURNAL ONLINE OF PHYSICS Vol. 3 No. 2 (2018): JOP (Journal Online of Physics) Vol 3 No 2
Publisher : Prodi Fisika FST UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.704 KB) | DOI: 10.22437/jop.v3i2.5366

Abstract

Penelitian ini mensimulasikan persamaan diferensial parsial konduksi panas 1-D untuk memprediksi model distribusi temperature jaringan biologis sapi seperti kulit, lemak, tumor dan otot selama penyerapan radiasi Terahertz sebagai fungsi posisi pada ke dalaman dan sebagai fungsi waktu dari milidetik sampai pikodetik. Pemodelan pola-pola temperature jaringan dari penyerapan radiasi Terahertzdikaji secara teoritis dengan metode komputasi biofisika menggunakan software Wolfam Mathematica 9. Penggunaan parameter-parameter fisis konduksi panas pada ke dalaman jaringan biologis sapi dari 0,1 mm sampai 0,3 mm, dan daya penyerapan radiasi Terahertz dari 2,5 mW sampai 5,5 mW dengan rentang frekuensi dari 0,1 THz sampai1THz. Hasil radiasi ini mengindikasikan penyerapan radiasi Terahertz dengan variasi daya yang memiliki karakteristik tersendiri dalam waktu milidetik sampai pikodetik. Daya penyerapan radiasi Terahertz yang besar dan waktu yang besar akan menghasilkan temperatur yang tinggi pada masing-masingjaringan bilogis sapi. Temperatur sebagai fungsi ke dalaman dipengaruhi oleh kandungan air di dalam jaringan biologis sapi, kandungan air penyusun jaringan yang kental pada waktu yang besar akan menghasilkan temperatur yang kecil. Perbandingan diantara pemodelan dan eksperimen menunjukkan bahwa prediksi temperatur transfer panas radiasi Terahertz cukup akurat dengan ketidakpastian kesalahan penyebaran untuk parameter-parameter yang diturunkan sebesar 0,8 %.
RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI POLA FRINJI UNTUK INTERFEROMETER MICHELSON Eka Buanti; Minarni '; Walfred Tambunan
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 2, No 1 (2015): Wisuda Februari 2015
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Instrument used to precisely measure the wavelength of a laser light is known as a wavemeter. One of very important wavemeter parts is a fringe counting circuit. In this research a fringe counting circuit has been built and characterized using a Michelson Interferometer. The circuit system contained three parts i.e a current to voltage converter circuit for a photodiode, a TTL converter circuit, and a counting circuit. The circuits were characterized using two He-Ne laser with two different laser powers 1 mW and 5 mW which were used as the light source for a Pasco Michelson Interferometer. Two photodiodes with two different sensitive areas 100 mm2 and 7.5 mm2 were used. The research results showed that 1 mW Pudak He Ne laser resulted 2 µA for dark fringe and 8 µA for bright fringe when using 7.5 mm2 photodiode active area, then 3 µA for dark fringe and 400 µA for bright fringe when using 100 mm2 photodiode. The results for Meredith He Ne laser resulted 2 µA for dark fringe and 14 µA for bright fringe when using 7.5 mm2 photodiode, then 50 µA for dark fringe and 8000 µA for bright fringe when using 100 mm2 photodiode. The I toV converter which was designed produced voltage bigger than 5 V when using 100 mm2 photodiode. The counter circuit resulted 3.2 V TTL signal output for 200 mV TTL signal input with the same frequency.
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati '; Maksi Ginting; Walfred Tambunan
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 1, No 2 (2014): Wisuda Oktober 2014
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A research has been conducted on  Solar Energy Utilization System  for Water  Heater using Trough Collector.  This research was carried out using  an experimental method by putting in place an opened  trough  collector  that  exposed to sunlight. The highest temperature  of collector produced  was 50,03°C  in  average  with an average temperature of water in the tank was 40,07°C at 1 PM, while the lowest temperature of collector was 39,14°C in  average with an average temperature of water  in the tank was  35,28°C at  10 AM.  The highest temperature of collector occured  at 1  PM, because  the intensity of solar radiation  at the time  reached  the  maximum  value.  The experimental results showed  that  the higher  the  intensity of solar radiation,  the higher the temperature of the water produced. The  temperature  of collector  was  also influenced  by  loss  heat of the collector  conduction.  The highest loss  heat by conduction  was 29,05  W at  1 PM, while the lowest loss heat by conduction was 16,85 W at 10 AM.
PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE Alan Perdana Aritonang; Riad Syech; Walfred Tambunan
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 1, No 2 (2014): Wisuda Oktober 2014
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A research has  been done on  the determination of the electrical conductivity and  water quality  of Siak River water  using a Wheatstone bridge method  in   the  location around the rubber factory   of PT. RICRY. The research was begun by taking samples  of the Siak river water were taken on  five  points  which  have been determined at a distance of 10 meters from PT. RICRY when was low  and high  tide. Based on the  length  data  of wire L1  and L1,  it  could  be determined  the value of electrical resistance, resistivity  and electrical conductivity. The result showed that the value of  highest  electrical conductivity of the river  water  when the  sea  water was  at  high tide  was  58,513  .  10-6 (Ωm)-1, while the electrical conductivity of  the river  water at low tide  was 41,879  . 10-6 (Ωm)-1. A decent water for consumption has an  electrical conductivity of (300  -500).106(Ωm)-1(Mailinda, U. 2011). Based on  that  standard  electrical conductivity, Siak river  water  in  the  research location when the sea water  high tide and low tide are not worthy to be consumed because  of  too small  value  compared  to  the standard   value of electrical conductivity .