Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING Maksi Ginting; Salomo '; Egi Yuliora
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 10, No 6 (2013)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.55 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.10.6.476-482

Abstract

Sistem pengering tenaga surya ini digunakan untuk mengerigkan singkong yang telah diiris membujur setebal 2mm. pada penelitian ini sebagai pengumpul utama panas adalah kolektor berpenutup miring yang dihubungkan keruang pengering. Udara panas dikolektor bergerak keruang pengering dan dipercepat oleh ventilator. Penelitian ini dilakukan pada saat ruang pengering dalam keadaan kosong suhu terendah 42.50C terjadi pada dulang 3 saat jam 09.00 WIB dan tertinggi 50.50C di dulang 2 pada jam 12.00 WIB. Bahan yang dikeringkan adalah 500 gr singkong dengan kandungan air 56.1 %. Massa bahan didalam ruang pengering setelah tiga hari pengamatan adalah 219.5 gr dengan kandungan air 2.73 % dan diluar ruang pengering bermassa 241.8 gr dengan kandungan air 5.9 %.
STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK Walfred Tambuhan; Maksi Ginting; Minarni '
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 10, No 7 (2013)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.431 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.10.7.528-533

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang “Studi Kelayakan Penggunaan Sel Silikon sebagai Pengubah Energi Matahari menjadi Energi Listrik” dengan metoda eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan cara merangkai dioda silikon selinder ke rangkaian bentuk paralel dan bentuk seri pada pelat rangkaian PCB, kemudian rangkaian dimasukkan kedalam suatu kotak terbuat dari kayu yang diisolasi dengan isolator kardus. Kotak tersebut ada yang dibuat terbuka tanpa pelat kaca dan ada yang dibuat tertutup dengan pelat kaca kemudian diletakkan ke tempat yang bebas cahaya matahari jatuh dengan mengarahkan dioda silikon tegak lurus terhadap cahaya matahari jatuh lalu diamati arus listrik yang dihasilkan dioda silikon setiap selang waktu 10 menit. Hasil yang diperoleh, arus listrik dihasilkan bernilai maksimum untuk dioda sambungan paralel dan terbuka tanpa penutup pelat kaca sebesar 102,9 x 10-2 milli ampere dengan energi listrik rata-rata yang dihasilkan 35,2 x 10-3 Joule pada temperatur 39oC sedangkan arus listrik minimum dihasilkan dari rangkaian dioda bentuk seri tertutup dengan pelat kaca sebesar 21 mikro ampere dengan energi listrik rata-rata dihasilkan sebesar 51 x 10-5 Joule. Dari hasik-hasil tersebut yang lebih bagus dan lebih layak digunakan untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik adalah dioda silikon bentuk sambungan paralel terbuka tanpa memakai penutup pelat kaca.
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING SURYATIPE KABINET BERPENUTUP MIRING MENGGUNAKANKACA DAN PLASTIK TRANSPARAN Maksi Ginting; Antonius Surbakti; Nurhaili '
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 13, No 13 (2016)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.06 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.13.13.845-851

Abstract

Alat pengering yang telah dibuat digunakan untuk mengeringkan singkong dan pisang yang diiris dengan ketebalan 2 mm. Pada penelitian ini sebagai alat penguat panasnya digunakan kolektor tipe kabinet berpenutup miring dengan penutup plastik dan kaca transparan. Udara masuk dari samping kolektor rmengalir ke ruang pengering berisi bahan yang diatasnya dipasang cerobong. Penelitian setiap hari pengamatan dimulai dari jam 00.90-13.00 WIB dengan selang waktu pengamatan 1 (satu) jam. Massa kering rata-rata bahan untuk pisang dan singkong menggunakan penutup kaca dan plastik setelah tiga hari pengamatan adalah 138,93 dan 163,26 sedangkan menggunakan penutup plastik adalah 146,13 dan 173,06 gr serta secara konvensional adalah 167,33 dan 185,23 dari 500 gram bahan yang dikeringkan.
Pengaruh Ketidakteraturan Domain pada Normal Mode dan Frekwensi Natural Pada Getaran Membran Defrianto Defrianto; Walfred Tambunan; Maksi Ginting
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.292 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.14.1.945-950

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan frakwensi natural dan normal mode getaran membrane dengan luas 48 m2 berbentuk teratur 4 sisi, tidak teratur 8 dan 10 sisi. Frekwensi fundamental pada normal mode pertama untuk membrane 4, 8 dan 10 sisi berturut-turut yaitu 1.7129, 1.7503 dan 1.7973 Hz. Frekwensi natural untuk mode yang sama menunjukkan semakin tidak teratur membrane akan memberikan frekwensi natural yang semakin tinggi. Normal mode untuk setiap mode pada membrane 4, 8 dan 10 sisi memberikan bentuk yang hampir sama.
SELISIH TEMPERATUR OZON PERMUKAAN BERDASARKAN METODE IPCC DAN INSTRUMEN AWS DI BUKIT KOTOTABANG Tengku Emrinaldi; Sugianto Sugianto; Maksi Ginting
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.995 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.14.2.1088-1094

Abstract

Hasil perhitungan nilai radiative forcing O3 permukaan, pada tahun 2009 diperoleh 0,93 Wm-2, tahun 2010 diperoleh 0,90 Wm-2, tahun 2011 mencapai 1,05 Wm-2, kemudian pada tahun 2012 diperoleh 1,03 Wm-2, Selisih temperatur berdasarkan metode IPCC dari tahun 2009 sampai dengan 2012 berkisar antara 0,40 K hingga 0,60 K, sedangkan melaui pengukuran Instrumen Automatic Weather Station berkisar antara 0,1 0 C hingga 2,4 0 C dan selisih temperatur berdasarkan pengukuran Automatic Weather Station yang dipengaruhi oleh radiative forcing O3 menggunakan software IBM SPSS STATISTICS 19 diperoleh koefisien regresi liniear 0,031 yang mengidentifikasikan korelasi yang rendah antara radiative forcing O3 permukaan dengan selisih temperatur Automatic Weather Station sebesar 3,1% di Bukit Kototabang, hasil ini menunjukkan bahwa ada beberapa subtansi atau faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi O3 permukaan terhadap temperatur permukaan bumi. 
Analisa Karakteristik Alat Pemanas Air dengan menggunakan Kolektor Palung Parabola Walfred Tambunan; Maksi Ginting; Antonius Surbakti
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 12, No 10 (2015)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.969 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.12.10.658-665

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisa karakteristik alat pemanas air dengan menggunakan kolektor palung parabola. Penelitian dilakukan dengan cara menempatkan kolektor palungan ditempat terbuka dimana sinar matahari jatuh secara langsungkemudiandengan menggunakan pipa aluminium air dialirkan sepanjang garis fokus kolektor palungan lalu setiap 60 menit air yang telah melewati kolektor palungan ditampung dan diamati temperaturnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa temperatur kolektor tertingi rata-rata adalah 50,03 OC dengan temperatur rata-rata air pada bak penampung sebesar 40,070C pada pukul 13.00 WIB sedangkan temperatur kolektor terendah rata-rata adalah 39,140C dengan temperatur rata-rata air pada bak penampung sebesar 35,28 0C pada saat pukul 10.00. Temperatur air tertinggi rata-rata pada pukul 13.00 WIB inidisebabkan karena pada waktu tersebut intensitas radiasi matahari mencapai harga maksimum. Laju kalor yang hilang secara konduksi tertinggi rata-rata 29,05 J/s pada pukul 13.00 WIB sedangkan laju kalor yang hilang secara konduksi terendah rata-rata sebesar 16,85 J/s pada pukul 10.00 WIB. Volume air yang dihasilkan rata-rata sebanyak 38 liter dalam sehari selama 6 jam dari pukul 09.00 WIB sampai pikul 15.00 WIB. Hasil eksperimen secara keseluruhan menunjukkan karakteristik alat pemanas air dengan menggunakan kolektor bentuk palungan ini mempunyai sifat bahwa semangkin tinggi intensitas radiasi matahari yang jatuh pada permukaan kolektor semangkin tinggi pula temperatur air yang dipanaskan.
PENENTUAN BESAR ENERGI LISTRIK AKI DENGAN MEMVARIASIKAN JUMLAH AIR SULING (H2O) DAN ASAM SULFAT (H 2SO4 ) Romadona '; Maksi Ginting; Sugianto '
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 1, No 2 (2014): Wisuda Oktober 2014
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A research has been conducted to determine electrical energy  of accu   with variation of volume  of distilled water and sulfuric acid. In this study, an  electrolyte solution  of 400 ml  was prepared  for each accu  consisting of a mixture of distilled water and sulfuric acid with different compositions.  Measurements  of each sample  were  carried out at  the interval time of  15 minutes for 2 hours. The results showed that the  amount of  energy produced by  accu  with a standard electrolyte solution  expenses  factory for 2 hours  was 114.14   kilojoules. The amounts  of  energy  obtained  from the  variation of  the mixture composition  of the electrolyte solution  ratio  were  154.23  kilojoules, 156.73  kilojoules, and  141.61 kilojoules, respectively for a mixture of distilled water and sulfuric acid witha composition ratio  of  64% :  36%, 60% :  40%,  and  70% : 30%,  where  as  for a mixed electrolyte solution with  aquabides and  sulfuric acid,  resulted the energy of  164.18 kilojoules, 157.37 kilojoules, and  148.52 kilojoules, respectively for the mixture ratio of 64%  : 36%, 60%  : 40%,  and  70%  : 30%.  Conclusion,  the  largest energy   produced  was obtained  by the  accu with  electrolyte solution  containing a  mixture of  sulfuric  acid  and  aquabides with the composition ratio of 64% : 36%.
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES Ersi Selparia; Maksi Ginting; Riad Syech
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 2, No 1 (2015): Wisuda Februari 2015
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The use of conductors and insulators as household supplies industrial materials is increasing now a days. In this study, it carried out the design and testing tools todetermine the conductivity of Zinc plate, multiroof and asbestos. The method is heat transfer conduction by using an electric circuit of source direct current (DC). The result shows the largest conductivity values contained in the Zinc plate is 0.482 W / m°C and the lowest value is multiroof conductivity of 0.132 W / m°C.
SISTEM OPTIK INTERFEROMETER MICHELSON MENGGUNAKAN DUA SUMBER LASER UNTUK MEMPEROLEH POLA FRINJI Yayuk Widamarti; Minarni '; Maksi Ginting
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 1, No 2 (2014): Wisuda Oktober 2014
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wavemeter could be built using an interferometer with two laser sources. In this  study, Michelson interferometer was built using two lasers which  were  He-Ne  laser and diode laser. Characteristics  of its fringe pattern were  analyzed based on  the laser power and beam size. The results showed that fringe pattern for laser He-Ne was  obtained at  arm length  12.5 cm x 12.5 cm with the  beam  height  from   optical  table of  11.7 cm. He-Ne laser used was  632.8 nm  in  wavelength    with the 5 mW  power  made by  Meredith instrument. The  diode laser  had wavelength  650 nm with the power  of  5 mW  made byRoithner. The output of He-Ne laser from the  interferometer system  had 0.3 mW, diode laser by  0.5 mW. The best  fringe pattern for both lasers was with visibilities  rangedfrom  0.63 and 0.098, and beam width of each laser  of 4.11 mm  for He-Ne laser and 4.30 mm x 4.26 mm for diode laser.
SISTEM PEMANAS AIR ENERGI SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA POSISI TIMUR-BARAT Martha Rianna; Maksi Ginting; Sugianto '
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 2, No 1 (2015): Wisuda Februari 2015
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Heating System of Solar Energy by using Parabolic Trough Collector of East West Position has been experimentally conducted. The collector is set at open air from the sun radiation and observed every 60 minutes from 9 AM until 3 PM for bright sunshine. After 14 days, the results show that the collector temperature has a minimum average of collector 40,290C and water tank 36,070C at 10 AM, whereas the highest average temperature is 51,260C and water tank 45,570C at 1 PM. The observation describes the highest temperature at collector tank occurs at 1 PM due to the highest radiation intesity to the collector reaching maximum value of 448 W/m2. Loss heat by conduction at lowest rate is 23,50 J/s at 10 AM whereas loss heat by conduction at highest rate 36,60 J/s at 1 PM. The average water volume is 39 liters for 6 hours daily from 9 AM until 3 PM. Overall, the higher radiation intensity from the sun to heat the collector, the higher water temperature observed in the collector tank.